AS Diramal Jatuh ke Jurang Resesi di 2024, Bakal Ngaruh ke Indonesia?
Detik.com Jenis Media: Ekonomi
Citibank, N.A., Indonesia atau Citi Indonesia meramalkan Amerika Serikat (AS) akan dihantam badai resesi pada 2024 mendatang. Kondisi ini membuat pertumbuhan ekonomi global dikoreksi akan menurun di tahun depan.
Chief Economist Citi Indonesia, Helmi Arman, mengatakan ekonomi global di tahun depan diproyeksikan akan dilanda banyak tantangan. Sehingga, ini tercermin dari proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2024 yang cenderung direvisi ke bawah.
"Ini terkait dengan perkiraan kami akan terjadinya resesi di Amerika awal tahun 2024," kata Helmi, saat ditemui di Alila Hotel SCBD, Jakarta Selatan, Senin (15/5/2023).
Selain itu, dia menilai pada 2024 perekonomian global masih menghadapi ancaman dari proses deindustrialisasi yang tengah terjadi di Eropa. Meski demikian, Helmi menilai pada 2023 ini pertumbuhan ekonomi global tidak akan sedrastis yang diperkirakan pada empat-lima bulan lalu.
Di sisi lain, Citi Indonesia justru memperkirakan kondisi ini tidak akan terlalu berpengaruh terhadap Indonesia. Langkah reformasi struktural perekonomian RI memiliki peran penting dalam memberikan bantalan terhadap gejolak-gejolak yang datang dari luar dan masih belum stabil kondisi globalnya.
"Walaupun demikian, kami belum melihat tanda-tanda ekonomi kita mengalami inflasi (overheating)," ujarnya.
Dengan resiliensi RI yang terbentuk dari reformasi struktural tersebut, diproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada sedikit diatas 5% pada 2023, meningkat dari perkiraan sebelumnya yang hanya di angka 5% atau bahkan lebih rendah.
Tidak hanya itu, Helmi juga memperkirakan, inflasi RI akan berangsur-angsur turun, bahkan pada September 2023 ini inflasi akan masuk di kisaran angka 3%. Adapun salah satu penopang dari pertumbuhan RI tersebut ialah peningkatan nilai sejumlah komoditas ekspor mulai dari sawit hingga logam dasar yang cukup signifikan.
Selain itu, ia juga memproyeksikan permintaan domestik dan industri pariwisata yang diperkirakan akan semakin meningkat. Kegiatan ekonomi juga akan ikut terdongkrak naik oleh gelaran Pemilu di 2024 mendatang.
"Jelang 2024, berkaca dari 5 tahun lalu, biasanya ada percepatan proyek-proyek infrastruktur menjelang pergantian permintaan. Ini juga mungkin ke depannya akan menjadi penopang normalisasi perekonomian domestik," kata Helmi.
Selaras dengan kondisi ini, Helmi menilai ruang tersebut akan membuat Bank Indonesia kembali melonggarkan kebijakan moneter dengan menurunkan suku bunganya. Diproyeksikan pada semester II 2023 ini suku bunga bisa turun kembali ke angka 5%, dari yang saat ini di angka 5,75%.
"Mengenai penurunan suku bunga, perkiraan kami akan terjadi penurunan secara gradual, dengan potongan 25 bps (basis poin). Perkiraan kami mulai akhir kuartal III, berarti selama semester II, berarti tiga kali. Tiga kali 25-25-25 (bps)," pungkasnya.
(dna/dna)Sentimen: negatif (93.4%)