Sentimen
Informasi Tambahan
Grup Musik: APRIL
Kab/Kota: Shanghai
Kasus: covid-19, Zona Hijau
Tokoh Terkait
The Fed Masih Akan 'Galak', Bursa Asia Dibuka Lesu Lagi
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka melemah pada perdagangan Kamis (4/5/2023), di mana investor di kawasan tersebut juga cenderung kecewa dengan sikap bank sentral Amerika Serikat (AS) yang belum akan merubah arah kebijakan suku bunganya.
Per pukul 08:30 WIB, indeks Shanghai Composite China melemah 0,56%, Straits Times Singapura terkoreksi 0,21%, ASX 200 Australia terpangkas 0,4%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,49%.
Hanya indeks Hang Seng Hong Kong yang dibuka di zona hijau pada hari ini, yakni menguat 0,17%.
Sementara untuk pasar saham Jepang pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur dalam rangka Golden Week.
Dari China, data aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada Purchasing Manager's Index (PMI) periode April 2023 versi Caixin akan dirilis pada hari ini.
Konsensus pasar di Trading Economics memperkirakan PMI manufaktur China akan kembali berekspansi menjadi 50,3, dari sebelumnya di angka 50 pada Maret lalu.
Sebelumnya versi resminya yakni NBS telah dirilis akhir pekan lalu, di mana PMI manufaktur China versi NBS pada April berkontraksi menjadi 49,2, dari sebelumnya di angka 51,9 pada Maret lalu.
Hal ini terjadi saat perekonomian China tengah berjuang untuk pulih pasca dihantam oleh pandemi Covid-19. Permintaan global yang lemah dan pelemahan properti yang terus-menerus turut menghambat pemulihan ekonomi Negeri Panda.
"Kurangnya permintaan pasar dan efek basis tinggi dari pemulihan manufaktur yang cepat pada kuartal pertama 2023 adalah salah satu faktor yang menyebabkan kontraksi di sektor manufaktur pada April lalu," kata Zhao Qinghe, ahli statistik senior NBS, dikutip dari CNN International.
Bursa Asia-Pasifik yang secara mayoritas dibuka melemah terjadi menyusul bursa saham AS, Wall Street yang juga kembali terkoreksi pada penutupan perdagangan kemarin.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup merosot 0,8%, S&P 500 melemah 0,7%, dan Nasdaq Composite terkoreksi 0,46%.
Meski kenaikan suku bunganya sudah sesuai dengan ekspektasi pasar, tetapi investor cenderung kecewa dengan pernyataan Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell yang mengatakan bahwa siklus kenaikan suku bunga belum berakhir.
Pada dini hari tadi waktu Indonesia, The Fed kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bp), sesuai dengan ekspektasi pasar.
Namun, Powell mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa siklus kenaikan suku bunga telah berakhir dan perlu waktu untuk menurunkan suku bunga. Alhasil, The Fed cenderung masih akan bersikap sedikit agresif di pertemuan berikutnya.
"Kami di komite berpandangan bahwa inflasi tidak akan turun secepat itu. Ini akan memakan waktu, jika ramalan itu benar. Tetapi dalam waktu dekat kami tidak akan memangkas suku bunga," ujar Powell.
Data tenaga kerja yang masih cukup tinggi dan inflasi yang juga masih berada jauh di atas target The Fed menjadi alasan belum merubah sikapnya.
"Dalam menentukan sejauh mana pengetatan kebijakan tambahan mungkin tepat untuk mengembalikan inflasi menjadi 2% dari waktu ke waktu. Komite akan mempertimbangkan pengetatan kumulatif kebijakan moneter, kelambanan yang mempengaruhi aktivitas ekonomi dan inflasi kebijakan moneter, serta ekonomi dan perkembangan keuangan," kata The Fed dalam sebuah pernyataan.
Hal ini terbukti pada data tenaga kerja AS terbaru, di mana data penggajian ADP melaporkan bahwa perekrutan di perusahaan swasta secara tak terduga membengkak pada April lalu, bahkan membengkak lebih dari dua kali lipat dari perkiraan para ekonom.
Data tersebut melonjak menjadi 296.000 pekerjaan, dari sebelumnya pada Maret yang sebesar 142.000 pekerjaan. Angka tersebut juga lebih tinggi dari perkiraan para ekonom yang sebesar 140.000 pekerjaan.
Terlepas dari itu, investor khawatir bahwa suku bunga yang lebih tinggi pada akhirnya akan mendorong ekonomi AS ke dalam jurang resesi.
Selain itu, pengetatan suku bunga yang belum akan berakhir dapat membawa krisis perbankan semakin parah dan hal inilah yang dikhawatirkan oleh investor.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[-]
-
Kode Buat IHSG Bursa Asia Hjau, Hang Seng Sudah Melesat 2%
(chd/chd)
Sentimen: negatif (100%)