Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Beijing
Kasus: penembakan
Tokoh Terkait
Konflik China-Taiwan Bisa Tekan Perdagangan Indonesia
CNNindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Sejumlah ekonom menuturkan perekonomian Indonesia akan terdampak jika perang antara China dan Taiwan benar-benar terjadi.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan Taiwan merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia, terutama untuk produk manufaktur. Menurutnya, jika perang terjadi perdagangan ini akan terganggu.
"Dampak dari perang tentu saja akan menekan perdagangan Indonesia-Taiwan," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Jumat (5/8).
Maklum, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Indonesia ke Negeri Formosa sepanjang tahun lalu mencapai sekitar US$6,9 miliar. Ini didominasi oleh ekspor besi dan baja sekitar US$2,7 miliar, dan Bahan Bakar Mineral/Mineral Minyak (HS 27) mencapai US$1,8 miliar.
Sementara itu, impor Indonesia dari Taiwan pada tahun lalu mencapai US$4,35 miliar. Ini didominasi oleh impor Mesin dan Perlengkapan Elektrik yang mencapai US$1,5 miliar.
Faisal mengatakan dampak perang juga bisa melebar ke China. Apalagi, kata dia, perlambatan ekonomi China saat ini sudah cukup nyata mengganggu perdagangan.
Ia juga menyebut perang akan mengganggu logistik dan berimbas pada perdagangan Indonesia dengan mitra-mitra di Asia Timur lainnya.
"Artinya ke depan perdagangan kita berpotensi surplusnya menipis, semakin menipis lagi ketika ada perang," ujar Faisal.
Sementara itu, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan dampak nyata dari perang China-Taiwan bagi ekonomi global dan Indonesia adalah krisis pasokan chip untuk berbagai produk elektronik. Pasalnya Taiwan merupakan negara pengekspor chip terbesar di dunia.
Berdasarkan laporan Counterpoint Research, Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) masih memimpin industri chip di awal 2022. Perusahaan itu menguasai 70 persen pasar global.
Menurut Nailyul, perang akan membuat ekspor chipset ini terganggu dan berimbas pada kenaikan harga barang-barang elektronik seperti gawai. Bahkan harga mobil pun bisa naik.
"Produk semakin langka dan harga bisa tambah mahal. Semakin rebutan perusahaan-perusahaan mobil, elektronik untuk mendapatkan chip dari Taiwan," kata dia.
Ia pun mengingatkan jika perang benar-benar terjadi, Indonesia harus bersiap menghadapi risiko-risiko tersebut.
"Makanya kalo sampai perang dan pasokan chip global terganggu, pasti bisa melambatkan perkembangan teknologi global termasuk Indonesia," kata Nailul.
Sebelumnya, China mulai menembakkan proyektil ke Selat Taiwan pada Kamis (4/8). Tindakan itu merupakan reaksi marah atas kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taipei.
Penembakan proyektil ini dilaporkan kala China memulai latihan militer besar-besaran di sejumlah titik mengepung Taiwan. Dalam latihan militer tersebut, Beijing mengerahkan rudal, kapal perang, hingga jet tempur dan membuat Taiwan ketar-ketir.
Reaksi China atas kunjungan Pelosi ke Taipei tak serta merta hanya dengan menempatkan pasukan militer. Dari sisi ekonomi, Negeri Tirai Bambu itu mengisolasi Taiwan dengan menerapkan sejumlah sanksi dan blokade perdagangan, seperti larangan ekspor-impor.
[-]
(mrh/sfr)Sentimen: negatif (91.4%)