Sentimen
Negatif (66%)
15 Apr 2023 : 17.00
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: Washington

Pertemuan IMF-World Bank: Ekonomi ASEAN Diprediksi Tumbuh 4,4 Persen, tapi Ada Tantangan

15 Apr 2023 : 17.00 Views 3

Liputan6.com Liputan6.com Jenis Media: Ekonomi

Pertemuan IMF-World Bank: Ekonomi ASEAN Diprediksi Tumbuh 4,4 Persen, tapi Ada Tantangan

Liputan6.com, Jakarta Pertemuan musim semi IMF-World Bank di Washington D.C mengungkap kemungkinan tingkat pertumbuhan ekonomi di dunia termasuk ASEAN. Wilayah Asia Tenggara sendiri diprediksi ekonomi tumbuh 4,4 persen di 2023.

Angka inj relatif lebih baik dibanding proyeksi pertumbuhan ekonomi global sebesar 2,8 persen. Indonesia, Vietnam dan Filipina masing-masing diproyeksikan tumbuh 5,0 persen, 5,8 persen, dan 6,0 persen pada tahun 2023.

Namun, proyeksi ini bukan tanpa tantangan. Ada sejumlah tantangan ekonomi yang menghantui besarnya pertumbuhan ekonomi kawasan ASEAN ini.

Diantaranya mencakup tekanan inflasi yang tetap tinggi, kerentanan pada sektor perbankan dan kekhawatiran penyebaran pada sektor keuangan secara lebih luas, serta dampak dari perang di Ukraina yang terus berlanjut dengan tekanan geopolitik yang masih tinggi.

Hal ini mengemuka dalam rangkaian Pertemuan Musim Semi International Monetary Fund dan World Bank (IMF-World Bank), termasuk di dalamnya pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara G20 yang diselenggarakan pada tanggal 10-15 April 2023 di Washington D.C. Amerika Serikat dihadiri oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dan Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati.

"Dengan perkembangan dan prospek perekonomian global yang semakin kompleks, para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral menyepakati Global Policy Agenda dimana pembuat kebijakan perlu fokus pada upaya menjaga stabilitas perekonomian, membantu negara dalam kelompok rentan, dan memastikan tercapainya kesejahteraan," tulis rilis resmi Bank Indonesia, Sabtu (15/4/2023).

Secara lebih detil IMF mendorong respons kebijakan dengan immediate impact. Yakni penurunan tingkat inflasi dan pengelolaan ekspektasi inflasi dengan komunikasi kebijakan yang jelas, pemantauan risiko stabilitas sistem keuangan, penguatan pengawasan, pengelolaan pergerakan nilai tukar, normalisasi kebijakan fiskal, penyediaan bantuan bagi kelompok rentan, serta peningkatan ketahanan pangan.

Selanjutnya, Kebijakan jangka menengah meliputi antara lain pemulihan keberlanjutan fiskal, reformasi struktural untuk meningkatkan pasokan, serta mitigasi risiko pandemi. Sedangkan kebijakan jangka panjang meliputi penguatan kerja sama multilateral, penguatan stabilitas International Monetary System, pengentasan isu sektor kesehatan, serta percepatan upaya menuju ekonomi hijau, digital dan inklusif.

Sentimen: negatif (66%)