Sentimen
Negatif (99%)
12 Apr 2023 : 09.44
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Tangerang, Pekanbaru

Wasit Indonesia Bobrok, Salah Siapa?

12 Apr 2023 : 16.44 Views 3

CNNindonesia.com CNNindonesia.com Jenis Media: Sport

Wasit Indonesia Bobrok, Salah Siapa?
Jakarta, CNN Indonesia --

Galak, tegas, dan berani. Ketiga kata ini kiranya pantas disematkan kepada sosok wasit legendaris Indonesia, Jimmy Napitupulu.

Sorotan mata yang tajam dan suara lantang jadi menu pembuka pertemuan CNNIndonesia.com dengan Jimmy Napitupulu di sebuah kedai kopi yang terletak di kawasan Serpong, Tangerang, pertengahan Januari 2023.

Namun kesan galak tersebut seketika sirna setelah redaksi bersalaman dengan Jimmy di lokasi.

-

-

"Halo, apa kabar? Gimana-gimana ceritanya?" kata Jimmy mengawali perbincangan.

Semula Jimmy enggan diwawancara soal kinerja wasit Indonesia yang belakangan jadi sorotan publik. Ia mengaku tak berhak memberikan komentar karena tidak berada di lingkup PSSI, dalam hal ini komite wasit.

Selain itu Jimmy juga merasa terusik dengan pertanyaan-pertanyaan usang soal wasit kontroversial. Ia khawatir komentar pedasnya akan membuat 'telinga panas'. Apalagi judul liputan khusus yang CNNIndonesia.com angkat adalah: 'Benang Kusut Wasit Indonesia'.

Jimmy akhirnya takluk dan bersedia berbincang dengan CNNIndonesia.com. Tetapi, ia punya satu syarat.

"Kau wawancara dulu PSSI dan wasit-wasit aktif, baru kita jumpa!" kata Jimmy dengan logat batak yang khas. Permintaan Jimmy ini sejalan dengan rencana kami menguak alasan di balik kemerosotan kualitas wasit Indonesia. 

Legenda wasit sepak bola Indonesia berlisensi FIFA, Jimmy Napitupulu. (CNNIndonesia/Jun Mahares)

Semasa aktif di lapangan, salah satu wasit terbaik Indonesia era 2000-an ini dikenal tegas dan tanpa kompromi. Tak sedikit pengamat menjulukinya 'Pierluigi Collina Indonesia'.

Hampir semua pemain malas bahkan takut berdebat dengan pria kelahiran Pekanbaru, Riau, tersebut. Tak jarang pemain justru jadi sasaran 'omelan' Jimmy Napitupulu.

Prinsip Jimmy jelas. Tak pernah takut membuat keputusan di lapangan selama memegang teguh Laws of the Game (LOTG) FIFA. "Selama kita kerja dengan benar, buat apa takut?" cetus Jimmy.

Jimmy sudah makan asam garam di dunia perwasitan. Ia sukses mengantongi lisensi FIFA sejak 2002 sebagai modal memimpin laga-laga internasional.

Ilustrasi wasit Indonesia. (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana)

Bagi Jimmy, profesi wasit elite FIFA adalah salah satu pencapaian terbaiknya dalam kehidupan. Tapi yang paling disyukuri adalah menjadi ayah bagi tiga anak perempuannya.

Jimmy yang sudah gantung peluit sejak 2011 mengaku sedih melihat perkembangan wasit tanah air.

"Sedih saya. Bukannya makin maju malah mundur," ujar Jimmy.

Salah asuh dari hulu ke hilir 

Wasit memang tak melulu bisa sempurna memimpin pertandingan karena faktor keterbatasan manusia. Namun menurut Jimmy kesalahan fatal semestinya bisa diminimalisir jika wasit punya kualitas dan tegas menegakkan aturan.

Jimmy mengungkapkan akar masalah anjloknya kualitas wasit Indonesia karena salah asuh dari hulu ke hilir. Jadwal kursus lisensi wasit yang tak terpola, promosi ke Liga 1 bak jalan tol, dan minimnya pengawasan dari PSSI dalam hal ini Komite Wasit.

"Saya harus akui kualitas wasit Indonesia sekarang justru jauh menurun. Karena apa? Mulai dari perekrutan wasit, promosi wasit tidak menjalankan aturan sebenarnya kemudian promosi ke Liga 1 juga bisa lewat jalan tol," ujar Jimmy.

Kursus wasit pun makin marak digelar di berbagai daerah yang sebatas ladang bisnis. Ujian tak berlangsung sesuai standar. Sertifikat kelulusan bisa dikantongi asalkan bayar sesuai tarif.

"Yang seharusnya mengadakan kursus nasional C1 adalah PSSI, tetapi sekarang Asprov-Asprov, bahkan Askot sudah bikin kursus lisensi C1. Instruktur yang diundang memang dari PSSI, tapi ini kan menyalahi aturan," ujar Jimmy.

Mantan wasit berlisensi FIFA itu pun menunjukkan sejumlah agenda kursus wasit yang digelar di salah satu daerah. Kurang dari enam bulan, Asprov PSSI tersebut menggelar kursus pelatih C3 (dasar), C2 (menengah), dan C1 (nasional) sebanyak dua kali.

[-]

"Kalau sampai Asprov ada Askot bisa bikin kursus wasit nasional (C1), berarti PSSI bisa dong bikin kursus wasit berlisensi FIFA? Ini kan sudah salah. Kenapa ini bisa terjadi? Ya karena salah PSSI sendiri. Seharusnya mereka yang berwenang, kenapa tidak buat sendiri? Jadi PSSI harus tegas," kata Jimmy.

Ketika Askot PSSI maupun Asprov PSSI menggelar kursus, proses seleksi yang semula ketat menjadi longgar. Praktis banyak peserta yang lolos tanpa standar yang cukup.

"Saya juga punya bukti salah satu Asprov mengadakan kursus wasit C1 tiga kali setahun. Apa enggak gila? Jadi tujuannya keuntungan bisnis bukan peningkatan kualitas wasit. Jadi ini salah satu yang menyebabkan buruknya kualitas wasit Indonesia saat ini," ujar Jimmy menambahkan.

Dulu hanya setahun dua kali

Jimmy sendiri pernah menjadi anggota Komite Wasit PSSI era La Nyalla Mattalitti bersama dua mantan wasit berlisensi FIFA lainnya, Purwanto dan Jaka Mul. Saat itu PT Liga Indonesia dan Komite Wasit menetapkan jadwal kursus wasit hanya dua kali dalam setahun.

"Seingat saya dulu biasa digelar di bulan Maret dan Oktober. Setahun dua kali. Pokoknya tidak bentrok dengan jadwal kompetisi atau turnamen pramusim. Enggak seperti sekarang, ada kursus wasit tiap bulan di daerah yang sama dibiarkan begitu saja."

"Ketika saya jadi anggota Komite Wasit, kami sengaja mendatangkan instruktur wasit dari AFC. Biar supaya mereka dapat pengetahuan lebih bagus lagi," ucap Jimmy.

Untuk mengantisipasi 'bisnis' kursus wasit, Jimmy mengimbau PSSI bikin aturan yang tegas. Sertifikat wasit di berbagai level harus dikeluarkan PSSI pusat secara resmi.

PSSI juga disarankan untuk mencetak sertifikat kelulusan wasit dalam satu event dengan menggunakan baju seragam dan nomor atau kode kelulusan secara khusus.

"Saya sarankan semua sertifikat fotonya harus pakai kaus yang sama sehingga ada sertifikat keluar misalnya Maret 2022 terlihat bajunya beda, berarti kan itu sertifikat palsu."

"Sekarang banyak juga yang begitu, misalnya kursus wasit C3 dilaporkan jumlahnya 35, padahal peserta sebenarnya 25. Artinya 10 sertifikat diperjualbelikan. Begitu juga C2. Makanya harus PSSI yang buat sehingga ada kodenya jadi enggak bisa dimanipulasi," kata Jimmy memaparkan.

Berlanjut ke halaman kedua >>>

Promosi 'Jalan Tol' di PSSI BACA HALAMAN BERIKUTNYA

Sentimen: negatif (99.8%)