Sentimen
Positif (94%)
8 Apr 2023 : 18.31
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Dukuh, Banjar, Denpasar

Kasus: covid-19

Partai Terkait
Tokoh Terkait

Ogoh-ogoh di Denpasar, Bertema Pandemi dari Masker dan Arang

9 Apr 2023 : 01.31 Views 2

CNNindonesia.com CNNindonesia.com Jenis Media: Hiburan

Ogoh-ogoh di Denpasar, Bertema Pandemi dari Masker dan Arang
Denpasar, CNN Indonesia --

Kelompok Pemuda, ST Tunas Muda, Banjar Dukuh Mertajati, Desa Pakraman Sidakarya, Kecamatan Denpasar Selatan, Bali, membuat sebuah Ogoh-ogoh bertema Pandemi Covid-19.

Ogoh-ogoh dengan tinggi sekitar 4,5 meter dengan warna hitam gelap itu, dipajang di halaman Banjar Dukuh Mertajati, dan mengambil judul Gerubuk yang artinya adalah kekacauan dalam situasi Pandemi Covid-19 dan menjadi tontonan warga sekitar.

"Judulnya adalah Gerubuk (yang artinya) situasi kacau," kata Pageh Wedhanta (23) selaku arsitektu Ogoh-ogoh ST Tunas Muda Banjar Dukuh Mertajati, saat ditemui, Senin (28/2).

-

-

Ia menerangkan untuk konsep Ogoh-ogoh saat ini, diambil dari keresahan dan kegelisahan menghadapi Pandemi Covid-19. Dan, itu digambarkan lewat empat tangan Ogoh-ogoh yang membawa alat dan mempresentasikan empat sektor yang lumpuh akibat Pandemi Covid-19.

Empat sektor itu, pertama kegiatan keagamaan yang dibatasi. Lalu, sektor lainnya seperti nelayan di laut, pertanian, pendidikan , dan kesehatan yang juga terkena imbas Covid-19.

"Jadi Ogoh-ogoh ini, kami buat sebuah figur dalam beberapa tangan tambahan yang masing-masing membawa alat sebagai perwakilan dari sektor-sektor yang lumpuh pada masa pandemi," ujar Pageh.

"Di antaranya, ada alat genta atau bajra sebagai perwakilan dari sektor kegiatan keagamaan, ada alat pancing sebagai sektor laut, ada cangkul sebagai sektor pertanian, dan ada suntikan sebagai kesehatan dan ada lontar sebagai sektor pendidikan," imbuhnya.

Selain itu juga ada rantai di Ogoh-ogoh tersebut yang ditafsirkan sebagai belenggu terbatasnya kegiatan masyarakat selama Pandemi Covid-19.

"Jadi, di Ogoh-ogoh ini ada rantai, kami gambarkan sebagai terbelenggunya, terbatasnya pergerakan kami pada saat pandemi ini," jelasnya.

Namun, menariknya Ogoh-ogoh ini rupanya dibuat dengan bahan ramah lingkungan. Selain bahannya, dari ranting kayu, bambu, koran bekas, sekam, arang dan masker.

"Kami menggunakan arang sebagai gambaran bahwa pada masa pandemi ini, semua sektor-sektor kehidupan bisa dibilang hampir terbakar hangus dengan nuansa gelap sebagai simbol duka," ujar Pageh.

"Kemudian, ada masker dan masker ini kami angkat sebagai edukasi bagaimana kita lihat kalau dari sisi positifnya masker ini pada saat ini bisa mencegah penularan virus itu sendiri. Tapi, kalau kita lihat dari sisi negatifnya masker ini justru menimbulkan masalah baru terhadap lingkungan seperti limbah masker yang susah untuk terurai," imbuhnya.

Ia juga menyatakan, untuk bahan masker mereka menggunakan masker baru sebanyak satu kardus atau ribuan buah, dan sekitar 10 kilogram arang hitam untuk mewarnai tubuh Ogoh-ogoh tersebut.

"Untuk masker ini sendiri konsep dari awal kami mencoba menggunakan dari bekas. Cuman, karena minim sekali pengetahuan kami bagaimana mengelola masker bekas ke bersih. Jadi, untuk sementara kami menggunakan masker baru," kata Pageh.

Untuk pembuatan ogoh-ogoh itu, Pageh mengatakan sudah dimulai dari pertengahan Januari 2022 dengan biaya mencapai sekitar Rp 20 juta.

Selain itu, Ogoh-ogoh tersebut dilakukan pengarakan pada rangkaian malam pengerupukan di area banjar atau lingkungan desa masing-masing sebanyak 20 orang dengan menaati protokol kesehatan.

"Harapan kami walaupun kita terpuruk pada saat ini, ke depannya para pemuda ini mampu menunjukkan semangat baru dalam berkarya dan menjaga tradisi dan budaya. Pengarakannya di wilayah Banjar masing-masing dengan menerapkan protokol kesehatan," ujarnya.

Sebagai informasi, Gubernur Bali, Wayan Koster memberikan izin atau kesempatan para yowana atau generasi muda untuk melaksanakan pawai Ogoh-ogoh, pada malam rangkaian Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1944.

Keputusan itu dilakukan setelah Gubernur Koster berkoordinasi dan berkomunikasi dengan Bendesa Agung dan Penyarikan Agung Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali.

"Saya sebagai Gubernur Bali bersama Majelis Desa Adat Provinsi Bali menyetujui keinginan yang disampaikan melalui aspirasi para Yowana MDA Provinsi, Kabupaten, Kota se-Bali. Kepada para yowana yang sudah membuat Ogoh-ogoh, saya minta teruskan dibuat sampai selesai, sampai tuntas, jangan berhenti sebelum tanggal 2 Maret 2022," kata Koster dalam keterangan tertulisnya, Kamis (17/2).

Ia juga menyebutkan, para yowana seluruh Bali tidak perlu ragu-ragu lagi dan parade Ogoh-ogoh bisa dilaksanakan di lingkungan atau banjar dengan maksimum 25 yowana dan Ogoh-Ogoh ramah lingkungan tanpa bahan plastik dan styrofoam dilakukan dengan disiplin protokol kesehatan.

"Pakai masker, sudah divaksin dua kali, menyediakan hand sanitizer, dan mengikuti swab antigen yang difasilitasi secara gratis oleh Dinas Kesehatan Provinsi Bali," imbuhnya.

(kdf/kid)

[-]

Sentimen: positif (94.1%)