Sentimen
Positif (100%)
7 Apr 2023 : 12.23
Informasi Tambahan

Event: Olimpiade, SEA Games, Asian Games

Tokoh Terkait

Olahraga Sebagai Anak Tiri Indonesia

7 Apr 2023 : 19.23 Views 2

CNNindonesia.com CNNindonesia.com Jenis Media: Sport

Olahraga Sebagai Anak Tiri Indonesia

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com

Jakarta, CNN Indonesia --

Kurang dari dua bulan lagi, SEA Games 2023 akan berlangsung di Kamboja. Pada perhelatan terakhir di Vietnam, kontingen Indonesia menduduki peringkat tiga, di bawah tuan rumah Vietnam dan Thailand.

Bicara soal prestasi di Asia Tenggara, Indonesia di era 1977 hingga 1997 selalu menjadi juara umum dan hanya dua kali gagal saat Thailand menjadi tuan rumah pada 1985 dan 1995.

Namun setelah 1997, dominasi Indonesia mulai runtuh. Selama 26 tahun berikutnya, Indonesia hanya mampu mengulang prestasi menjadi juara umum saat kembali menjadi tuan rumah di tahun 2011.

-

-

Hingga kemudian muncul kebijakan bahwa SEA Games itu hanyalah sasaran antara. Target utama kita naik jadi Asian Games dan Olimpiade. Kemenpora juga menyebutkan akan memprioritaskan SEA Games untuk atlet-atlet muda. 

Tapi lain teori, lain di kenyataan. Pada praktiknya, sebagian atlet-atlet elite kita tetap jadi andalan, meski memang terkadang muncul satu atau dua atlet muda yang mampu mencuri perhatian.

Praktis hanya cabang olahraga bulutangkis yang konsisten berani menurunkan atlet-atlet pelapis di ajang SEA Games.

Hanya jadi perhatian di momen tertentu

Ah, tapi nasib prestasi atau pembinaan olahraga di Indonesia kan memang seperti anak tiri, belum jadi prioritas utama. Biasanya masalah klasik seperti dana selalu jadi alasan. 

Tapi menurut saya, salah satu indikator lain bahwa olahraga belum jadi prioritas dan perhatian utama di Indonesia bisa dilihat juga dari pemberitaan-pemberitaan. Terutama televisi yang relatif minim memberikan porsi tayangan untuk olahraga.

Banyak orang baru berebut komentar soal olahraga hanya kalau ada atlet Indonesia atau tim Indonesia yang juara di level regional atau dunia. Itu pun terkadang khusus di cabang-cabang olahraga yang populer saja.

Cerita di balik kesuksesan mereka, kisah perjuangan mereka berlatih di tengah keterbatasan dan mengorbankan segalanya buat raih prestasi tertinggi, acap kali dianggap sebagai berita yang tak terlampau laku.

Saya yakin, enggak banyak orang yang tahu kalau pelatnas Triathlon untuk SEA Games 2023, baru dimulai kira-kira di bulan Februari, atau tiga bulan sebelum tanding. Sebelumnya para atlet hanya menjalani latihan mandiri demi menjaga kondisi.

Padahal di Kamboja nanti, triathlon ditargetkan meraih tiga medali emas dari tujuh nomor yang ditandingkan.

Di pelatnas yang sama pula, ada mantan atlet nasional yang tidak masuk struktur pelatnas, tidak digaji, tapi rela setiap hari menjadi mentor dan rekan berlatih bagi salah satu atlet triathlon yg disiapkan tampil di Kamboja nanti.

Yang pasti, berita soal pelatnas triathlon tadi pasti kalah pamor dengan berita debat kusir politisi yang bisa disiarkan langsung berjam-jam dan dibahas seharian penuh.

Si paling sepak bola

Berita soal olahraga juga baru jadi perhatian utama kalau nyerempet-nyerempet soal politik.

Misalnya sepak bola dan PSSI -- organisasi tertinggi sepak bola Indonesia minim prestasi yang beritanya selalu dinanti. Pemilihan ketua umum PSSI tempo hari, atau soal pembatalan Indonesia jadi tuan rumah Piala Dunia U-20 kemarin, sukses jadi topik utama.

Orang-orang pun berebut ikut komentar. Bahkan salah satu rekan saya, yang saya yakin enggak ngerti soal aturan offside, bisa berkomentar soal kelayakan stadion untuk menggelar Piala Dunia U-20. Di grup WhatsApp pun tiba-tiba begitu fasih ngomong soal seluk beluk organisasi FIFA.

Pokoknya tiba-tiba menjelma jadi yang si paling sepak bola.

Saya teringat kata-kata Imron Rosadi, salah satu legenda angkat besi Indonesia dari Pringsewu, Lampung, yang seumur hidupnya bergelut di angkat besi dan sukses mencetak puluhan atlet angkat besi level dunia.

Beliau berkata: "Jangan lihat cabang olahraga itu dari kepopulerannya saja, tapi lihat juga mampu atau tidak cabor itu menaikkan bendera merah putih ke tiang tertinggi dan mengumandangkan Indonesia Raya di arena."

Ucapan Imron ini juga jadi kritik buat saya sendiri yang selama ini berprofesi sebagai jurnalis peliput olahraga

Tapi demikian kenyataannya. Suka atau tidak suka, di Indonesia, olahraga memang belum jadi prioritas utama.

Olahraga di Indonesia kerap kali hanya digunakan para pengurusnya sebagai tunggangan dan batu loncatan untuk mencapai ambisi lain di luar arena.

Apapun itu, saya masih memiliki keyakinan kalau saat ini kita tengah berproses, dan suatu saat nanti, olahraga bisa menjadi salah satu prioritas utama, menjadi kebutuhan sekaligus menjadi kebanggaan dari negeri ini.

Suatu saat nanti, cabang-cabang olahraga yang saat ini masuk cabang olahraga unggulan di dalam Desain Besar Olahraga Nasional, benar-benar akan menjadi cabor yang unggul, yang atlet-atletnya mampu meraih prestasi level dunia.

(vws) LEBIH BANYAK DARI KOLUMNIS

Sentimen: positif (100%)