Harga CPO Masih Merana, Gara-gara Kebijakan The Fed?
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) acuan terpantau kembali melemah pada perdagangan Kamis (23/3/2022), mengikuti kerugian pada minyak nabati lainnya. Ini karena investor mempertimbangkan sikap Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang masih hawkish.
Per pukul 10:37 WIB, harga CPO di bursa Malaysia untuk kontrak Juni 2023 merosot 0,93% ke level MYR 3.630/ton.
Hal itu memperpanjang penurunan hingga menyentuh ke level terendah dalam lebih dari lima bulan terakhir.
Dalam sepekan terakhir, harga CPO masih ambles 6,53% secara point-to-point (ptp). Sementara, dalam sebulan ambruk 11,54%.
Harga CPO cenderung mengikuti pergerakan minyak nabati lainnya. Namun cenderung berlawanan dengan harga minyak mentah dunia yang terpantau melesat meski The Fed kembali menaikkan suku bunga acuannya.
Mengutip Refinitiv, pada perdagangan pada Rabu kemarin, harga minyak mentah Brent ditutup di posisi US$ 76,69 per barel, harganya melonjak 1,82%. Sementara WTI ditutup melesat 2,26% ke posisi US$ 70,69 per barel.
Namun pada pagi hari ini, harga minyak mentah keduanya cenderung melandai. Pada pukul 08:30 WIB, minyak mentah Brent melemah 0,6% ke posisi US 76,23 per barel sementara WTI melandai 0,8% ke posisi US$ 70,33 per barel.
Sedangkan untuk harga minyak nabati lainnya, seperti harga kontrak kedelai Dalian yang ambles 1,7%, kemudian harga minyak sawit DCE RBD ambrol 2,4%, dan harga kedelai di Chicago Board of Trade (CBoT) melemah 0,2%.
Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait karena mereka bersaing untuk mendapat bagian di pasar minyak nabati global.
Di lain sisi, The Fed yang juga masih cenderung hawkish membuat harga minyak sawit kembali merana hari ini.
Sebelumnya pada dini hari tadi waktu Indonesia, The Fed memutuskan untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bp.
Bos The Fed, Jerome Powell mengatakan rapat Federal Open Market Committee (FOMC) mempertimbangkan untuk menahan kenaikan suku bunga karena adanya krisis perbankan.
Namun, rapat tetap memutuskan kenaikan karena inflasi masih kencang dan pasar tenaga kerja masih panas.
Meski begitu, data ekspor yang kuat dan kemungkinan produksi yang rendah akibat banjir baru-baru ini mendukung menjadi sentimen penopang harga CPO agar tidak jatuh terlalu dalam.
Ekspor produk minyak sawit Malaysia untuk 1-20 Maret naik 3,4% menjadi 929.274 ton dari 712.740 ton yang dikirim selama periode yang sama di Februari, berdasarkan data surveyor kargo Societe Generale de Surveillance.
Sementara itu menurut analis teknikal Reuters, Wang Tao mengatakan minyak kelapa sawit dapat menguji support di 3.615 ringgit per ton, penembusan di bawahnya dapat membuka jalan menuju kisaran 3.494-3.569 ringgit.
Foto: Teknikal CPO (Refinitiv)
CNBC INDONESIA RESEARCH
[-]
-
Bos Sawit, Harga CPO Naik Sih..Tapi Hati-hati Ya!
(chd/chd)
Sentimen: negatif (99.9%)