Sentimen
Positif (100%)
16 Mar 2023 : 17.34
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Tanah Abang

Kasus: pengangguran, PHK

Tokoh Terkait

4 Bukti TikTok 'Palugada', Bukan Cuma Tempat Video 'Joget'

17 Mar 2023 : 00.34 Views 2

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Tekno

4 Bukti TikTok 'Palugada', Bukan Cuma Tempat Video 'Joget'

Jakarta, CNBC Indonesia - TikTok kini menjadi platform 'palugada' (apa lu mau gua ada). Bukan hanya jadi tempat berbagi video pendek saja, melainkan juga kegiatan lain seperti belanja online, mencari pekerjaan, bahkan menjadi pengganti Google.

Bagaimana tidak, platform belanja online TikTok berkembang pesat di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Menurut data terbaru dari ByteDance, nilai transaksi e-commerce di TikTok meroket selama 2022.

Di satu sisi, selain disebut sebagai pengganti Google lantaran banyak Gen Z yang mencari informasi di sana, ternyata TikTok juga bisa menjadi alternatif LinkedIn sebagai platform mencari pekerjaan.

-

-

Berikut ini CNBC Indonesia rangkum alasan mengapa TikTok bukan lagi hanya tempat berbagi video saja:

1. TikTok tempat belanja online

TikTok kini menjadi platform pilihan untuk belanja online lewat TikTok Shop. Keberadannya berkembang pesat di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Menurut data terbaru dari ByteDance, nilai transaksi e-commerce di TikTok meroket selama 2022.

The Information melaporkan bahwa nilai belanja e-commerce melalui TikTok melonjak empat kali lipat sepanjang 2022. Nilai barang yang dibeli (gross merchandise value/GMV) di Asia Tenggara tercatat melampaui US$4,4 miliar atau melebihi Rp 68 triliun.

TikTok menyediakan platform belanja online lewat dua fitur. Lewat TikTok Shop, pemilik akun TikTok bisa membuka toko online yang bisa dikunjungi langsung pengguna TikTok lainnya.

Selain TikTok Shop, pengguna TikTok juga bisa berjualan saat menggelar live streaming di TikTok. Barang yang dipromosikan biasanya ada di bagian kanan bawah.

Survei Populix sebelumnya menyatakan Tiktok Shop telah digunakan oleh 45% masyarakat di Indonesia yang pernah belanja online menggunakan media sosial, lebih tinggi dari platform milik keluarga besar Meta yakni WhatsApp (21%), Facebook Shop (10%) dan Instagram Shop (10%).

Populix mengungkapkan Tiktok Shop lebih banyak digunakan perempuan. Sebaliknya, WhatsApp dan Instagram Shop lebih banyak digunakan laki-laki berusia 36-45 tahun.

Riset yang sama menyatakan 52% masyarakat Indonesia telah mengetahui tren transaksi jual-beli lewat media sosial atau social commerce. Ini jadi opsi baru berbelanja online dan memungkinkan interaksi langsung dengan penjual namun tetap bisa menelusuri media sosial tanpa harus pindah aplikasi.

2. TikTok pengganti Google

Gen Z dilaporkan mulai meninggalkan Google dan memilih layanan berbagi video, Tiktok. Hal ini terungkap dalam data terbaru firma riset Morning Consult.

Sebenarnya angkanya belum terlalu besar dibandingkan dengan Google, namun mengalami pertumbuhan signifikan mengingat Tiktok bukanlah platform mesin pencarian.

Tercatat hingga Februari 2023, ada 14% Gen Z (1995-2010), mengaku mencari informasi melalui TikTok. Sementara itu, yang menggunakan Google berjumlah 39%.

Ancaman Tiktok ini juga disadari betul oleh Google. Ini terlihat dalam data yang dibagikan Senior Vice President Google, Prabhakar Raghavan, yang mengambil sampel remaja usia 18-24 tahun.

Dalam riset internal Google, 40% Gen Z lebih memilih mencari informasi di Tiktok dibandingkan produk Search. Informasi yang dicari kebanyakan seputar perencanaan liburan, produk skincare, restoran, tempat nongkrong, dan makanan.

Setengah dari obyek penelitian juga ternyata lebih memilih Tiktok dan media sosial lain Instagram dibandingkan Google Search dan Maps.

Karyawan mempromosikan pakaian wanita di platfom siaran langsung (live) media sosial di kawasan Pertokoan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (13/10/2022). Di era digital saat ini berbagai cara pedagang mempromosikan barang jualanannya salah satunya dengan platform media sosial. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

3. TikTok tempat belajar

Aplikasi asal China itu baru saja memperkenalkan layanan pendidikan serupa di dalam platform.

Engadget melaporkan TikTok meluncurkan feed khusus STEM (science, technology, engineering, math). Laman tersebut hanya akan menampilkan video yang mendidik saja di dalamnya.

Jadi, video-video itu terpisah dengan feed biasanya yang menampilkan konten hiburan. Pengguna bisa mendapatkan konten membuat kode atau mendiskusikan eksperimen.

TikTok bekerja keras menghindari misinformasi pada bagian baru ini. Platform bekerja sama dengan kurator Common Sense Networks untuk mempelajari konten dan memastikan relevan dengan feed STEM.

Bukan hanya Common Sense, TikTok juga bekerja sama dengan pemeriksa fakta Poynter. Lembaga ini bekerja untuk memeriksa akurasi konten.

Video yang tidak lolos kedua pemeriksaan tersebut tak akan bisa masuk ke dalam feed khusus STEM ini, ungkap laporan Engadget.

TikTok baru memastikan kehadiran feed STEM ini di Amerika Serikat (AS) pada minggu-minggu mendatang. Belum diketahui kapan akan diluncurkan di negara lain termasuk Indonesia.

4. TikTok platform pencari kerja

FYP TikTok ramai dengan para korban PHK. Bahkan gara-gara membagikan pengalaman mereka, korban layoff mengaku menerima tawaran kerja baru dari TikTok.

Hal ini menambah daftar panjang fungsi TikTok. Selain disebut sebagai pengganti Google lantaran banyak Gen Z yang mencari informasi di sana, ternyata TikTok juga bisa menjadi alternatif LinkedIn.

Antrell Vining membagikan pengalamannya mendapat tawaran kerja dari TikTok. Ia sebelumnya bekerja di bank sebagai project manager sebelum kena PHK.

"Saya tak punya uang yang cukup untuk bertahan selama berbulan-bulan setelah kena PHK," kata dia, dikutip dari Insider.

Ia kena PHK berbarengan dengan badai pemangkasan industri teknologi yang sedang kencang-kencangnya. Ia pun putus asa tak bisa mendapat pekerjaan dalam waktu cepat karena bursa lamaran kerja sedang kacau.

Namun, setelah membagikan pengalamannya di-PHK lewat TikTok, ia akhirnya mendapat tawaran kerja baru. Vining memiliki 40.000 pengikut di TikTok dengan akun @TechByAntrell.

Videonya langsung viral dan mendapat 700 lebih komentar. Beberapa komentar tersebut memberikan dukungan, serta banyak yang menawarkan pekerjaan baru.

"Awalnya saya tak menanggapinya serius. Tak mungkin dapat kerjaan lewat TikTok. Namun setelah saya follow up beberapa orang yang komentar, mereka benar-benar serius menawarkan kerja," kata dia.

Vining saat ini bekerja sebagai project manager bagian konsultan teknis dari tawaran di salah satu komentar TikTok. Ia mengaku senang karena kerjaan barunya menerapkan nilai work-life balance.

Vining bukan satu-satunya yang mendapat rejeki dari TikTok. Alejandra Hernandez yang di-PHK dari Meta membagikan video 'a day-in-the-life' di TikTok setelah dia resmi jadi pengangguran karena kena PHK.

Video tersebut mendapat 800.000 views dalam beberapa hari. Menurut dia, videonya mengubah stigma buruk korban PHK selama ini.

"Kita semua perlu menyuarakan lebih banyak bahwa PHK bukan kesalahan kita dan tak perlu malu," kata dia.

Ia pun mendapat tawaran kerja baru gara-gara serial video TikTok-nya menyebar ke mana-mana. "TikTok bisa jadi LinkedIn baru," ujarnya.


[-]

-

PNS AS Bakal Dilarang Main Tiktok, Ada Apa?
(dem)

Sentimen: positif (100%)