Produsen Mobil Listrik Terdepan Cina BYD Bangun Pabrik di Thailand
Republika.co.id Jenis Media: Otomotif
REPUBLIKA.CO.ID, RAYONG -- Produsen kendaraan listrik terkemuka Cina BYD akhirnya memutuskan berinvestasi membangun pabrikan di Asia Tenggaranya di Thailand, setelah sebelumnya beberapa negara ASEAN, termasuk Indonesia berharap BYD berinvestasi di negaranya. Seremonil peletakan batu pertama pembangunan pabrik BYD di Thailand dilakukan pada Jumat (10/3/2023).
"Keputusan BYD untuk menjadikan Thailand sebagai basis produksinya di kawasan Asia-Pasifik sejalan dengan model ekonomi bio, sirkular, dan hijau (BCG) Thailand dan arah pembangunan hijau dan berkelanjutan China," kata Wang Liping, menteri-konselor ekonomi dan urusan komersial Kedutaan Besar Tiongkok di Thailand.
Pabrik mobil pertama BYD di Thailand ini, menandai langkah terbaru produsen mobil Cina untuk memperluas jejak mereka di Asia Tenggara. Pabrik baru yang terletak di Zona Khusus Koridor Ekonomi Timur di provinsi pesisir Rayong ini diharapkan dapat berfungsi sebagai pusat produksi dan distribusi kendaraan listrik (EV) di Thailand, dan negara tetangga ASEAN, dan kawasan lainnya.
Sebagai pemain utama di pasar EV global, penjualan kumulatif kendaraan energi baru BYD melebihi 1,86 juta unit pada tahun 2022. Jumlah ini diperkirakan akan alami peningkatan dari year on year sebesar 208,6 persen, menurut prediksi perusahaan.
Bergabung dengan MG SAIC Motor dan Great Wall Motor, BYD menjadi merek mobil Cina lainnya yang membangun operasi manufaktur di Thailand, pasar yang telah lama didominasi oleh merek Jepang. Tahun lalu juga, BYD membawa model terpopulernya, ATTO3, ke Thailand.
Manajer umum Divisi Penjualan Mobil Asia-Pasifik BYD, Liu Xueliang memperkirakan kedepan akan penjualan yang booming dengan orang-orang mengantri semalaman untuk membeli mobil listrik. Target penjualan mobil BYD 10.000 unit tercapai hanya dalam waktu 42 hari.
Pada hari upacara peletakan batu pertama, BYD juga mengadakan upacara penyerahan mobil ATTO 3 ke-9.999 dan ke-10.000.
Pabrik tersebut dijadwalkan mulai berproduksi pada 2024 dengan kapasitas tahunan 150.000 kendaraan energi baru. Investasi BYD di Thailand juga sejalan dengan tujuan pemerintah Thailand untuk memiliki 30 persen kendaraan yang diproduksi di negara tersebut menjadi EV pada tahun 2030.
"Langkah ini tidak hanya akan menciptakan lebih banyak kesempatan kerja dan mendorong pembangunan ekonomi di Thailand, tetapi juga mendorong integrasi mendalam industri kendaraan energi baru di China dan Thailand," tambahnya.
Pejabat Thailand, termasuk Sekretaris Jenderal Dewan Investasi Thailand Narit Therdsteerasukdi dan Wakil Gubernur Provinsi Rayong Suphot Torartharn, dengan hangat menyambut masuknya BYD ke Thailand. Mereka yakin kehadiran BYD di pasar Thailand akan menggiatkan industri EV tanah air.
Menurut data Institut Otomotif Thailand dan Departemen Transportasi Darat, penjualan kendaraan listrik murni di Thailand mencapai 13.454 unit tahun lalu. Angka ini meningkat tajam selama beberapa tahun terakhir, mewakili peningkatan year on year sebesar 588,5 persen.
Asisten direktur pengelola Kasikorn Research Center, Kevalin Wangpichayasuk mengatakan banyak merek EV telah bergabung dengan langkah kebijakan subsidi pemerintah, termasuk perusahaan Cina, Barat, dan Jepang. Ia menambahkan bahwa ini bukan hanya kabar baik bagi pembeli mobil yang akan memiliki lebih banyak pilihan, tetapi juga untuk industri otomotif Thailand selama masa transisi untuk mengejar tren masa depan.
sumber : Xinhua
Sentimen: positif (100%)