Sentimen
Negatif (99%)
8 Mar 2023 : 08.09
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Shanghai

Tokoh Terkait

Investor Cenderung Wait and See, Bursa Asia Ditutup Beragam

8 Mar 2023 : 08.09 Views 3

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Investor Cenderung Wait and See, Bursa Asia Ditutup Beragam

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik ditutup bervariasi pada perdagangan Selasa (7/3/2023), di mana investor cenderung wait and see jelang pidato Ketua bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) malam ini.

Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup menguat 0,25% ke posisi 28.309,199, Straits Times Singapura naik 0,18% ke 3.245,27, ASX 200 Australia terapresiasi 0,49% ke 7.364,7, dan KOSPI Korea Selatan naik tipis 0,03% menjadi 2.463,35.

Sementara untuk indeks Hang Seng Hong Kong ditutup melemah 0,33% ke 20.534,48, Shanghai Composite China ambles 1,11% ke 3.285,1, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terkoreksi 0,59% menjadi 6.766,76.

-

-

Dari Australia, bank sentral (Reserve Bank of Australia/RBA) memutuskan untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya pada hari ini, di mana suku bunga acuan RBA dinaikan sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 3,6%.

Hal ini tentunya sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya yang memperkirakan bank sentral Negeri Kanguru tersebut bakal menaikan lagi suku bunga acuannya sebesar 25 bp. Alhasil, suku bunga ini menjadi yang tertinggi sejak Juni 2012, ketika tingkat uang tunai Australia mencapai 3,75%.

"Inflasi global masih sangat tinggi. Secara umum, itu moderat, meskipun inflasi harga layanan tetap tinggi di banyak negara," kata RBA dalam rilisnya.

Meski sudah sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya, tetapi banyak juga yang mengkritisi sikap RBA yang masih cenderung hawkish, karena menyebabkan kenaikan pembayaran hipotek dan orang-orang terus menghadapi kenaikan harga makanan dan listrik.

Dikutip dari AFP, Lowe mengatakan dirinya mengharapkan kenaikan suku bunga lebih lanjut karena diperlukan untuk mengembalikan inflasi ke kisaran target bank 2%-3%. Ia juga berjanji untuk "melakukan apa yang diperlukan" untuk mencapai target itu.

Adapun inflasi rumah tangga di Australia di atas 7%, menurut angka terbaru pemerintah.

Kenaikan suku bunga yang diantisipasi secara luas datang karena bank sentral di seluruh dunia terus memperketat kebijakan moneter dalam menghadapi harga pangan dan energi yang tak terkendali, diperburuk oleh perang di Ukraina.

Australia, seperti kebanyakan negara yang memerangi inflasi, menghadapi tindakan penyeimbangan yang rumit untuk menurunkan harga tanpa menghambat pertumbuhan ekonomi dan memicu resesi.

Sementara itu dari Korea Selatan, perekonomiannya pada kuartal IV-2022 mengalami kontraksi menjadi 0,4% (quarter-to-quarter/qtq), data bank sentral yang direvisi menunjukkan pada hari Selasa, sesuai dengan perkiraan sebelumnya yang dirilis pada Januari lalu.

Kontraksi mengikuti pertumbuhan 0,3% pada kuartal ketiga dan menandai penurunan kuartalan pertama sejak kuartal kedua tahun 2020.

Berdasarkan pengeluaran, konsumsi swasta turun 0,6%, tetapi investasi fasilitas dan konstruksi masing-masing naik 2,7% dan 0,8%. Ekspor turun 4,6%, sementara impor turun 3,7%.

Sedangkan secara tahunan (year-on-year/yoy) data final dari produk domestik bruto (PDB) Negeri Ginseng hanya tumbuh 1,3% pada kuartal IV-2022 dari periode yang sama tahun 2021 yang tumbuh 3,1%.

Di lain sisi, investor di Asia-Pasifik cenderung wait and see menanti pidato Ketua The Fed, Jerome Powell dihadapan Kongres AS mulai malam ini waktu Indonesia hingga besok.

Powell akan berpidato terkait kebijakan moneter kedepannya, termasuk kebijakan suku bunga acuan. The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 8 kali selama setahun terakhir, yang terbaru adalah kenaikan seperempat poin persentase awal bulan lalu.

Pasar hingga kini masih terpecah antara menginginkan The Fed menurunkan inflasi, kendati demikian rasa khawatir juga muncul penurunan bakal berlebihan sehingga menyebabkan tekanan ekonomi yang terus berlanjut.

CNBC INDONESIA RESEARCH


[-]

-

Alert IHSG! Mayoritas Bursa Asia Melemah Lagi
(chd/chd)

Sentimen: negatif (99.5%)