Sentimen
Netral (88%)
7 Mar 2023 : 10.10
Tokoh Terkait

Kita Tidak Ingin Alami Depresiasi Rupiah yang Berlebihan!

7 Mar 2023 : 10.10 Views 2

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Kita Tidak Ingin Alami Depresiasi Rupiah yang Berlebihan!

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, salah satu pembahasan yang akan dibahas dalam Pertemuan ASEAN 2023 adalah fleksibilitas nilai tukar di tingkat regional.

Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo menjelaskan depresiasi nilai tukar adalah bagian bagaimana pihaknya harus mempertahankan penuh untuk menjaga stabilitas.

-

-

Oleh karena itu, bank sentral yang sekarang memiliki mandat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan ini, ingin masalah fleksibilitas nilai tukar bisa dibicarakan oleh negara anggota ASEAN pada tahun ini.

"Kita tidak ingin mengalami depresiasi (nilai tukar) yang berlebihan, karena limpahan yang datang dari ekonomi global," jelas Dody saat menjadi pembicara dalam 'High Level Seminar: ASEAN Matters Epicentrum of Growth', Senin (6/3/2023).

Pembahasan fleksibilitas nilai tukar pada pertemuan ASEAN 2023, kata Dody sebagai pesan untuk semua negara, terutama negara maju. Bahwa segala bentuk kebijakan moneter di negara maju, sangat terasa dampaknya terhadap negara berkembang, terutama negara-negara di ASEAN.

"Ini untuk mengirimkan pesan ke dunia, tentang bagaimana kebijakan yang diambil negara maju berdampak pada negara-negara berkembang, pada volatilitas nilai tukar dan pada volatilitas arus modal," jelas Dody lagi.

Selain pembahasan fleksibilitas nilai tukar, Dody juga menyebut akan membawa topik tentang digitalisasi, terutama crypto currency atau aset kripto.

Dody bilang, pembahasan mengenai aset kripto merupakan warisan dari pembahasan sebelumnya di dalam Presidensi G20 Indonesia tahun lalu. Oleh karena itu, pembahasan ini harus berlanjut secara regional di tingkat ASEAN.

"Kami ingin negara anggota ASEAN memahami bagaimana mengatur transaksi kripto aset, dengan dasar, dengan acuan peraturan yang diambil oleh negara anggota ASEAN," jelas Dody.

Begitu juga dengan central bank digital currency (CBDC), yang juga akan diangkat topiknya oleh BI dan pemerintah.

Karena bagaimanapun, mata uang digital telah menjadi transaksi harian pada masyarakat luas. Tentu ini sangat mempengaruhi sistem moneter tradisional.

"Saya pikir tidak hanya crypto, saat berbicara CBDC dan private currency lainnya, saya pikir ini juga berdampak pada sistem moneter tradisional," tuturnya.

"Ini adalah beberapa topik di bawah agenda kami yang ingin kai bawa dalam lingkup ASEAN," kata Dody lagi.

Adapun nilai tukar rupiah menguat 0,3% pada penutupan perdagangan Senin (6/3/2023) ke posisi Rp 15.290/US$.

Penguatan rupiah kali ini, mengakhiri tren negatif akhir pakan lalu di mana rupiah melemah 0,13% yang ditutup di level Rp 15.295/US$.

Penguatan ini menjadi kabar baik mengingat sejak awal Februari rupiah terus terdepresiasi. Bahkan sebulan terakhir rupiah telah melemah 2,20% melawan dolar setelah sebelumnya sempat menguat pada Januari 2023.


[-]

-

Jangan Panik! Rupiah Bakal Tembus Sampai Segini di Akhir 2022
(cap/cap)

Sentimen: netral (88.6%)