Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
Kasus: covid-19
Tokoh Terkait
Hari Penentuan, Mampukah IHSG Bertahan di Level 6.800
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Sempat menghijau di awal sesi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya ditutup turun tipis 0,10% ke posisi 6.807,00, di penghujung perdagangan, Senin (6/3/2023).
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 312 saham melemah, 206 saham mengalami kenaikan dan 215 lainnya mendatar. Perdagangan menunjukkan nilai transaksi sekitar Rp 7,9 triliun dengan melibatkan 15,43 miliar saham.
Pada Senin, IHSG dibuka bergairah namun berbalik arah hingga ditutup di wilayah merah. Artinya pelemahan kali ini sekaligus melanjutkan tren pelemahan perdagangan sebelumnya.
Dalam lima hari perdagangan, koreksi IHSG melebar menjadi 0,70%. Dengan begitu, IHSG kembali menorehkan kinerja negatif mingguan. Sejak awal tahun, IHSG masih membukukan pelemahan 0,64% (year to date).
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia via Refinitiv, empat dari total sektor melemah. Sektor energi menjadi sektor yang paling merugikan indeks dengan penurunan 1,35%. Sebaliknya, sektor konsumen non-primer terpantau menjadi penahan koreksi paling besar menguat 0,86%.
Mayoritas saham-saham energi tercatat membukukan kinerja negatif. Bumi Resources tenggelam 3,76%, Adaro Energy jatuh 3,64% sementara Borneo Olah Sarana merosot 3,17%. Berikutnya Indika Energy melorot 2,55% pun Baramulti Suksessarana turun 1,44% dan lainnya.
Perdagangan kali ini, IHSG dibebani paling berat oleh Bank Central Asia sebesar 5,32 indeks poin disusul Adaro Energy 3,65 indeks. Selain itu, Bayan Resources membebani 2,89 indeks poin dan Telkom Indonesia berkontribusi 2,42 indeks poin.
Sentimen pasar utama masih diselimuti oleh implikasi pengumuman beberapa data ekonomi, di antaranya ketegangan antara suku bunga dan harga saham karena investor mencerna indikasi sikap The Fed yang masih hawkish beberapa bulan ke depan.
Investor juga harus memperhatikan kondisi ekonomi China dan AS yang merupakan partner dagang utama Indonesia.
Meskipun China tumbuh lambat pada 2020, ekonominya mampu 'mengaum' dan mencatatkan peningkatan tajam selama 2 bulan beruntun, yang mengisyaratkan bahwa ekonomi China akan bangkit lebih cepat dari yang diperkirakan setelah sempat terseret akibat pembatasan ketat Covid-19.
Sementara itu, AS memiliki data ekonomi yang masih menunjukkan kekuatan. Namun, kabar baik ini menjadi kabar buruk di masa akan datang karena akan mendorong The Fed untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut dan menjaganya tetap tinggi demi meredam inflasi.
Hari ini, dari dalam negeri, investor akan menunggu rilis data cadangan devisa (cadev) Indonesia per Februari 2023 yang diproyeksikan berada di US$139 miliar atau turun tipis dari posisi Januari US$139,4 miliar.
Posisi Januari sendiri lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai US$137,2 miliar.
Dari luar negeri, terutama dari AS, secara umum investor akan mencerna pidato Ketua bank sentral The Fed Jerome Powell di hadapan Komite Urusan Perbankan, Perumahan dan Perkotaan Senat dan Komite Layanan Keuangan DPR AS mulai hari ini hingga Rabu besok (8/3).
Ini artinya, tegangan antara suku bunga dan harga saham masih akan kembali menjadi tema utama pekan ini.
Analisis Teknikal
Foto: Teknikal
Teknikal
IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu harian (daily) dan menggunakan Bollinger Band (BB) dan Fibonacci Retracement untuk mencari resistance dan support terdekat.
Secara umum, IHSG masih dalam fase sideways atau konsolidasi akhir-akhir ini. Karenanya, IHSG cenderung bergerak dalam rentang yang sempit.
Pada Senin, IHSG ditutup memerah dan membentuk pola inverted hammer yang biasanya mengindikasikan potensi pembalikan arah (reversal).
IHSG masih tertahan di level support terdekat berupa level psikologis 6.800 dan pita bawah BB (6.793).
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Posisi RSI juga ditutup turun tipis ke 42,46, menuju level jenuh jual.
Sedangkan, dilihat dari indikator lain yaitu Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis MACD berada di bawah garis sinyal. Sedangkan, histogram MACD kembali membentuk bar negatif.
Melihat hal tersebut, berkaca dengan pergerakan historis IHSG akhir-akhir ini, IHSG tampaknya kembali bergerak beragam. Sejauh mampu bertahan di atas support 6.793-6.800, IHSG berpeluang menguji resistance terdekat 6.850-6.873.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
[-]
-
Jalan IHSG Masih Berat, Dibuka Merah Lagi Nih....
(trp/trp)
Sentimen: negatif (99.2%)