Sentimen
Positif (49%)
25 Feb 2023 : 03.50
Tokoh Terkait

Setahun Perang, Rusia Untung Dagang Rp 4.300 Triliun!

25 Feb 2023 : 03.50 Views 5

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Setahun Perang, Rusia Untung Dagang Rp 4.300 Triliun!

Perang Rusia-Ukraina sudah berlangsung selama satu tahun, perekonomian dunia pun merasakan dampak buruknya. Harga energi yang melambung pada tahun lalu membuat surplus neraca perdagangan Rusia diestimasi sebesar US$ 282,3 miliar atau lebih dari Rp 4.300 triliun.  Rusia banyak disanksi oleh Barat, tetapi Putin dikabarkan memiliki "Armada Hantu" yang bisa lolos dari sanksi. 

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Rusia-Ukraina sudah berlangsung satu tahun dan belum ada tanda-tanda akan segera berakhir. Dampak perang tidak hanya dirasakan kedua negara, tetapi dunia.

Harga energi yang meroket pada tahun lalu memicu kenaikan inflasi yang tinggi. Hingga saat ini negara-negara Barat masih "berperang" guna menurunkan inflasi. Tidak hanya inflasi, pertumbuhan ekonomi global pun melambat bahkan ancaman resesi masih sangat besar.

Di sisi lain, lonjakan harga minyak mentah, gas alam hingga batu bara memberikan keuntungan yang besar bagi Rusia yang merupakan salah satu eksportir terbesar di dunia.

-

-

Amerika Serikat dan sekutu memberikan sanksi ke sektor energi Rusia. Minyak mentah dan gas alam merupakan komoditas ekspor utama Rusia, ketika disanksi maka pendapatan negara menjadi merosot dan tidak bisa mendanai perang.

Eropa yang merupakan sekutu Amerika Serikat dilarang mengimpor minyak mentah maupun gas alam dari Rusia. Tetapi nyatanya pendapatan dari ekspor komoditas energi negara yang dipimpin Vladimir Putin ini justru melonjak

Bank Sentral Rusia (CBR) memberikan estimasi surplus neraca perdagangan sepanjang 2022 sebesar US$ 282,3 miliar atau lebih dari Rp 4.300 triliun (kurs Rp 15.200/US$. Surplus tersebut melesat 66% dibandingkan 2021.

Ketika Eropa dilarang membeli minyak Rusia (Ural), penjualan pun dialihkan ke Asia. China dan India menjadi beberapa konsumen Rusia yang harga minyak mentahnya yang lebih murah ketimbang Brent atau pun West Texas Intermediate (WTI).

Pelarangan impor belum sukses menekan pendapatan Rusia, Amerika Serikat bersama G7, Uni Eropa dan Australia pada Desember lalu memberlakukan pembatasan harga minyak mentah Rusia (Ural) menjadi US$ 60/barel.

Meski demikian, Rusia masih tetap untung. Sebab berdasarkan Situs Oil Price harga impas minyak Rusia sebesar US$ 40 barel, sehingga dengan pembatasan sebesar US$ 60 per barel, untung yang diperoleh juga cukup besar.

Selain itu, sejak akhir tahun lalu Rusia dikabarkan memiliki "Armada Hantu" untuk mengangkut minyak Ural.

Pembatasan harga yang dilakukan AS dan Sekutu berlaku untuk perusahaan tanker, kargo, asuransi, dan semua yang berhubungan dengan transportasi minyak Ural di negara-negara yang menandatangani kesepakatan tersebut. Secara sederhana, perusahaan-perusahaan tersebut baru diizinkan berbisnis jika menjual harga minyak Rusia sebesar US$ 60/barel atau di bawahnya.

Rusia sangat tergantung dengan perusahaan tanker asing untuk mengangkut minyaknya Secara. tidak langsung, pembatasan harga tersebut membuat Rusia kena imbasnya. Jika transportasi menggunakan perusahaan-perusahaan tersebut, maka harga minyak mentahnya harus diturunkan.

Putin tentu saja tidak tinggal diam. Rusia dikabarkan memiliki "armada hantu" atau "armada bayangan" guna mengangkut minyak mentahnya.

Braemar, perusahaan broker perkapalan sebagaimana dikutip Financial Times memberikan estimasi Rusia sepanjang 2022 menambah jumlah kapalnya lebih dari 100 melalui pembelian langsung maupun tidak langsung.

"Pembelian tanker anonim dengan jumlah yang banyak bisa dilihat dari kenaikan registrasi tanpa nama atau pembeli baru. Kapal-kapal yang dibeli berumur 12 - 15 tahun, dan diperkirakan akan dibongkar dalam beberapa tahun ke depan," kata Anoop Singh, kepala riset tanker di Braemar, sebagaimana dilansir Financial Times, Sabtu (3/12/2022).

"Para pembeli ini tidak familiar bagi kami sebagai broker lama. Kami yakin mayoritas kapal ini bertujuan ke Rusia," tambahnya.

Craig Kennedy, ahli minyak Rusia di Harvard's Davis Center juga mengatakan hal yang sama.

"Kami melihat pembelian tanpa nama dalam beberapa bulan terakhir, dan beberapa pekan setelahnya kapal tersebut muncul di Rusia untuk mengambil muatan minyak mentah pertama mereka," kata Kennedy.

Meski demikian, Rusia diperkirakan masih akan kekurangan tanker jika hanya menggunakan "armada hantu". Braemar memperkirakan ekspor Rusia akan menurun di kisaran 700.000 - 1,5 juta barel per hari.

Sementara itu, perusahaan konsultan energi Rystad mengatakan Rusia sepanjang 2022 menambah 103 tanker, tetapi masih akan kekurangan sekitar 60 sampai 70 tanker, dan ekspornya akan turun 200.000 barel per hari.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

[email protected].com


[-]

-

Saktinya IHSG Tahun Ini! Tiga Kali Tumbang, Tiga Kali Bangkit
(pap/pap)

Sentimen: positif (49.2%)