Sentimen
Positif (99%)
16 Feb 2023 : 08.46
Informasi Tambahan

Brand/Merek: Mitsubishi

BUMN: PT Aneka Tambang Tbk

Kab/Kota: Gresik

Ambisi Jokowi Hilirisasi Tembaga-Emas, Smelternya Sudah Siap?

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

16 Feb 2023 : 08.46
Ambisi Jokowi Hilirisasi Tembaga-Emas, Smelternya Sudah Siap?
Presiden Joko Widodo terus menggalakkan hilirisasi yang menjadi program unggulan dan prioritas demi meningkatkan nilai tambah komoditas. Sukses dengan hilirisasi nikel, pemerintah kini berencana juga melakukan hal yang sama pada bauksit, tembaga dan emas. Saat ini Indonesia baru memiliki satu smelter tembaga.


Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) telah secara tegas mengungkapkan akan menjadikan hilirisasi sebagai salah satu program unggulan dan prioritas demi meningkatkan nilai tambah komoditas yang dapat dirasakan oleh masyarakat luas.

Saat ini Indonesia telah melakukan hilirisasi nikel yang dinilai berhasil memberikan nilai tambah signifikan. Keberhasilan tersebut memicu pemerintah untuk menggalakkan hilirisasi di sejumlah komoditas lain mulai dari bauksit yang sebelumnya telah diumumkan ekspornya akan dilarang hingga tembaga dan emas yang diharapkan akan segera diumumkan.

-

-

Hingga saat ini pemerintah belum secara resmi mengumumkan kebijakan terkait pelarangan ekspor bijih tembaga dan emas, tetapi telah memberikan sinyal tersebut dalam dua kesempatan berbeda yakni Pertemuan Industri Jasa Keuangan dan acara Mandiri Investment Forum 2023 awal Februari lalu.

"Ini nikel sudah setop. Saya sudah sampaikan lagi, bauksit di Desember kemarin, bauksit setop bulan Juni. Nanti sebentar lagi, mau saya umumkan lagi tembaga setop, tahun ini setop," kata Presiden, melansir rilis resmi Sekretariat Kabinet RI.

Dalam kesempatan terpisah Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebutkan dalam rapat kerja bersama Komisi VII DPR RI ada hilirisasi logam saat ini akan difokuskan pada lima komoditas, salah satunya tembaga.

Kondisi Smelter Tembaga Indonesia

Saat ini RI hanya memiliki satu smelter tembaga yang beroperasi di Gresik (PT Smelting) yang mengolah konsentrat milik PT Freeport Indonesia (PTFI). Kapasitas produksi maksimal hanya mampu menyerap 1 juta ton konsentrat tembaga, jauh di bawah produksi saat ini yang diperkirakan mencapai 3,9 juta ton, gabungan dari konsentrat hasil penambangan PTFI sebesar 3 juta ton dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) sebesar 900 ribu.

Meski demikian pemerintah telah menginstruksikan perusahaan agar segera menyelesaikan proyek pembangunan smelter supaya semua produksi dapat diserap secara domestik.

Saat ini PTFI dan AMNT sama-sama sedang membangun pabrik pengolahan konsentrat tembaga baru yang hingga akhir tahun lalu realisasinya telah mencapai 50%. Selain itu Freeport juga akan melakukan investasi untuk penambahan kapasitas PT Smelting dan setelahnya menjadi pemegang saham mayoritas.

PTFI akan membangun fasilitas pemurnian tembaga di Kawasan Industri Java Integrated Industrial & Port Estate (JIIPE) yang diperkirakan rampung akhir tahun ini dan mulai beroperasi pertengahan tahun depan dan dapat beroperasi penuh dan menyerap 1,7 juta ton konsentrat tembaga pada akhir tahun 2024.

Mengutip laporan keuangan Freeport-McMoRan, tahun ini belanja modal Freeport ditargetkan mencapai US$ 5,2 miliar (Rp 78 triliun), termasuk US$ 2,3 miliar untuk pengembangan proyek tambang di sejumlah wilayah operasi dan US$ 1,8 miliar (Rp 27 triliun) untuk proyek smelter di Indonesia. Tahun lalu belanja modal untuk smelter di Indonesia mencapai US$ 800 juta.

Selain itu Freeport juga berinvestasi pada peningkatan kapasitas produksi PT Smelting hingga 30% menjadi 1,3 juta ton konsentrat tembaga yang diharapkan selesai akhir tahun ini. Ekspansi tersebut diperkirakan akan menghabiskan dana US$ 250 juta yang ditanggung perusahaan dan akan dikonversi menjadi kepemilikan saham (equity).

Saat ini Mitsubishi Materials Company menguasai 60.5% dan PTFI 39.5%. Pasca proyek diselesaikan, PTFI akan menjadi pemilik mayoritas.

Artinya setelah beroperasi penuh pada akhir 2024, PTFI akan memiliki pabrik dengan kapasitas produksi yang mampu menyerap total 3 juta ton konsentrat tembaga.
Selain itu, Freeport juga membangun fasilitas pemurnian logam berharga untuk mengekstrak emas dan perak yang kemudian diumpan kepada PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan diekspor. Proyek ini diperkirakan akan memakan biaya US$ 400 juta dan baru beroperasi pada 2024.

Sebagai cacatan, dalam konsentrat tembaga yang dihasilkan PTFI terdapat juga kandungan sejumlah logam lain termasuk emas dan perak. Dalam satu ton konsentrat tembaga PTFI diestimasi terdapat kandungan tembaga (Cu) hingga 25%, perak 100 ppm (100 gram) dan emas 25 ppm (25 gram).

Artinya, Freeport baru benar-benar dapat menghentikan ekspor konsentrat tembaga secara total pada akhir tahun 2024.

Sementara itu AMNT juga membangun smelter tembaga dan fasilitas pemurnian logam berharga di Sumbawa dekat situs operasional tambang Batu Hijau milik perusahaan. Smelter ini akan menyerap 900 ribu ton konsentrat tembaga yang dihasilkan perusahaan.

Nilai investasi diperkirakan mencapai US$ 982 juta dan diharapkan dapat selesai pada akhir 2024. Sehingga operasional dengan kapasitas penuh tampaknya baru akan terjadi pada tahun 2025.

Ekspor Konsentrat Tembaga Disetop Setelah Jokowi Turun Takhta?

Pemerintah belum memberikan kerangka waktu spesifik terkait pelarangan ekspor konsentrat tembaga dan masih hanya mengirimkan sinyal bahwa kebijakan tersebut akan dilakukan.

Sebelumnya pemerintah telah secara resmi melarang ekspor bijih (ore) nikel sejak awal tahun 2020 dan mengumumkan akan melarang ekspor bijih bauksit pada pertengahan tahun ini.

Saat ini, perusahaan tambang tembaga masih diberikan izin ekspor konsentrat, meski sudah ada sebagian yang telah diserap di pabrik dalam negeri.

Dari kerangka waktu penyelesaian proyek smelter hingga dapat beroperasi penuh, tampaknya jadwal paling realistis yang dapat diambil terkait kebijakan larangan ekspor total konsentrat tembaga baru bisa terealisasi pada tahun 2025, atau setelah Jokowi tidak lagi menjadi presiden Indonesia.

Akan tetapi pemerintah juga bisa mempercepat aturan tersebut demi memacu perusahaan agar segera menyelesaikan proyek pembangunan smelter yang pada akhirnya akan membuat pasokan tembaga global tidak aman. Namun, pemerintah juga dapat memberlakukan larangan ekspor secara simbolis dan memberikan serangkaian aturan relaksasi hingga seluruh produksi dapat diserap oleh pabrik di Indonesia.


TIM RISET CNBC INDONESIA


[email protected]
[email protected]


[-]

-

Harga Tembaga Melesat Hampir 2%, Ada Apa Nih?
(pap/pap)

Sentimen: positif (99.9%)