Sentimen
Positif (64%)
15 Feb 2023 : 16.59
Informasi Tambahan

BUMN: Garuda Indonesia

Tokoh Terkait

Babak Belur, Rupiah Kian Terperosok ke Rp14.824 per Dolar AS

CNNindonesia.com CNNindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

15 Feb 2023 : 16.59
Babak Belur, Rupiah Kian Terperosok ke Rp14.824 per Dolar AS
Jakarta, CNN Indonesia --

Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.824 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Jumat (17/6) sore. Mata uang Garuda melemah 57 poin atau 0,39 persen dari sebelumnya.

Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.828 per dolar AS. Ini adalah level tertinggi sejak awal tahun 2022 di kurs Jisdor.

Mata uang di kawasan Asia terpantau bergerak bervariasi. Yen Jepang melemah 1,58 persen, dolar Singapura minus 0,18 persen, won Korea Selatan melemah 0,08 persen, baht Thailand minus 0,73 persen, dolar Hong Kong melemah 0,01 persen serta peso Filipina merosot 0,50 persen.

-

-

Penguatan terjadi pada yuan China sebesar 0,05 persen dan ringgit Malaysia 0,01 persen.

Sementara itu, mata uang negara maju terlihat bergejolak. Terpantau euro Eropa minus 0,42 persen, poundsterling Inggris minus 0,36 persen, dolar Australia minus 0,72 persen.

Kemudian franc Swiss juga melemah 0,14 persen dan dolar Kanada minus 0,09 persen. Hanya Rubel Rusia yang menguat 0,85 persen.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, untuk hari ini rupiah masih akan tertekan. Sebab, dolar AS masih didukung oleh kenaikan suku bunga yang dilakukan the Fed sebesar 75 basis poin (bps).

"Dolar telah didukung oleh bantuan ganda dari sikap hawkish Fed dan goyangan dalam ekonomi global. Tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa salah satu dari kondisi ini sedang bersiap untuk pembalikan, kemungkinan menandakan dolar akan bergerak lebih jauh," ujarnya kepada CNNIndonesia.

Selain itu, penguatan dolar juga didukung oleh kenaikan inflasi yang terjadi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS) yang diluar dugaan mencapai 8,6 persen di Mei lalu.

"Ini membuat negara-negara berkembang mengalami ketakutan atau depresi," jelasnya.

[-]

(idy/sfr)

Sentimen: positif (64%)