Tak Cuma Turki, Ini 4 Ramalan Gempa yang Terbukti Benar
CNBCindonesia.com Jenis Media: Tekno
Jakarta, CNBC Indonesia - Ada banyak pihak yang berusaha memprediksi bencana gempa. Terbaru seorang peneliti memperkirakan soal gempa Turki beberapa hari sebelum kejadian.
Namun sebenarnya hingga kini belum ada yang bisa memprediksi gempa bumi. Ini ditegaskan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam tulisan "BMKG : Gempa Bumi Belum Dapat Diprediksi, Jangan Termakan Isu" tahun 2019 lalu.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono menjelaskan terkait gempa besar M9,0 setelah gempa Banten berkekuatan M6,9.
"Isu yang berkembang tersebut tidak benar, karena peristiwa gempa bumi hingga saat ini belum dapat diprediksi oleh siapapun: kapan, di mana, dan berapa kekuatannya," kata Rahmat.
Tapi pernyataan itu tak membuat beberapa orang berhenti memprediksi atau berusaha membuat alat untuk prediksi gempa. Berikut rangkumannya, Kamis (9/2/2023):
Gerak planet
Peneliti asal Belanda, Frank Hoogerbeets membuat heboh karena memprediksi gempa besar di Turki beberapa hari sebelum bencana tersebut. Dia menuliskan dalam tweetnya tanggal 3 Februari, gempa memiliki kekuatan M 7,5.
"Cepat atau lambat akan ada gempa M 7,5 di wilayah ini (Turki tengah-selatan, Yordania, Suriah, dan Lebanon)," tweet Hoogerbeets.
Tiga hari kemudian tepatnya Senin (6/2/2023), Turki benar diguncang gempa. Namun kekuatannya berbeda dari prediksi Hoogerbeets yakni M7,8.
Dia juga dengan cepat kembali ke lini masa Twitter setelah bencana tersebut. Menurutnya gempa terjadi setelah ada geometri planet.
Lembaga penelitian SSGEOS, tempatnya bekerja, memang memantau geometri antar benda langit yang terkait aktivitas seismik.
Kecerdasan buatan (AI)
Artificial Intelligence (AI) juga telah disiapkan untuk memprediksi gempa. Salah satunya adalah DeepShake yang akan memberikan peringatan beberapa detik setelah gempa dimulai.
DeepShake menggunakan jenis pembelajaran AI yakni jaringan saraf yang dalam untuk mengidentifikasi pola gempa dari masa lalu. Melansir Live Science, dengan cara itu mereka bisa memprediksi getaran pada gempa baru di masa depan.
Sistem yang menggunakan komputasi lebih tradisional telah tersedia di Pantai Barat AS sebelumnya. Bernama ShakeAlert, sistem akan bekerja mendeteksi gelombang pertama pada gempa.
Perilaku kodok
Kodok dilaporkan juga bisa memprediksi gempa. Bukti nyatanya, para peneliti menyebutkan hewan itu meninggalkan tempat berkembang biaknya lima hari sebelum gempa Bumi melanda L'Aquila, Italia pada April 2009.
Bahkan para kodok itu tidak kembali dalam beberapa hari kemudian. Aktivitas itu disebut tidak pernah terjadi sebelumnya.
Tim peneliti juga menemukan gangguan di atmosfer bagian atas sebelum gempa berhubungan dengan pergerakan kodok.
"Ini adalah pertama kalinya ada penelitian yang merekam perilaku tidak biasa sebelum gempa dengan metode sains. Kami melakukan semuanya sesuai sains dan secara konsisten mengamati perilaku," kata Rachel Grant, zoologist dari Open University di Inggris.
Emisi gas radon
Peneliti dari National Physical Laboratory of Gran Sasso, Giampaolo Giulani juga memprediksi gempa di dekat L'Aquila. Saat itu temuannya berdasarkan emisi gas radon atau gas radioaktif tidak berbau. Dia menemukannya dari tanah di wilayah dengan seismik aktif.
Ternyata peringatan itu dikritik walikota dan bahkan diadukan ke polisi. Akhirnya Giulani menghapus peringatan gempa yang diunggah di internet.
Giulani akhirnya mengambil inisiatif untuk mengungsi sendiri. Malam sebelum gempa, ia menelepon kerabat, teman, dan kolega terdekat untuk memberikan peringatan.
Bersama istri dan dua anak perempuannya, Giuliani bergegas meninggalkan rumah tanpa mengunci pintu. Dua jam setelah ia mengungsi, gempa mengguncang Italia.
Perangkat radometer miliki Giuliani hancur dalam gempa, meskipun fondasi rumahnya masih bertahan.
[-]
(npb)
Sentimen: negatif (99.2%)