Sentimen
Netral (66%)
1 Feb 2023 : 13.41
Informasi Tambahan

Brand/Merek: Mitsubishi

BUMN: BNI, Bank Mandiri

Institusi: CLSA

NIM Perbankan RI Tertinggi di Dunia dan Akhirat, Ini Faktanya

1 Feb 2023 : 13.41 Views 2

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

NIM Perbankan RI Tertinggi di Dunia dan Akhirat, Ini Faktanya

Jakarta, CNBC Indonesia - Margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) bank di Indonesia menjadi yang paling jumbo di kawasan Asia Tenggara. Ini selaras dengan pernyataan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa pada Selasa (31/1).

"NIM perbankan di Indonesia ini dianggap tertinggi di dunia dan di akhirat" katanya Purbaya Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XI, Selasa (31/1).

Menurut catatan LPS, NIM perbankan di akhir 2022 mencapai 6,68%.

-

-

"Jadi, perbankan kita aman dan sehat," jelas Purbaya.

Secara sederhana, NIM digunakan untuk mengukur perbedaan antara pendapatan bunga yang diterima bank dan bunga yang dibayarkan ke pemberi pinjaman.

NIM dipakai untuk menakar tingkat profitabilitas bank. Umumnya, NIM yang lebar mengindikasikan laba yang tinggi untuk bank.

Sejalan dengan hal tersebut, Purbaya menegaskan permodalan perbankan atau rasio KPMM berada di level 25,68% pada Desember 2022.

Adapun, Purbaya menuturkan likuiditas perbankan tetap mencukupi atau ample.

Ini ditunjukkan oleh posisi Alat Likuid per DPK sebesar 137,69%. Sementara itu, loan to deposit ratio (LDR) tercatat sebesar 78,7% pada akhir 2022.

Dari data BPS, Purbaya mengatakan DPK perbankan Indonesia mencapai Rp 8.154 triliun, tumbuh 9,01% (year on year/yoy) akhir 2022. Sementara itu, kredit tercatat mencapai Rp 6.424 triliun, naik 11,35% yoy.

Lantas, apakah NIM perbankan RI memang tertinggi 'di dunia dan akhirat'?

Nomor Wahid di ASEAN

Dengan angka 6,68% di muka, NIM perbankan RI sukses berada di peringkat pertama di antara negara ASEAN lainnya.

Pesaing terdekat Indonesia adalah Kamboja dengan NIM 5,35% dan Filipina (3,56%) . Sementara, NIM bank Singapura tergolong mini, yakni sebesar 1,21%.

Menurut penelitian Gitanadya dan Setiawan (2018), Indonesia bersama Filipina memang cenderung memiliki NIM yang tinggi (khususnya dalam periode 2007-2015). Sebaliknya, penelitian tersebut mengemukakan, Singapura bersama Thailand memiliki NIM perbankan yang relatif rendah.

Secara umum, terdapat sejumlah faktor turut membentuk NIM bank, mulai dari faktor industri (konsentrasi pasar) hingga makro (misal, tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi).

NIM bank RI yang tinggi turut menarik minat bank raksasa Asia lainnya, mulai dari Korea Selatan (Korsel) hingga Jepang.

Menurut catatan Nikkei Asia (9/11/2022), bank-bank Jepang mulai mengalihkan konsentrasi ke Asia Tenggara demi mengkapitalisasi pasar Kawasan ini.

Masih mengutip Nikkei, sebagai contoh, anak usaha bank kakap Jepang Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG), PT Bank Danamon Tbk (BDMN), membukukan margin sekitar 8%, lebih tinggi dibandingkan margin di Jepang.

Maklum, para bank kakap Jepang engga pede melihat potensi perbaikan margin di wilayah domestik mereka lantaran kebijakan moneter ultra-longgar yang diterapkan Bank of Japan (BOJ).

Lebih lanjut, riset dari sejumlah broker juga tetap bullish dengan sektor perbankan RI.

Informasi saja, 3 dari 4 bank utama RI baru saja merilis laporan keuangan tahun penuh 2022 dengan hasil yang ciamik.

Ketiganya adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).

BBNI membukukan laba bersih sebesar Rp 18,3 triliun sepanjang 2022. Angka ini naik 68% dibandingkan laba bersih tahun 2021. Sedangkan BCA memperoleh laba Rp40,7 triliun atau naik 29,6% secara tahunan (yoy).

Terbaru, pada Selasa (31/1/23), menurut pemaparan perseroan, Bank Mandiri mencatatkan labasebesar Rp 41,2 triliun pada 2022. Capaian ini naik 46% secara tahunan dibanding tahun sebelumnya.

Melihat kinerja moncer tersebut, UOBKayHian, contohnya, memproyeksikan NIM BNI akan mencapai 4,7% pada 2023. Sedangkan, proyeksi CLSA Sekuritas, NIM BCA akan mencapai 5,6% di tahun ini.

Sedikit tambahan, angka NIM yang tinggi tentu lambang profitabilitas bank.

Hanya saja, untuk kasus Indonesia, perlu juga dipertimbangkan biaya lainnya (seperti, biaya overhead hingga kredit) yang tinggi dan risiko yang terkait.
Penelitian Djuniardi (2021), misalnya, menjelaskan, bank menetapkan NIM yang tinggi salah satunya untuk mengompensasi efisiensi yang rendah. Noir (2017) juga memaparkan, tingkat efisiensi yang tinggi dalam taraf tertentu akan menurunkan NIM.

CNBC INDONESIA RESEARCH


[-]

-

Perhatian! RUU PPSK Bisa Merusak Sistem Keuangan Indonesia
(trp/pap)

Sentimen: netral (66.6%)