TAIWAN - Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan, akan memperpanjang wajib militer dari empat bulan menjadi satu tahun mulai 2024. Hal itu menyusul meningkatnya ancaman terhadap pulau yang diperintah secara demokratis itu dari negara tetangganya, China.
Langkah yang diambil Tsai telah diduga sebelumnya, di mana China meningkatkan tekanan militer, diplomatik dan ekonomi terhadap Taiwan untuk menegaskan klaim kedaulatannya. Bahkan, mengirim misi angkatan udara China hampir setiap hari di dekat pulau itu selama tiga tahun terakhir.
BACA JUGA:71 Pesawat AU Merangsek Masuk, AS Prihatin dengan Aktivitas Militer Provokatif China di Dekat Taiwan
Berbicara setelah pertemuan dewan keamanan nasional yang diikuti oleh para pejabat keamanan senior, Tsai mengatakan, Taiwan menginginkan perdamaian tetapi harus dapat membela diri.
“Selama Taiwan cukup kuat, ini akan menjadi rumah bagi demokrasi dan kebebasan di seluruh dunia, dan tidak akan menjadi medan tempur,” kata Tsai dalam konferensi pers sewaktu mengumumkan keputusan yang disebutnya “sangat sulit” itu, Selasa 27 Desember 2022 dikutip VOA Indonesa.
BACA JUGA:71 Pesawat dan 7 Kapal Militer China Terdeteksi Dekat Selat Taiwan
Sistem militer yang sekarang ini, termasuk pelatihan tentara cadangan, tidak efisien dan tidak cukup untuk mengatasi ancaman militer China yang meningkat, khususnya jika China melancarkan serangan cepat terhadap Taiwan, lanjut Tsai.
“Taiwan ingin memberitahu dunia bahwa antara demokrasi dan kediktatoran, kami dengan tegas percaya pada demokrasi. Antara perang dan damai, kami mendorong perdamaian. Mari kita tunjukkan keberanian dan tekad untuk melindungi tanah air kita dan membela demokrasi.”
Baca Juga: Kids Life's Adventure Park Suguhkan Edukasi Literasi Digital Lewat Keseruan Tanpa Batas
Follow Berita Okezone di Google News