Sentimen
Negatif (97%)
25 Des 2022 : 05.31
Informasi Tambahan

Kasus: kasus suap, korupsi

6 Fakta Luhut Ungkap Sistem yang Jadi Sarang Korupsi, Beri Sindiran Gini ke KPK : Okezone Economy

25 Des 2022 : 12.31 Views 2

Okezone.com Okezone.com Jenis Media: Ekonomi

6 Fakta Luhut Ungkap Sistem yang Jadi Sarang Korupsi, Beri Sindiran Gini ke KPK : Okezone Economy

JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan bahwa langkah yang ditempuh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam memberantas pelaku korupsi dengan metode Operasi Tangkap Tangan (OTT) kurang efektif.

"Kita tak usah bicara korupsi ke mana-mana dulu lah OTT segala macam itu. OTT kan jelek buat kita," katanya saat memberikan sambutan dalam acara Peluncuran Aksi Pencegahan Korupsi Tahun 2023-2024 di Jakarta, Selasa, 20 Desember 2022.

Menko Luhut mengatakan dalam memberantas pelaku korupsi di Indonesia perlu adanya sistem yang efektif.

 BACA JUGA:KPK Bakal Kembangkan Kasus Suap Dana Hibah Pemprov Jatim, Bidik Tersangka Baru?

"Jadi KPK jangan pula sedikit-sedikit tangkap tangkap, ya lihat-lihatlah. Tapi kalau digitalisasi ini sudah jalan tidak akan bisa main-main dan kalau semua sudah digital tidak akan ada lagi OTT," katanya.

Dirangkum Okezone, Minggu (25/12/2022), berikut fakta Menko Luhut menilai sistem yang tidak efisien menjadi sarang koruptor:

1. Sistem Tidak Efisien Jadi Sarang Koruptor

Luhut menyatakan bahwa proses terjadinya korupsi itu disebabkan oleh adanya sistem yang tidak efisien dan itu menjadi salah sarang koruptor.

2. Luhut Minta Presiden Restrukturisasi

 

Luhut mengadu ke Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk melakukan restrukturisasi pada sistem tersebut e-katalog.

"Tapi begitu dia masuk angka cuman dari 90.000 yang ada di dalam (e-katalog) hari ini, kini sudah 2,3 juta item tahun ini. Kita targetkan Rp400 triliun harus masuk dalam e-katalog," kata Luhut.

“Hal itu ternyata masuk hampir Rp900 triliun ya yang masuk di e-katalog. Yang orang belanja dari katalog komitmen dan itu yang pembuatan dalam negeri itu sudah hampir dekat Rp400 triliun," tambahnya.

Baca Juga: Kids Life's Adventure Park Suguhkan Edukasi Literasi Digital lewat Keseruan Tanpa Batas

Follow Berita Okezone di Google News

3. Dana E-Katalog yang Besar Jadi Sarang Korupsi

Luhut menyebutkan bahwa dana yang ada di dalam e-katalog itu nilainya sangat besar dan itu menjadi sarang adanya tindakan korupsi.

Sehingga perlu dilakukan pencegahan korupsi yang baik sistemnya.

"Karena e-katalog itu ada Rp1.600 triliun yang bisa kita masukkan ke dalam yaitu Rp1.200 triliun dari belanja pemerintah dan Rp400 triliun belanja dari BUMN dan itu sama dengan USD105 miliar, jadi kita enggak usah nyari mana macam korupsi yaitu salah satu tempat korupsi udah itu. Jadi sarangnya targeted. Jadi kalau ini kita bereskan keluar itu akan pasti makin baik," kata Luhut.

4. Berantas Korupsi dengan Mendorongan Kebutuhan dari Pemerintah dan BUMN Masuk E-Katalog

Luhut memberikan contoh sistem yang efektif yakni dengan mendorong segala kebutuhan dari pemerintah maupun BUMN.

Menurutnya, dengan adanya barang keperluan yang dibutuhkan oleh Pemerintah dan BUMN masuk ke e-katalog, maka hal itu akan mencegah tindak korupsi.

5. Produk dalam Negeri Jadi Kunci

Selain itu, mendorong kebutuhan pemerintah dan BUMN juga dapat meningkatkan perekonomian Indonesia, terlebih lagi kepada para pelaku UMKM yang menjajakan barangnya di e-katalog.

6. Produk Lokal Bikin Ekonomi Meningkat

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, jumlah tersebut sama dengan penyediaan 2 juta lapangan kerja dan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebanyak 1,7%.

“Kalau negeri kita ingin maju, kuncinya bukan di investasi, tapi dari penggunaan produk dalam negeri ini,” pungkas Luhut.

Sentimen: negatif (97%)