Sentimen
Informasi Tambahan
Event: Olimpiade, Asian Games
Kab/Kota: Paris
Ganda Putra RI Masih Dominasi Dunia pada 2023
Detik.com Jenis Media: Sport
Indonesia disebut masih akan mendominasi nomor ganda putra bulutangkis dunia, kendati tak lagi menempati nomor satu pada ranking BWF.
Prediksi itu diungkapkan legenda hidup bulutangkis Christian Hadinata menyoal prestasi ganda putra di musim turnamen mendatang.
Menurut juara dunia ganda putra 1980 ini, dibandingkan dengan negara-negara lain, Indonesia termasuk yang paling subur dan baik regenerasinya di sektor ganda putra. Mereka menempatkan enam pasang di 20 besar dunia.
Jika menukil ranking terbaru BWF per tanggal 13 Desember 2022, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon kini berada di peringkat kedua, disusul Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto tepat di bawahnya.
Kemudian Hendra Setiawan/Muhammad Ahsan yang berada di raning 5 BWF.Lalu Pramudya Kusumawardana/Yeremia Rambitan (13), Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri (14), dan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin (17).
Hal itu pula yang membuat Indonesia dinilai masih mendominasi di sektornya, kendati pemainnya tak berada di peringkat nomor satu dunia.
"Kita harus melihat sektor ganda putra kita di dunia sangat banyak. Itu yang membedakan dengan ganda putra lain," kata Christian kepada detikSport.
"Malaysia saja hanya dua (pasang), China cuma satu (Liu Yu Chen/Ou Xuan Yi), Taiwan juga 1 (Lee Yang/Wang Chi Lin). Jadi kalau menurut saya ganda putra kita masih solid. Kita masih punya lima, enam ganda putra."
"Jepang pun menurut saya juga menurun, juara dunia dari Malaysia (Aaron Chia/Loh Wooi Yik) juga menurun, jadi kalau dilihat dari jumlah kualitas dari ganda putra masih sangat mumpuni dalam hal bisa mendominasi," ujar juara Thomas Cup tiga kali tersebut (1973, 1976, 1979, dan 1984).
"Sebab, kalau pemain kita hilang babak pertandingan, pemain kita pun kalah bukan yang sembarangan. Rubber gim, atau kalah tipis, bukan telak. Ini tinggal menunggu waktu saja. Nah, ini gambaran ke depan ganda putra kita masih sangat dominan," kata Christian.
Akan tetapi, Christian berpesan, banyaknya pemain jangan sampai membuat PBSI menjadi lengah. Apalagi tahun depan memasuki perhitungan poin kualifikasi Olimpiade 2024 di Paris.
"Paling penting pelatih harus mengatur program pertandingan. Kapan mereka harus mencapai peak perfomance yang terbaik. Itu yang paling penting. Jangan semua pertandingan diikuti atau mesti habis-habisan," kata Christian.
"Tahun depan mulai kualifikasi Olimpiade, kejuaraan mana yang nilainya tinggi harus diperhatikan betul. Mana yang memang harus perform. Istilahnya kapan mesti kencang, kapan mesti sedang saja, kapan bisa dikendurin juga," imbuhnya.
"Harus dihitung juga hari latihannya, recoverynya, itu kaitannya dengan pengiriman. Hal ini penting diperhatikan karena kalau bagi yang muda mungkin oke, tapi buat yang senior enggak bisa (diperlakukan sama). Tiga kali (ikut turnamen beruntun) saja berat. Maksimal dua kali performancenya. Jadi perlu diperhitungkan semua," pesan peraih medali emas Asian Games lima kali ini.
(mcy/aff)Sentimen: positif (99.9%)