Waspada-Waspada! Pekan Ini Akan Penuh Gejolak, Mari Bersiap
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan global dan domestik diproyeksi akan mengalami volatilitas yang cukup tinggi pada pekan ini. Pengumuman inflasi Amerika Serikat (AS), pertemuan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) hingga neraca perdagangan akan menjadi sentimen terbesar.
AS akan merilis data inflasi November pada Selasa (13/12/2022) atau hanya sehari sebelum The Fed menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 13-14 Desember.
Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistk (BPS) akan mengumumkan data negara perdagangan November 2022. Pekan ini, Dewan Perwakilan rakyat (DPR) juga diagendakan menggelar rapat paripurna untuk mengesahkan Rancangan Undang-Undang tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (RUU P2SK).
Konsesus pasar memperkirakan inflasi AS akan melandai ke 7,4% (year on year/yoy) pada November 2022 dari 7,7% (yoy) pada Oktober 2022.
Polling Reuters menunjukkan 93% responden memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps. Seperti diketahui, The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan secara agresif sebesar 375 bps sepanjang tahun ini menjadi 3,75-4,0%.
Ekspektasi kenaikan sebesar 50 bps ini menguat setelah Chairman The Fed Jerome Powell mengatakan bank sentral AS siap menaikkan suku bunga secara moderat.
Namun, sejumlah data dan indikator ekonomi AS menunjukkan arah yang saling berlawanan. Indeks Harga Produsen, PMI sektor jasa, dan sentimen konsumen masih tinggi. Data ini menjadi sinyal jika ekonomi AS masih baik-baik saja.
Sebaliknya, data pengangguran, data aktivitas bisnis PMI Manufaktur, dan permintaan kredit rumah menunjukkan ada perlambatan pada ekonomi AS.
Indeks Harga Produsen (Producer Price Index/PPI) AS pada November 2022 tercatat 0,3% (month to month/mtm), lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar yakni 0,3%.
Secara tahunan (year on year/yoy), IPP naik 7,4%. Besaran tersebut adalah yang terendah sejak Mei 2022 tetapi masih lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar yakni 7,2%.
PMI sektor jasa AS mencapai 56,5 pada November 2022. Nilai tersebut jauh di atas ekspektasi pasar yang hanya memperkirakan 53,3.
Sementara itu, data initial job claims atau klaim tunjangan pengangguran pada pekan yang berakhir pada 3 Desember 2022 mencapai 230.000. Jumlah ini sesuai dengan ekspektasi pasar. Jumlah tersebut juga naik dibandingkan pada pekan sebelumnya yakni 226.000.
Pengangguran di AS mencapai 3,7% pada November 2022, tidak berubah dibandingkan Oktober. Permintaan kredit rumah di AS turun 1,9% pekan lalu dibandingkan bulan sebelumnya.
Sementara itu, S&P Global juga menunjukkan PMI Manufaktur ambruk ke 47,7 pada November 2022. Ini adalah kali pertama PMI Manufaktur AS berada di bawah fase ekspansif (50) sejak Juni 2020.
Laju inflasi AS menjadi pertimbangan utama The Fed dalam menentukan kebijakan moneter. Meskipun inflasi AS kini sudah melandai 7,7% (yoy) pada Oktober tetapi angkanya masih jauh di atas target The Fed di kisaran 2%.
Indikator ekonomi AS yang saling berjalan bertentangan menunjukkan belum efektifnya kebijakan suku bunga ketat The Fed di semua sektor.
Sentimen: negatif (65.3%)