Sentimen
Positif (99%)
10 Des 2022 : 02.55
Informasi Tambahan

Event: Perang Dunia II

Kab/Kota: Moskow, Oslo

Kasus: HAM

Tokoh Terkait

Peraih Nobel Perdamaian Ukraina Serukan Adili Putin

10 Des 2022 : 02.55 Views 3

Kumparan.com Kumparan.com Jenis Media: News

Peraih Nobel Perdamaian Ukraina Serukan Adili Putin
Peraih Nobel Perdamaian Ukraina Serukan Adili Putin
Presiden Rusia Vladimir Putin berjabat menyaksikan parade militer Hari Kemenangan ke-77 di Lapangan Merah, Moskow, Rusia, Senin (9/5/2022). Foto: Sputnik/Mikhail Metzel/Pool via REUTERS

Peraih nobel perdamaian dari Ukraina, Oleksandra Matviichuck, menyerukan agar Presiden Rusia, Vladimir Putin, diseret ke Pengadilan Internasional. Dia yakin Putin akan diadili, cepat atau lambat.

"Selama beberapa dekade, (militer) Rusia melakukan kejahatan perang di banyak negara di dunia, dan mereka tidak pernah dihukum," kata Oleksandra di Oslo, Norwegia, dikutip dari AFP, Sabtu (10/12).

"Sekarang, kita harus memutus lingkaran impunitas. Kita harus membentuk pengadilan internasional dan meminta pertanggungjawaban Putin, (Presiden Belarusia) Lukashenko dan penjahat perang lainnya, tidak hanya untuk Ukraina tetapi juga untuk negara-negara lain di dunia," sambungnya.

Matviichuk mendapatkan nobel perdamaian karena memperjuangkan HAM. Didirikan 2007, Matviichuk memimpin Center for Civil Liberties (CCL) yang berbasis di Kiev, mendokumentasikan kejahatan perang yang dilakukan oleh pasukan Rusia di Ukraina.

"Perang ini bersifat genosida," kata dia.

"Jadi saya yakin cepat atau lambat Putin akan muncul di hadapan pengadilan internasional," sambung dia.

CCL pada Oktober lalu dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian bersama dengan aktivis hak asasi manusia Belarusia Ales Bialiatski yang dipenjara dan organisasi hak asasi manusia Rusia Memorial, yang telah diperintahkan oleh Mahkamah Agung Rusia untuk dibubarkan.

Ketiganya mendapat penghargaan atas perjuangan mereka untuk "hak asasi manusia, demokrasi, dan hidup berdampingan secara damai di negara tetangga Belarus, Rusia, dan Ukraina."

Mereka mewakili tiga negara di pusat perang di Ukraina, yang membawa Eropa ke dalam krisis keamanan terburuk sejak Perang Dunia II.

Peraih Nobel Perdamaian Ukraina Serukan Adili Putin (1)
Perwakilan organisasi Ukraina Pusat Kebebasan Sipil Oleksandra Matviichuk di Komite Nobel di Institut Nobel, di Oslo, Norwegia. Foto: NTB/Haakon Mosvold Larsen via REUTERS

Putin Harus Dihentikan

Dalam kesempatan yang sama, Matviichuk kembali mendesak Barat untuk membantu Ukraina membebaskan wilayah yang diduduki Rusia, termasuk Krimea.

"Putin akan berhenti ketika dia dihentikan!" tegasnya.

Di sisinya, ketua dewan Memorial, Yan Rachinsky, juga menyerukan agar setiap kejahatan perang segera diadili di pengadilan. Namun dia tak secara khusus mengacu pada kejahatan yang dilakukan di Ukraina.

"Hukuman ini harus segera dilakukan, tanpa penundaan, karena kami telah melihat banyak contoh ketika penjahat tidak dihukum dan meninggal dengan aman di tempat tidurnya sendiri," kata Rachinsky.

Dia menilai, dasar hukum yang ada cukup untuk mengadili tidak hanya para pelaku lapangan, tetapi juga dalangnya.

Kemudian, Ales Bialiatski, yakni pendiri kelompok hak asasi Viasna, telah ditahan sejak Juli 2020. Kini dia tengah menunggu persidangan menyusul tindakan keras Minsk terhadap protes skala besar terhadap rezim tersebut. Dia terancam hukuman 12 tahun penjara.

Istrinya, Natalia Pinchuk, yang akan menerima hadiah Nobel atas namanya dan berpesan "masalah Belarusia juga diputuskan di medan perang Ukraina."

Matviichuk, Yan Rachinsky dan Ales Bialiatski akan berbagi hadiah nobel perdamaian bersama.

Sentimen: positif (99.2%)