Sentimen
Negatif (76%)
5 Des 2022 : 17.42
Informasi Tambahan

BUMN: PT Pelni

Hewan: Ayam

Tokoh Terkait

Harga Telur Ayam Naik Jelang Nataru, Peternak Ungkap karena Permintaan Melonjak

6 Des 2022 : 00.42 Views 2

Kumparan.com Kumparan.com Jenis Media: News

Harga Telur Ayam Naik Jelang Nataru, Peternak Ungkap karena Permintaan Melonjak
Pedagang telur ayam melayani pembeli di Pasar Kasih, Naikoten Kota Kupang, NTT, Selasa (6/9/2022). Foto: ANTARA FOTO/Kornelis Kaha
Harga sejumlah bahan pokok di berbagai pasar di DKI Jakarta mulai mengalami kenaikan menjelang natal 2022 dan tahun baru 2023 (Nataru). Salah satunya adalah telur ayam yang melonjak hampir 50 persen.

Presiden Peternak Layer Indonesia Ki Musbar Mesdi mengungkapkan bahwa kenaikan harga telur ayam saat ini merupakan efek menjelang Nataru. Kondisi tersebut juga dinilai sudah menjadi kebiasaan menyambut hari besar keagamaan nasional (HBKN).

"Kenaikan harga telur setiap menyambut HBKN di mana Indonesia terdapat dua kali per tahun, yaitu idul fitri dan Nataru. Itu sudah merupakan kelaziman ya," ujar Musbar kepada kumparan, Senin (5/12).

Menurutnya, permintaan terhadap telur ayam juga sudah meningkat dari 2 minggu atau 7 hari sebelum HBKN. Meski begitu, pemerintah memberikan batasan pada sektor hulu agar setiap HBKN kenaikannya hanya berkisar 10 hingga 15 persen.

"Sedangkan, sektor hilir berada di tangan middle man dan trader," kata dia.

Ia melihat pada sektor hilir kenaikan harga telur ayam juga didorong oleh kebaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan biaya transportasi. Hal itu disebabkan oleh regulasi pemerintah hang membuat kenaikan harga pangan di sektor hilir.

"Kenapa ditanyakan pada kami sebagai pelaku di hulu. Tolong tanya pada pemerintah solusinya untuk di sektor hilir harus bagaimana?," tegas Musbar.

Lebih lanjut, dia meminta pemerintah memberikan subsidi transportasi untuk mengangkut logistik 9 bahan pokok. Pasalnya, industri hulu yang sudah memiliki beban berat harus ikut menanggung biaya operasional.

"Harus memberikan solusi jangka pendek saat Nataru ini. Ingat saja shipping cost untuk bawa bahan pangan ke Papua lewat kapal Pelni saja saat ini sudah naik 30-an persen dalam menyambut event penting," ungkapnya.

Ilustrasi kue kering Natal Foto: Shutter Stock

Harga Telur Ayam di Papua Hampir Rp 40 Ribu

Sementara itu, Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Nusantara (PPRN) Alvino Antonio menjelaskan harga telur di kandang relatif stabil. Namun, harga telur ayam di Papua hampir menembus Rp 40.000 per kilogram.

Ia menduga terdapat oknum yang bermain seperti trader, pengepul atau sejenisnya. Harga telur ayam di sana juga tidak terlepas dengan kebijakan gubernur setempat di mana pemerintah pusat tidak memiliki wewenang.

"Sejak kejadian penyakit mulut dan kuku (PMK), gubernur punya otoritas masing-masing yang katanya pemerintah pusat pun tidak bisa lagi mengatur pemerintah daerah (pemda). Itu katanya saya sendiri juga tidak tau kebenarannya, masa pemerintah pusat kalah sama pemda," jelas Alvino.

Ia mengaku sudah berkali-kali mengajak Badan Pangan Nasional (Bapanas) agar bekerja sama untuk menyalurkan daging ayam ke Indonesia Timur. Namun, sampai saat ini belum ada tanggapan, karena di Indonesia Timur daging ayam juga tembus antara Rp 45.000 sampai Rp 60.000.

Pekerja mengumpulkan telur ayam ras di peternakan. Foto: ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

"Hal yang biasa permintaan telur menjelang nataru naik, momen itulah dimanfaatkan salah 1 nya oleh supplier," pungkasnya.

Apabila melihat sebaran harga telur ayam di Indonesia, di Pulau Sumatra harga telur ayam berkisar Rp 22.000 hingga Rp 34.000 per kg. Bahkan di Sumatera Barat, telur ayam dapat dijumpai Rp 22.000 per kg.

Harga telur ayam tertinggi berada di Kabupaten Tambrauw, Papua Barat sebesar Rp 45.000 per kg. Lalu, Kabupaten Buru Selatan, Maluku Rp 45.000 per kg dan Kabupaten Merauke, Papua Rp 40.000 per kg.

Berdasarkan Panel Harga Badan Pangan Nasional hari ini, Senin (5/12) pukul 16.51 WIB, harga telur ayam di tingkat produsen telah mencapai rata-rata Rp 25.420 per kg. Harga tertinggi di tingkat produsen berada di Nusa Tenggara Timur sebesar Rp 29.000 per kg dan terendah di Bali Rp 22.290 per kg.

Sentimen: negatif (76.2%)