Rupiah Bangkit Tundukkan Dolar AS, BI Beberkan Rahasianya!
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah akhirnya bangkit dari keterpurukan dalam beberapa hari terakhir. Dolar Amerika Serikat (AS) yang sebelumnya Rp 15.740 pada 29 November 2022, kini menjadi Rp 15.380 dan berpotensi terus menguat.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Edi Susianto menyebutkan penguatan rupiah bersumber dari dua faktor, yaitu dalam dan luar negeri, khususnya Amerika Serikat (AS).
"Terdapat perkembangan data di AS khususnya inflasi yang mengalami penurunan, dan data ISM manufacturing yang masuk ke area kontraksi, menimbulkan ekspektasi perlambatan kenaikan FFR," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Senin (5/12/2022)
Seperti diketahui, Gubernur Bank Sentral AS, (The Fed) Jerome Powell sebelumnya mengindikasikan adanya penurunan terhadap besaran kenaikan suku bunga acuan pada pertemuan selanjutnya.
Komentar Powell memperkuat optimisme yang berkembang di antaranya beberapa investor memprediksikan bahwa Fed akan menurunkan besaran kenaikan suku bunga acuan sebesar 50 bps pada pertemuan 13-14 Desember 2022, setelah empat kenaikan agresif sebesar sepertiga persentase poin untuk menjinakkan inflasi.
"Terdapat ekspektasi melambatnya agresivitas kenaikan FFR," imbuhnya.
Tak cuma itu, situasi perekonomian dalam negeri juga memberikan andil terhadap penguatan nilai tukar. Pemulihan yang berlanjut dan inflasi terjaga memberikan sentimen positif terhadap investor asing.
Terbukti, pada transaksi 28 November - 1 Desember 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik terjadi aksi beli neto Rp9,64 triliun. Terdiri dari Rp8,76 triliun dan pada pasar saham sebesar Rp0,88 triliun.
"Dari dalam negeri secara umum indikator ekonomi fundamental kita masih cukup positif," ujar Edi.
BI akan terus mencermati kondisi terkini dari perekonomian global. "Kami mencermati terus terkait perkembangan data khususnya perkembangan di AS, tapi tanda-tanda potensi turning point trend pelemahan DXY sudah mulai muncul," pungkasnya.
[-]
-
Rupiah di Atas Rp 15.000/US$, Bahaya untuk RI?(mij/mij)
Sentimen: negatif (86.5%)