Sentimen
Negatif (80%)
4 Des 2022 : 12.30
Informasi Tambahan

BUMN: Perum BULOG

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: Purwakarta

Ini Dia Cara Jitu Dongkrak Produktivitas Padi Sekaligus Sejahterakan Petani

4 Des 2022 : 19.30 Views 3

Liputan6.com Liputan6.com Jenis Media: Ekonomi

Ini Dia Cara Jitu Dongkrak Produktivitas Padi Sekaligus Sejahterakan Petani

Berita sebelumnya, Polemik harga beras antar instansi pemerintah terus berlanjut. Kementerian Pertanian (Kementan) mengklaim produksi beras di tingkat petani tengah melimpah. Sebaliknya, Perum Bulog justru kesulitan menyerap karena tak ada pasokan.

Situasi tersebut membuat harga beras kian terkerek naik. Melansir informasi data Badan Pusat Statistik (BPS), harga beras memang konsisten melonjak sejak Juli 2022.

Kala itu, beras masih dipatok Rp 11.525 per kg, naik jadi Rp 11.555 per kg di Agustus 2022, Rp 11.720 per kg di September 2022, dan menjadi Rp 11.850 per kg Oktober 2022.

Adapun mengutip Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), Selasa (29/11/2022), harga beras di 16 provinsi kini bahkan sudah di atas Rp 12.000 per kg. Termasuk di DKI Jakarta, yang dijual Rp 13.900 per kg.

Harga beras paling tinggi berada di Kalimantan Tengah, yang dipasarkan di kisaran Rp 15.700 per kg.

Lantas, apa yang membuat harga beras terus meroket saat produksi justru melimpah?

Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi tak menampik realita, petani saat ini tengah bahagia lantaran harga gabahnya relatif baik. Namun, pemerintah justru cemas terhadap ketersediaan pangan karena di gudang kosong.

"Problemnya cuman satu. Hari ini adalah waktunya mengeluarkan, bukan menyerap, kalau bahasa kasarnya gitu. Menyerapnya harusnya pada April-Mei yang waktu itu. Para petani memiliki kelemahan atau problem likuiditas terhadap aspek penjualan, karena yang belinya enggak ada, yang belinya adalah bandar," ujarnya dalam sesi bincang.

Mantan Bupati Purwakarta ini mengatakan, logika ekonomi berjalan ketika petani sedang menikmati masa panen. Perum Bulog kecolongan oleh tengkulak yang menguasai serapan gabah di tingkat petani.

"Sekarang ini siapa yang pegang berasnya, ya bandar. Makanya logikanya, di pasar harga berasnya naik, tapi berasnya cukup. Berarti yang pegang siapa? Yang pegang adalah bandar beras, juragan beras," ucapnya.

"Sehingga kalau ingin membuat (harga beras) stabil, kan Bulog yang bisa membuat stabilitas. Stabilitasnya tadi, mengisi gudang. Mengisi gudangnya ada dua logika, satu menyerap gabah petani, kedua impor," imbuh Dedi.

Sentimen: negatif (80%)