Sentimen
Laba Bersih Modernland Realty Meningkat 150,96 Persen
Republika.co.id Jenis Media: Ekonomi
Pemulihan sektor properti sepanjang semester I 2022 masih berada pada fase awal.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laba bersih yang diraih PT Modernland Realty Tbk melonjak tajam pada kuartal III 2022. Direktur Perseroan, Herman, mengungkapkan hingga akhir 30 September 2022, laba bersih tercatat mencapai Rp 234,51 miliar, meningkat Rp 694,70 miliar atau 150,96 persen dibandingkan rugi bersih pada periode yang sama 2021 sebesar Rp 460,19 miliar.
"Kenaikan ini terutama disebabkan adanya keuntungan atas penyelesaian sebagian utang obligasi luar negeri serta perubahan atas tingkat suku bunga obligasi luar negeri pasca restrukturisasi," ujar Herman saat publik ekspos hari ini seperti dalam keterangan tertulisnya, Jumat (2/12/2022).
Dalam sembilan bulan pertama ini, perseroan berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 614,55 miliar. Meningkat Rp 36,36 miliar atau 6,29 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp 578,19 miliar.
Dharma Mitra, direktur perseroan, menjelaskan, pemulihan sektor properti di Tanah Air yang terjadi sepanjang semester I 2022 masih berada pada fase awal. Pertumbuhan sektor ini masih akan menghadapi beberapa tantangan hingga akhir tahun. "Selain bertumpu pada permintaan pasar yang masih besar, kinerja sektor properti yang positif selama paruh pertama tahun ini dipicu beberapa penopang antara lain insentif fiskal pemerintah," ujarnya.
Memasuki semester II 2022, Dharma melanjutkan, sektor properti kembali menghadapi tantangan berarti. Pelaku industri harus menghadapi berbagai kenaikan harga, mulai dari material hingga ongkos distribusi. Kenaikan harga-harga tecermin dari tingkat inflasi yang menembus level 5,95 persen dan 5,71 persen pada September dan Oktober.
Di sisi lainnya, kenaikan inflasi direspons bank sentral dengan menaikkan tingkat suku bunga acuan. Terhitung sejak Agustus 2022 suku bunga acuan telah naik empat kali berturut-turut. Pada Agustus suku bunga acuan naik 25 bps (basis point), September 50 bps, Oktober 50 bps, dan November 50 bps. "Sehingga suku bunga acuan saat ini adalah 5,25 persen," ucapnya.
Secara makro ekonomi kenaikan berkala suku bunga acuan menjadi antisipasi terhadap kemungkinan inflasi yang semakin tinggi. Namun di sisi lain, Dharma menyatakan, faktor kenaikan suku bunga acuan yang diiringi tekanan secara faktual berupa kenaikan harga-harga, dapat berimbas negatif terhadap daya beli masyarakat khususnya pada sektor properti.
"Tidak stabilnya kurs mata uang asing juga memengaruhi kinerja perseroan karena liabilitas perseroan didominasi utang dalam bentuk valas," kata Dharma. "Namun perseroan telah mempersiapkan mitigasi risiko yang dapat ditimbulkan dari kondisi ketidakpastian nilai tukar mata uang asing."
Sentimen: negatif (94%)