Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: Paspampres
Tokoh Terkait
Wisnu Herlambang
Saat Viral Tak Lagi Sakti dalam Insiden Moge Vs Paspampres
CNNindonesia.com Jenis Media: Tekno
Pemerhati Budaya dan Komunikasi Digital, Firman Kurniawan menyebut kata viral kini menjadi kekuatan untuk mengancam beberapa pihak yang tidak sepaham dan berharap adanya dukungan publik atas sikap tertentu.
Hal ini merespons teriakan 'viral' oleh sekelompok pengemudi motor gede (moge) yang ditendang oleh pasukan pengamanan presiden (Paspampres) di dekat Istana Negara.
Kata viral kini menjadi senjata bagi pengguna media sosial untuk meraup suara kolektif dari para pengikutnya, terlepas hal itu benar maupun salah.
"Sayangnya saat ini yang terjadi ketika benar atau salah asalkan kita punya followers yang banyak maka kata viral digunakan sebagai kekuatan untuk menekan pihak lain," katanya kepada CNNIndonesia.com, Senin (1/3).
Adapun di kasus moge versus Paspampres, ia menilai ada sebuah upaya pembentukan opini di jagat maya dengan menggunakan kata viral. Tujuannya, agar netizen memiliki jaringan emosional yang sepaham dengan oknum tersebut.
"Dibentuk opini seperti itu kemudian karena mungkin dia punya followers banyak, akhirnya duduk persoalannya menjadi enggak jelas," ujarnya.
Ia menduga pengendara moge itu ingin mengaburkan peristiwa bahwa mereka tidak melanggar protokoler di ring 1 Istana Negara dan menyudutkan paspampres yang melakukan kekerasan.
"Paspampres di istana itu dia menegakkan aturan, sudah ada panduan dan protokolnya. Tapi itu bisa kalah dengan anggapan, 'kok orang yang punya kekuatan bisa sewenang-wenang terhadap penduduk sipil yang tidak bersenjata ya?" ujarnya.
Firman menyinggung saat ini warga sedang berada di era Post Truth, yang menyebarkan informasi tidak berdasarkan fakta namun berdasarkan jaringan dukungan. Seolah opini tersebut benar karena didukung oleh banyak orang, padahal hanya terbentuk dari sebagai jaringan emosi yang sepaham saja.
"Nah ini buruknya media sosial itu seperti itu. Hari ini kita semua hidup di era Post Truth," ungkapnya.
Menurut Firman, 15 tahun lalu, orang juga mengancam akan memberitakan di media, khususnya koran, untuk mendapatkan banyak dukungan saat mendapatkan layanan buruk oleh lembaga publik.
"Misalnya dahulu saya marah, saya sebut 'Saya korankan loh Anda' nah itu ada power untuk menunjukkan mengajak masyarakat untuk menilai lembaga publik itu enggak bener. Sama seperti kata viral di era sekarang," ujar Firman.
Sebelumnya media sosial dipertontonkan video pengendara moge ditendang Paspampres. Video itu tampak terjadi di Jalan Veteran dekat Istana Kepresidenan, Jakarta. Dalam video, para pengendara dicegah aparat. Salah seorang pengendara moge bahkan terjatuh saat diterjang seorang aparat.
Usai bersitegang dengan aparat, para pengendara moge meninggalkan lokasi. Salah seorang pengendara mengancam akan membuat viral kejadian itu. Namun teriakan viral pemuda di video itu tidak mendapat dukungan dari publik dan berujung permintaan maaf.
Melalui akun [email protected], salah seorang pengendara juga mengaku menyesali perbuatan tersebut.
"Saya atas nama pribadi meminta maaf kepada instansi-instansi terkait atas kejadian di Jl. Veteran 3, saya menyesal dan untuk ke depannya tidak akan mengulangi hal tersebut. Semua video yang berhubungan dengan kejadian tersebut telah saya take down untuk maksud yang baik. Sekali lagi saya meminta maaf yang sebesar-besarnya," tulis dia di akun Instagram.
Permintaan maaf juga disampaikan salah seorang pengendara lainnya melalui akunInstagram @jetliwardana2. Dia menuliskan pernyataan yang sama dengan akun @juniarwilliam17.
Selain itu, dalam unggahannya, ia mengaku telah berkoordinasi untuk mediasi dengan pihak Paspampres dan disambut dengan baik.
Asisten Intelijen Paspampres Letkol Inf. Wisnu Herlambang membenarkan kejadian pengendara moge ditendang Paspampres. Wisnu berkata langkah itu dilakukan sebagai bentuk pengamanan instalasi VVIP.
(can/DAL)[-]
Sentimen: negatif (72.7%)