Sentimen
Positif (100%)
28 Nov 2022 : 05.54
Informasi Tambahan

Hewan: Domba

Kab/Kota: bandung

Hidup berdampingan dengan alam di Desa Suntenjaya

28 Nov 2022 : 12.54 Views 3

Elshinta.com Elshinta.com Jenis Media: Nasional

Hidup berdampingan dengan alam di Desa Suntenjaya

Domba hasil peternakan di Desa Suntenjaya, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, yang nantinya didistribusikan untuk kebutuhan daging di Kota Bandung. (ANTARA/Asep Firmansyah)

Elshinta.com - Suntenjaya merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Berada pada ketinggian 1.290 meter di atas permukaan laut (Mdpl) membuat desa tersebut kaya akan sumber daya alam.

Desa Suntenjaya menjadi satu di antara 6.239 desa mandiri berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM) yang diterbitkan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) pada 2022.

Menurut UU No. 6 Tahun 2014, Desa Mandiri adalah desa yang mempunyai ketersediaan dan akses terhadap pelayanan dasar yang mencukupi, infrastruktur yang memadai, aksesibilitas/transportasi yang tidak sulit, pelayanan umum yang bagus, serta penyelenggaraan pemerintahan yang sangat baik.

Desa Mandiri adalah desa yang memiliki nilai Indeks Pembangunan Desa (IPD) lebih dari 75. Ada lima kategori desa, menurut Kemendes PDTT, yakni desa sangat tertinggal, desa tertinggal, desa berkembang, desa maju, dan desa mandiri. Desa mandiri ini menjadi tingkatan paling tinggi dengan indikator telah memenuhi kriteria sesuai UU Nomor 6/2014.

Desa Suntenjaya sudah dikategorikan sebagai desa mandiri dan desa wisata sejak 2018. Lewat kolaborasi dengan institusi, akademisi, peneliti, pecinta lingkungan, dan CSR perusahaan, warga Desa Suntenjaya mampu berdaya dengan pemanfaatan hasil perkebunan dan peternakan.

Bertani Menjaga Alam
Desa Suntenjaya merupakan hasil pemekaran dari Desa Cibodas pada 1979, namun untuk benar-benar berdiri sebagai desa baru, terealisasi pada 2014. Terdapat empat dusun yang masuk ke wilayah Desa Suntenjaya, dengan total penduduk sebanyak 9.000-an jiwa.

Cacing hasil budidaya warga Desa Suntenjaya yang dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk organik. (ANTARA/Asep Firmansyah)

Dengan mata pencaharian utama warga sebagai petani dan peternak, Desa Suntenjaya menerapkan sistem pertanian terintegrasi dengan menggabungkan sektor peternakan dan perkebunan untuk meningkatkan kualitas panen, menjaga tatanan alam dan masyarakat, serta membangun kesejahteraan masyarakat.

Penerapan sistem pertanian terintegrasi di Suntenjaya dengan pemanfaatan kotoran hewan ternak untuk diproses menjadi pupuk organik ramah lingkungan dengan metode vermicomposting yang dikenal dengan sebutan kascing (bekas cacing).

Kascing tersebut lalu dimanfaatkan oleh warga untuk memenuhi kebutuhan pupuk dalam budi daya sayuran yang ramah terhadap lingkungan. Sedangkan limbah pertanian dapat digunakan untuk pakan ternak dan dikompos untuk menjadi sumber pupuk organik.

Warga desa itu paham bahwa tanah yang terus diberi pestisida buatan akan mengalami kelelahan dan tak bisa lagi ditanami.

"Maka upaya kami dengan menggunakan pupuk kompos agar unsur hara dalam tanah kembali kaya," ujar Ketua Karang Taruna RW 07 Desa Suntenjaya Panji Budiantara saat ditemui ANTARA.
Selain ramah lingkungan, hasil dari usaha pertanian yang mengarah pada prinsip pertanian tanpa limbah dapat meningkatkan pendapatan petani karena mengurangi biaya pembelian pakan ternak. Pasalnya mereka memanfaatkan limbah sayur sebagai sumber pakan ternak dan limbah ternak sebagai sumber pupuk organik untuk sayuran.

Untuk meningkatkan nilai hasil panen dari kebun dan ternaknya, penduduk Suntenjaya pun membuat berbagai produk olahan, seperti sale pisang,
keripik bayam, yoghurt, permen karamel, dan kopi.

Tak hanya itu, desa ini juga terkenal sebagai desa penghasil susu dengan kualitas terbaik di Lembang selain Desa Cibodas, Desa Cikahuripan, dan Desa Cikole. Adapun hasil pertanian warga Suntenjaya, seperti kopi, tomat, wortel, seladah, kentang, kubis, pisang, strawberry, markisa, dan sejumlah tanaman holtikultura lainnya.

"Kami bahkan tiap tahun memasok 200-an ekor domba ke wilayah Kota Bandung dan memasukan hasil tani ke sejumlah supermarket," ujar Kepala Desa Suntenjaya Asep Wahono.

Asep Mafhum jumlah domba yang dikirim memanglah masih sedikit apabila dibandingkan dengan total kebutuhan daging tiap harinya. Namun, ia patut berbangga karena warga Desa Suntenjaya mampu berdaya dalam ketahanan pangan dan mampu mendistribusikan hasil pertaniannya.

Tolak investor
Yang menarik dari desa ini adalah sikap warga yang menolak kehadiran investor. Tokoh masyarakat Desa Suntenjaya Gunawan Azhari bercerita bahwa sudah banyak lahan yang ada di kawasan Lembang berubah fungsi menjadi areal wisata.

Lembang merupakan wilayah serapan air yang memasok kebutuhan air tanah bagi warga Kota Bandung dan sekitarnya. Namun kini daya tahan lembang untuk menahan debit air hujan sudah tak sebesar dulu karena banyaknya alih fungsi lahan.

Gunawan menuturkan tak sedikit investor yang ingin masuk ke Desa Suntenjaya dan menjadikan wilayah tersebut sebagai tempat wisata. Namun, ia bersama warga desa lain sepakat menolak tawaran tersebut karena akan ada hal yang ditumbalkan.

Gunawan dan warga memilih laku hidup berdampingan dengan alam dan menghargai serta menjaga segala isi yang ada di dalamnya. Mereka hanya ingin menjadikan Suntenjaya sebagai desa produktif yang mengedukasi bukan tempat wisata semata.

"Kami tidak mau hanya menjadi penonton dan pemuda di sini hanya jadi satpam," katanya dengan suara yang tegas.

Pada 2019, semangat yang dibawa masyarakat Suntenjaya membuat sebuah perusahaan tertarik untuk menyalurkan Corporate Social Responsibility (CSR) ke desa tersebut.

Program tersebut berupa pengembangan masyarakat berbasiskan komunitas yang mengintegrasikan empat pilar program kontribusi sosial berkelanjutan, yaitu kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, di dalam satu lingkungan kampung.

Suntenjaya menjadi kampung dengan pengembangan program dalam bidang kelestarian lingkungan yang bertujuan untuk menciptakan kampung yang asri, sehat, dan tangguh terhadap perubahan iklim yang dewasa ini menjadi penyebab permasalahan lingkungan dalam kehidupan masyarakat.
​​​​​
Untuk mewujudkan itu ada berbagai kegiatan, seperti pelatihan, distribusi alat-alat, dan pengawasan agar program yang digulirkan masyarakat tetap berjalan. Yang paling penting adalah pembinaan. Salah satu hasil kolaborasi itu adalah mampu mendistribusikan produk holtikultura yang memiliki kualitas tinggi.

Lewat program itu, Desa Suntenjaya juga sudah mengembangkan pengelolaan air dengan memanfaatkan air hujan sebagai cadangan air yang dapat dipergunakan untuk menyiram sayuran melalui tandon berkapasitas 5.000 liter.

Selain berguna saat musim kemarau datang, panen air hujan ini juga mampu menekan aliran permukaan tanah yang terlalu besar dan berpotensi menyebabkan terjadinya banjir dan erosi.

Semangat mengembangkan Desa Suntenjaya menjadi kampung yang berseri, hijau, dan produktif sejalan dengan cita-cita untuk sejahtera bersama dan mendukung Sustainable Development Goals Indonesia.

Sentimen: positif (100%)