Kisah Penipuan Terbesar Dekade Ini dari Startup Kesehatan
CNBCindonesia.com Jenis Media: Tekno
Jakarta, CNBC Indonesia - Kisah Theranos, menjadi salah satu kasus penipuan terbesar dekade ini yang datang dari industri startup kesehatan. Pendiri sekaligus CEO Theranos, Elizabeth Holmes, akhirnya dijatuhi hukuman penjara lebih dari 11 tahun.
Elizabeth Holmes, yang pernah menyandang status wanita terkaya di dunia, terbukti bersalah menipu investor mengenai efektifitas alat tes darah buatan perusahaannya.
The Wall Street Journal pertama kali mengungkap kisah tentang bagaimana teknologi pengujian darah Theranos berjuang untuk memenuhi harapan investor pada 2015.
Pengungkapan fakta dan saksi lainnya muncul di 2018 untuk memberikan laporan terperinci tentang tindakan Elizabeth Holmes dan mantan kepala operasi Ramesh "Sunny" Balwani menipu pasien, mitra , investor dan karyawan tentang perkembangan perusahaan dan kemampuan teknologinya.
Kisah Elizabeth Holmes ini dimulai saat ia berusia 19 tahun. Saat itu ia memutuskan untuk drop out dari Universitas Stanford jurusan teknik kimia, dan mulai mengembangkan ide pengujian tes darah lewat perusahaan startup Theranos (sebelumnya bernama Real-Time Cures) pada tahun 2004.
Secara garis besar, model bisnis startup Theranos adalah menjalankan uji darah dengan teknologi sendiri yang membutuhkan hanya sedikit sampel. Tes ini diklaim Elizabeth Holmes dapat secara instan mendeteksi kondisi medis seperti kanker dan kolesterol tinggi.
Foto: Founder dan CEO Theranos Elizabeth Holmes yang dibukti menipu investor dengan produk tes darah yang belum teruji keakuratannya (REUTERS/Mike Blake) Investor Dijanjikan Untung BesarMelihat tes yang dijanjikan perusahaan, investor pun berdatangan. Mereka dijanjikan bakal meraup keuntungan besar dari startup itu. Bertahun-tahun Theranos berkembang, mereka pun berhasil menarik banyak investor hingga dapat mengumpulkan lebih dari US$ 700 juta dari venture capital dan private investor. Perusahaan itu telah menghasilkan valuasi US$ 10 miliar pada puncaknya pada 2013 dan 2014 dan berhak menyandang status startup decacorn.
Theranos dengan cepat juga mengamankan kemitraan dengan perusahaan lain. Dilansir dari Business Insider Singapore, Capital Blue Cross dan Cleveland Clinic menandatangani untuk menawarkan tes Theranos kepada pasien mereka, dan Walgreens membuat kesepakatan untuk membuka pusat pengujian Theranos. Theranos juga membentuk kemitraan rahasia dengan Safeway senilai US$ 350 juta.
Sebagai CEO perusahaan bernilai miliaran dolar, Elizabeth Holmes berada di puncak dunia, bahkan mendapatkan predikat miliarder self-made wanita termuda di dunia dengan kekayaan bersih sekitar US$ 4,5 miliar.
Wanita kelahiran 3 Februari 1984 tersebut sukses menghiasi sampul buku Fortune dan Forbes, menjadi pembicara di TED Talk, juga berbicara di panel dengan Bill Clinton dan Jack Ma dari Alibaba.
Namun di balik kekayaan dan kesuksesan tersebut, Elizabeth Holmes tidak berterus terang bahwa teknologi yang ia hasilkan lewat Theranos tidak berfungsi. Bahkan kepala ilmuwan di Theranos dan salah satu karyawan pertama perusahaan, Ian Gibbons, memperingatkan Elizabeth Holmes bahwa tes belum siap untuk diuji publik, dan bahwa ada ketidakakuratan dalam teknologi tersebut.
Dalam penelitian yang dilakukan regulator dari badan pemerintah yang mengawasi laboratorium dari Administrasi Makanan dan Obat-obatan Amerika Serikat menemukan ketidakakuratan dalam pengujian yang dilakukan Theranos pada pasien.
Kekurangan dan ketidakakuratan teknologi Theranos terungkap, bersama dengan peran yang dimainkan Elizabeth Holmes dalam menutupi semuanya. Theranos dan Elizabeth Holmes didakwa melakukan penipuan besar-besaran, dan perusahaan unicorn di Silicon Valley itu terpaksa menutup laboratorium dan pusat pengujiannya.
Ia setuju untuk menyerahkan kendali keuangan dan suara perusahaan, membayar denda US$500.000, dan mengembalikan US$18,9 juta saham saham Theranos. Elizabeth juga tidak diizinkan menjadi direktur atau pejabat perusahaan publik selama 10 tahun.
Kasus penipuan Elizabeth dan Theranos menjadi contoh kasus agar investor bisa berhati-hati dalam menggelontorkan dana kepada sebuah perusahaan, apalagi jika belum adanya bukti teknologi tersebut berhasil dilakukan.
[-]
-
Usai Galang Dana Investor Rp 1,3 T, Startup Ini Malah Tutup(roy/roy)
Sentimen: netral (66.7%)