Sentimen
Positif (88%)
17 Nov 2022 : 08.59
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Kab/Kota: Ponorogo, Yogyakarta, Mataram, Klungkung

Tokoh Terkait

Sejarah Kain Endek dan Batik yang Sempat Dihina YouTuber Mahyar Tousi : Okezone Lifestyle

17 Nov 2022 : 15.59 Views 2

Okezone.com Okezone.com Jenis Media: Nasional

Sejarah Kain Endek dan Batik yang Sempat Dihina YouTuber Mahyar Tousi : Okezone Lifestyle

JAKARTA - Sejarah kain endek dan batik mungkin belum diketahui banyak orang. Keberadaannya mendadak diperbincangkan karena kabarnya sempat dihina YouTuber Mahyar Tousi.

Dirangkum dari berbagai sumber, endek merupakan kain tenun yang berasal dari Bali. Sedangkan, batik adalah kain khas Indonesia bergambar yang pembuatannya secara khusus.

Sejarah Endek

Kain endek mulai berkembang sejak abad ke-16, yaitu masa pemerintahan Raja Dalem Waturenggong di Gelgel, Klungkung. Kain endek ini kemudian berkembang di sekitar daerah Klungkung, salah satunya adalah di Desa Sulang.

Di desa Sulang, kain tenun endek dipelopori oleh Wayan Rudja yang saat itu memiliki tenaga kerja sekitar 200 karyawan. Meskipun kain endek telah ada sejak Kerajaan Gelgel, tetapi endek baru mulai berkembang pesat di desa Sulang setelah masa kemerdekaan.

Perkembangan kain endek di Desa Sulang dimulai pada tahun 1975 dan kemudian berkembang pesat pada tahun 1985 hingga sekarang.

Dahulu, kerajinan Tenun Ikat Endek di desa Sulang berjumlah 25 perusahaan, namun seiring berjalannya waktu kerajinan ini mulai berkurang.

Sekarang usaha kerajinan tenun endek yang bertahan hanya dua perusahaan, yaitu usaha Tenun Endek Astika dan Usaha Tenun Endek Resya.

Sejarah Batik

Sejarah batik Indonesia terkait erat dengan perkembangan Kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Pulau Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada zaman Kesultanan Mataram, lalu berlanjut pada zaman Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.

Keberadaan kegiatan Batik tertua berasal dari Ponorogo yang masih bernama Wengker sebelum abad ke-7, Kerajaan di Jawa Tengah belajar batik dari Ponorogo.

Karena itu, batik-batik Ponorogo agak mirip dengan batik yang beredar di Jawa Tengah, hanya saja batik ponorogo batik yang dihasilkan rata-rata berwarna hitam pekat atau biasa disebut batik irengan karena yang dekat dengan unsur-unsur magis, sehingga dikembangkan oleh kerajaan-kerjaan di Jawa Tengah.

Baca Juga: Peduli Pejuang Kanker, Donasi Rambut bersama Lifebuoy x MNC Peduli Tengah Berlangsung!

Kesenian batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit dan terus berkembang sampai kerajaan berikutnya beserta raja-rajanya. Kesenian batik secara umum meluas di Indonesia dan secara khusus di pulau Jawa setelah akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19.

Teknik batik sendiri telah diketahui lebih dari 1.000 tahun, kemungkinan berasal dari Mesir kuno atau Sumeria. Teknik batik meluas di beberapa negara di Afrika Barat seperti Nigeria, Kamerun, dan Mali, serta di Asia, seperti India, Sri Lanka, Bangladesh, Iran, Thailand, Malaysia dan Indonesia.

Hingga awal abad ke-20, batik yang dihasilkan merupakan batik tulis. Batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I berakhir atau sekitar tahun 1920.

Sebelumnya, YouTuber asal Inggris Mahyar Tousi ramai dihujat warganet Indonesia setelah dinilai menghina batik dan kain endek lewat cuitannya di Twitter, pada 16 November 2022.

Dalam unggahannya, pria itu membagikan foto Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, Presiden FIFA Gianni Infantino, Menteri Perdagangan Indonesia Zulkifli Hasan, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, dan Pendiri WEF Klaus Martin Schwab di ajang KTT G20 di Bali.

Sebagai pelengkap unggahannya, Tousi menuliskan, “What on earth are these id**ts wearing?! (Sebenarnya apa yang dipakai orang-orang id**t ini?!).” Tak perlu waktu lama, warganet Indonesia kemudian menyerang unggahan itu.

Menjawab keingintahuan Mahyar Tousi, warganet kemudian menjelaskan, kemeja yang dikenakan Trudeau, Sunak, dan Schwab terbuat dari kain tenun endek khas Bali. Sementara Infantino dan Zulkifli mengenakan kemeja batik.

Sentimen: positif (88.6%)