Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Doha
Drama Pelarian 100 Pemusik Kabur dari Afghanistan
CNNindonesia.com Jenis Media: Hiburan
Lebih dari 100 murid dan guru musik kabur meninggalkan Afghanistan karena khawatir akan tindakan keras dari Taliban usai menguasai negara tersebut sejak beberapa minggu lalu.
Sebanyak 101 pemusik tersebut adalah mereka yang bergabung dalam sekolah musik Afghanistan National Institute of Music yang didirikan oleh Ahmad Sarmast.
Sarmast mengatakan kepada AFP bahwa mereka telah mendarat selamat di Doha pada Minggu (3/10) malam waktu setempat.
Menurut Sarmast yang tinggal di Melbourne, ratusan orang yang separuhnya merupakan perempuan dan gadis, berencana terbang ke Portugal dengan dukungan pemerintah setepat.
Namun ia menyebut kesuksesan upaya kabur tersebut masih belum bisa dipastikan hingga murid dan karyawannya sudah tiba di tujuan.
Sarmast mengatakan, dengan bantuan dari Kedutaan Qatar di Kabul, para murid dan karyawannya diangkut dalam kelompok-kelompok kecil ke bandara ibu kota Afghanistan tersebut.
Mereka pun menghadapi sejumlah tantangan. Halangan pertama, pasukan Taliban yang berjaga di Bandara Kabul mempertanyakan visa mereka. Namun pejabat Kedutaan Qatar berhasil menyelesaikan masalah tersebut.
Kemudian mereka diberitahu bahwa para perempuan dan gadis tidak diperkenankan meninggalkan negara tersebut dengan "paspor dinas" sementara mereka, yang biasanya diberikan kepada pejabat.
"Pemahaman saya adalah bahwa itu bukan jenis paspor, melainkan gadis-gadis itu melarikan diri dari negara tersebut," kata Sarmast.
Sekali lagi, mereka berhasil diselamatkan pejabat Qatar.
Ketika penerbangan dengan sebagian besar penumpangnya adalah perempuan dan telah lepas landas beberapa jam, Sarmast mengaku emosional.
"Saat itu banyak menangis. Saya tak berhenti menangis. Keluarga saya menangis bersama dengan saya. Itu momen terbahagia dalam hidup saya," kata Sarmast.
Kenangan tersebut semakin terasa emosional karena para muridnya memiliki banyak kenangan manis bersamanya, salah satunya kala mendapatkan standing ovation kala tur internasional.
"Perasaan dan bahagia ketika saya mendengar pesawat mereka mendarat amat sulit dijabarkan," kata Sarmast yang menyebut rencana kabur itu sudah disiapkan sejak lama.
"Sejak ketika Taliban mengambil alih di Kabul, diskriminasi terhadap musik dan musisi dimulai. Masyarakat Afghanistan dibungkam kembali," lanjutnya.
Taliban diketahui melarang musik selama masa penguasaan mereka pada 1996 hingga 2001, dan kembali berkuasa pada 15 Agustus lalu. Namun mereka berjanji akan lebih moderat pada saat ini.
Meski begitu, mereka memperjelas bahwa mereka akan memerintah Afghanistan dengan pembatasan ketat atas pemahaman mereka terhadap hukum syariat. Termasuk, pendirian mereka terhadap musik yang masih konsisten.
Menurut Sarmast, Taliban mengatakan kepada anggota sekolah musiknya untuk tetap di rumah sampai ada pemberitahuan lebih lanjut. Hingga hampir dua bulan kemudian, mereka belum memberikan keterangan apapun.
Sarmast menyebut operasi pelarian diri kali ini adalah fase pertama. Ia bersumpah akan tetap terus berusaha hingga seluruh murid dan pegawai sekolah tersebut sebanyak 184 orang dievakuasi dan "mempersatukan sisa sekolah."
(AFP/end)[-]
Sentimen: positif (66.7%)