Kabar Baik! Rupiah Juara 1 di Asia, Meski Dolar AS Perkasa!
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah berhasil melibas dolar Amerika Serikat (AS) hingga pada pertengahan perdagangan Selasa (08/11/2022) dan berhasil menjadi juara pertama di Asia, ditopang oleh rilis data ekonomi yang solid.
Mengacu pada data Refinitiv, Mata Uang Garuda menguat pada pembukaan perdagangan sebesar 0,29% ke Rp 15.660/US$. Kemudian, rupiah memangkas penguatannya menjadi 0,16% ke Rp 15.680/US$ pada pukul 11:00 WIB.
Dari Tanah Air, Bank Indonesia (BI) merilis Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) per Oktober 2022 yang berada di 120,3, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di 117,2. IKK yang berada di atas 100 mengindikasikan bahwa masyarakat optimis terhadap kondisi ekonomi. Kenaikan pada IKK terpantau pada seluruh kategori pengeluaran, kelompok usia, serta kategori Pendidikan dari responden.
Meningkatnya IKK tersebut dipicu oleh peningkatan keyakinan konsumen, baik terhadap kondisi ekonomi saat ini maupun ekspektasi terhadap kondisi ekonomi ke depan.
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) terindikasi meningkat pada seluruh komponen pembentuknya, terutama pada indeks pembeliandurable goods. Sementara dari sisi Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK), peningkatan terutama terjadi pada ekspektasi kegiatan usaha.
Pada Senin (07/11), Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2022 mencapai 5,72% secara tahunan (year-on-year/yoy). Sementara secara kuartalan, pertumbuhan ekonomi tumbuh 1,81%.
Adapun pertumbuhan ekonomi Indonesia berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal III-2022 atas dasar harga berlaku Rp 5.901,2 triliun Rp dan atas dasar harga konstan Rp 2.976,8 triliun.
Angka pertumbuhan PDB Indonesia pada kuartal III-2022, tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Sebagai catatan, ekonomi Indonesia tumbuh 5,44% (yoy) dan 3,72% (qtq) pada kuartal II-2022. Pada kuartal I-2022, ekonomi Indonesia tumbuh 5,01% (yoy) tetapi terkontraksi 0,95% (qtq).
Rilis data ekonomi yang solid dari dalam negeri, tampaknya membuat Mata Uang Tanah Air mampu mempertahankan penguatannya terhadap dolar AS.
Sementara, indeks dolar AS terpantau menguat sebesar 0,14% ke posisi 110,27, tapi kian menjauhi rekor tertingginya sejak 20 tahun di 114,7. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pelaku pasar mengurangi ekspektasinya bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan kembali agresif dalam menaikkan suku bunga acuannya pada Desember 2022.
Para investor global masih menantikan rilis data ekonomi dari Negeri Paman Sam, yakni data inflasi per Oktober 2022 yang dijadwalkan akan diumumkan pada Kamis 10 November 2022 malam waktu Indonesia.
Konsensus analis Trading Economics memproyeksikan bahwa angka inflasi akan melandai dari 8,2% secara tahunan (yoy) menjadi 8%. Sementara angka inflasi inti juga diprediksikan akan lebih rendah dari 6,6% menjadi 6,5%.
Seperti diketahui, penyebab inflasi meninggi di AS kerap dipicu oleh tingginya harga minyak mentah dunia, membuat harga bahan bakar kendaraan menjadi mahal. Namun, jika mengacu pada data dari AAA, harga bahan bakar di AS melandai menjadi US$ 3,78/galon setelah sempat menyentuh rekor tertinggi di US$5/galon. Meski masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan Januari 2021 yang berada di US$ 2,53/galon.
Seiring dengan menguatnya si greenback di pasar spot, tentunya menekan mayoritas laju mata uang di Asia. Yuan China dan rupee India menjadi mata uang yang tertekan paling tajam yang masing-masing sebesar 0,12% dan 0,06% di hadapan dolar AS. Namun, dolar Hong Kong stagnan.
Sementara, rupiah berhasil menjadi juara pertama di Asia, di mana menguat paling tajam sebesar 0,16%, kemudian disusul oleh baht Thailand yang terapresiasi 0,11% di hadapan dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[-]
-
Jurus Perry Warjiyo & BI Jaga Rupiah Dari Amukan Dolar AS(aaf/aaf)
Sentimen: negatif (66.7%)