LONDON – Peneliti mengatakan darah yang dibibitkan di sebuah laboratorium telah diuji klinis kepada manusia untuk pertama kalinya.
Darah buatan tersebut diujikan dalam jumlah sangat sedikit - setara dengan beberapa sendok penuh - untuk melihat reaksi di dalam tubuh manusia.
Sebagian besar transfusi darah akan selalu bergantung pada orang-orang yang mendonasikan darah mereka.
Baca juga: Bersiap Perang, Rusia Diduga Pindahkan Pasokan Darah ke Dekat Perbatasan Ukraina
Namun, tujuan utama uji klinis ini adalah untuk menciptakan kelompok golongan darah yang penting, tapi sangat langka dan susah didapatkan.
Baca juga: Di Laboratorium Raksasa Ini, 199 Jasad Menunggu Dihidupkan Kembali dengan Bantuan Teknologi Canggih
Ini penting bagi orang-orang yang bergantung pada transfusi darah secara teratur untuk berbagai kondisi, seperti anemia sel sabit.
Jika donor tidak cocok seutuhnya, maka tubuh akan menolak dan perawatan akan gagal. Tingkat pencocokan jaringan ini lebih kompleks dari pengelompokan golongan darah yang biasa yakni A, B, AB, dan O.
Prof Ashley Toye, dari University of Bristol, berkata beberapa kelompok darah “sangat, sangat langka” dan kemungkinan “hanya ada 10 orang di Inggris” yang dapat mendonasikan darahnya.
“Kami ingin membuat sebanyak mungkin darah di masa depan, jadi saya membayangkan sebuah ruangan penuh dengan mesin yang memproduksi darah, langsung dari donor darah normal,” terangnya, dikutip BBC.
Saat ini, misalnya, hanya ada tiga unit kelompok darah “Bombay” - yang diidentifikasi pertama kali di India - dalam stok di seluruh Inggris.
Proyek riset ini menggabungkan tim berbeda, dari Bristol, Cambridge, London dan di bagian Darah dan Transplantasi milik NHS.
Mereka fokus kepada sel darah merah yang membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
Proses ini memakan waktu sekitar tiga pekan dan percobaan awal dari sekitar setengah juta sel punca dapat menghasilkan 50 miliar sel darah merah.
Ini kemudian disaring lagi untuk mendapatkan sekitar 15 miliar sel darah merah dengan perkembangan tepat untuk ditransfusikan.
Dua orang pertama telah melakukan uji klinis, yang bertujuan untuk menguji darah buatan kepada setidaknya 10 relawan sehat.
Mereka akan mendapatkan donor darah sebanyak 5-10ml dengan jarak setidaknya empat bulan - sekali dengan darah normal, dan sekali dengan darah buatan laboratorium.
Darah ini juga telah ditandai dengan senyawa radioaktif, yang biasa digunakan dalam prosedur medis, sehingga para ilmuwan dapat melihat seberapa lama darah bertahan di dalam tubuh relawan.
Darah buatan ini diharapkan dapat lebih kuat dari darah biasa.
Sel-sel darah merah normalnya bertahan sekitar 120 hari di dalam tubuh sebelum mereka harus digantikan.
Donor darah biasanya mengandung campuran antara darah lama dan baru. Sedangkan darah buatan laboratorium selalu baru dibuat, sehingga mereka bisa bertahan selama 120 hari penuh.
Para ilmuwan meyakini, di masa depan akan dibutuhkan lebih sedikit dan lebih jarang donor darah.
Meski begitu, masih ada tantangan dalam segi finansial dan teknologi.
Donor darah biasanya butuh biaya sekitar 130 poundsterling (Rp2,3 juta). Membuat darah di laboratorium membutuhkan jauh lebih banyak uang, meskipun tim peneliti menolak menyebutkan angka.
Tantangan lain adalah, sel punca yang dipakai untuk sumber memanen semakin lama akan melemah, sehingga membatasi jumlah sel darah merah yang bisa dihasilkan.
Butuh lebih banyak riset untuk memproduksi jumlah yang dibutuhkan secara klinis.
“Penelitian pertama di dunia ini meletakkan dasar untuk pembuatan sel darah merah yang dapat dipakai sebagai transfusi darah dengan aman untik pasien dengan gangguan langka, seperto sel sabit,” kata Dr Farrukh Shah, direktur transfusi medis di NHS Blood and Transplant.
“Potensi dari penelitian ini dapat menguntungkan pasien sangat signifikan,” tambahnya.