Sentimen
Positif (100%)
8 Nov 2022 : 12.59
Informasi Tambahan

Kasus: covid-19

Riset Google: Ekonomi Digital RI Rp 1.207 T di 2022, Ini Penyumbang Terbesar

8 Nov 2022 : 12.59 Views 3

Kumparan.com Kumparan.com Jenis Media: News

Riset Google: Ekonomi Digital RI Rp 1.207 T di 2022, Ini Penyumbang Terbesar
Ilustrasi Kantor Google. Foto: Shutter Stock
Riset terbaru Google, Tamasek, dan Bain & Company memprediksi nilai gross merchandise value (GMV) ekonomi digital Indonesia akan mencapai 77 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1.207 triliun (kurs Rp 15.682,7 per Selasa (8/11) siang) pada 2022, tumbuh 22 persen selama setahun terakhir. Nilai ini akan naik menjadi 130 miliar dolar AS per 2025, dan menjadi tiga kali lipat per 2030 di kisaran angka 220 hingga 360 miliar dolar AS.
Secara keseluruhan, ekonomi digital regional Asia Tenggara diproyeksikan akan memperoleh GMV total 200 miliar dolar AS, atau sekitar Rp 3.1036 triliun pada 2022. Angka tersebut lebih cepat dari perkiraan studi sebelumnya pada 2016 lalu, ketika GMV Asia Tenggara diproyeksi baru akan tembus 200 miliar AS baru per 2025.

Laporan riset bertajuk 'e-Conomy SEA 2022' ini menggabungkan data Google Trend, analisis informasi sumber di industri dan wawancara para ahli se Asia Tenggara, meliputi Indonesia, Vietnam, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Filipina. Studi ini pun mengidentifikasi dan mengkategorisasi konsumen digital berdasarkan lokasi tempat tinggal (kota besar sampai desa), umur, hingga kapasitas ekonomi.

ILaporan e-Conomy Google, bekerja sama dengan Tamasek dan Bain & Company memproyeksikan nilai gross merchandise value (GMV) ekonomi digital Indonesia mencapai 77 miliar dolar AS, atau sektiar Rp 1.000 triliun (kurs Rp 15,679) per 2022 Foto: Dok. Google
Dari semua sektor digital, e-commerce adalah penyumbang GMV ekonomi digital Indonesia terbesar tahun ini. Sektor ini memberi nilai mencapai 59 miliar dolar AS (sekitar Rp 925 triliunan) atau setara 77 persen dari keseluruhan ekonomi digital untuk ekonomi digital Indonesia.

Hampir semua dari konsumen di Asia Tenggara menggunakan layanan digital e-commerce, dengan penetrasinya mencapai 98 persen di pengguna kota yang beruang, dan 74 persen di suburban.

“Indonesia memiliki sektor e-commerce dengan pertumbuhan tercepat kedua (setelah Vietnam), tetapi selain GMV ada banyak dimensi pertumbuhan yang kini juga harus diarahkan,”

- Randy Jusuf, Managing Director, Google Indonesia -

“Untuk pertumbuhan jangka pendek, bisnis kini lebih berfokus pada profitabilitas dengan biaya dan mengoptimalkan operasi,” tambah Randy dalam konferensi pers online, Selasa (8/11).

Hingga 2025, sektor e-commerce Indonesia diproyeksikan tumbuh dengan Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 17 persen dengan nilai GMV mencapai 95 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1.400 triliunan.

Sektor e-commerce masih menjadi sektor penyumbang GMV dan penetrasi terbesar ekonomi digital. Foto: Dok. Google

Randy menambahkan, ekonomi digital sudah berangsur normal dengan tren yang berbeda di berbagai sektor, setelah dilanda pandemi COVID-19. Pebisnis saat ini mengganti prioritasnya dari mengakuisisi pelanggan baru ke menciptakan engagement yang lebih dalam dengan pelanggan yang sudah ada.

Setelah e-commerce, sektor terbesar layanan digital teratas di Indonesia diduduki transportasi dan pesan-antar makanan. E-commerce digunakan oleh 98 persen populasi Indonesia, transportasi online 80 persen, dan pesan antar makanan 81 persen.

Kemudian disusul online grocery (67 persen), travel (62 persen), video-on-demand (61 persen), music-on demand (52 persen), dan gaming (51 persen). Tiga nama yang disebut terakhir masuk ke sektor media.

Setelah e-commerce, sektor terbesar layanan digital teratas di Indonesia diduduki transportasi dan pesan-antar makanan. Foto: Dok. Google

Transportasi dan pesan antar makanan mencapai GMV 8 miliar dolar AS pada 2022 dan terus tumbuh dengan CAGR 22 persen menjadi GMV 15 miliar dolar AS hingga 2025.

Perjalanan online punya GMV 3 miliar dolar AS per 2022, naik 60 persen dari tahun ke tahun (YoY). Kemudian media online, termasuk game, streaming, musik, dan lain sebagainya, diproyeksikan bernilai 6 miliar dolar AS pada 2022.

Terakhir ada layanan keuangan digital. Gross Total Value (GTV) pembayaran digital di Indonesia diperkirakan mencapai 266 miliar dolar AS dan terus tumbuh sebesar 17 persen mencapai GTV 421 miliar dolar AS hingga 2025.

Indonesia: Tempat menarik untuk investasi

Meskipun ada gelombang makro-ekonomi mengadang, prospek bisnis ekonomi digital Indonesia tetap positif. Investor akan tetap menggelontorkan uangnya, namun dengan pertimbangan yang lebih teliti dan pilih-pilih dibanding sebelumnya.

Ilustrasi ekonomi digital. Foto: Getty Images

Indonesia dan Singapura menjadi kedua teratas tujuan investasi. Total Indonesia menarik 24 persen pendanaan swasta di Asia Tenggara. Namun mengingat adanya hambatan ekonomi makro, nilai transaksi semester 1 tahun 2022 turun 2 miliar dolar AS YoY akibat kekhawatiran profitabilitas dan valuasi.

“Ekonomi digital Indonesia akan terus menarik minat investasi karena fundamentalnya yang kuat, seperti memiliki basis pengguna yang sangat aktif dalam jumlah besar dan ekosistem startup teknologi yang dinamis,” kata Fock Wai Hoong, Deputy Head, Technology & Consumer and Southeast Asia, Temasek.

Menurut laporan ini, layanan keuangan digital, terutama yang berfokus pada pembayaran B2B dan layanan pinjaman berhasil menggeser sektor e-commerce sebagai sektor investasi teratas Dengan nilai 1,5 miliar dolar AS pada semester 1 2022.

Di seluruh Asia Tenggara, termasuk Indonesia, lebih dari 80% Pemodal Ventura (VC) ingin lebih berfokus pada sektor-sektor baru seperti teknologi kesehatan (health tech), SaaS, dan Web 3.0, sementara sektor teknologi pendidikan (ed tech) mengalami penurunan pasca-pandemi seiring dibukanya kembali sekolah-sekolah.

“Ekonomi digital Indonesia tetap menjadi yang terbesar dan paling beragam se-Asia Tenggara. Penyedia layanan digital harus mengimbangi permintaan konsumen yang kuat melalui keterlibatan yang bermakna dengan berbagai demografi pengguna, dan dengan demikian dapat mendorong partisipasi yang lebih dalam untuk ekonomi internet. Kunci untuk mempertahankan momentum positif ini adalah dengan mendorong Usaha Kecil Menengah (UKM) berakselerasi menuju pertumbuhan berikutnya, terutama dengan memperdalam adopsi digital UKM di seluruh SaaS dan alat keuangan," kata Aadarsh Baijal, Partner and Head of Digital Practice in Southeast Asia, Bain & Company.

Sentimen: positif (100%)