Sentimen
Netral (99%)
8 Nov 2022 : 07.19
Informasi Tambahan

Kasus: covid-19, pengangguran

Tokoh Terkait

Rupiah Menguat Sih, Tapi Masih di Atas Rp 15.700/US$

8 Nov 2022 : 14.19 Views 3

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Rupiah Menguat Sih, Tapi Masih di Atas Rp 15.700/US$

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) untuk pertama kalinya dalam 6 hari perdagangan. Meski demikian, penguatan tajam rupiah di awal perdagangan terpangkas, dan kembali ke atas Rp 15.700/US$.

Melansir data Refintiv, rupiah langsung menguat 0,54% ke Rp 15.650/US$ begitu perdagangan Senin (7/11/2022) dibuka. Penguatan sempat bertambah menjadi Rp 15.645/US$ sebelum perlahan terpangkas dan mengakhiri perdagangan di Rp 15.705/US$ menguat 0,19% di pasar spot.

Penguatan rupiah di awal perdagangan terjadi setelah indeks dolar AS jeblok hingga 1,8% ke 110,88 pada perdagangan Jumat (4/111/2022) pekan lalu setelah rilis data tenaga kerja AS yang mulai menunjukkan pelemahan.

-

-

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan tingkat pengangguran bulan Oktober naik menjadi 3,7% dari bulan sebelumnya 3,5%.

Kenaikan tersebut menguatkan lagi harapan bank sentral AS (The Fed) akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya.

Ekspektasi tersebut sebelumnya muncul setelah beberapa pejabat The Fed mengungkapkan keinginan agar laju kenaikan suku bunga dikendurkan.

Pada pengumuman kebijakan moneter pekan lalu, The Fed juga memberikan sedikit sinyal jika ke depannya kenaikan suku bunga kemungkinan tidak akan agresif lagi.

The Fed menyatakan dalam menentukan kenaikan suku bunga ke depannya akan memperhitungkan seberapa besar kenaikan suku bunga yang sudah dilakukan, efeknya terhadap kegiatan ekonomi dan inflasi, serta perkembangan kondisi perekonomian dan finansial.

Melihat data tenaga kerja yang mulai melemah, The Fed kemungkinan akan mulai serius mempertimbangkan pelambatan laju kenaikan suku bunga.

Sementara itu dari dalam negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia naik cukup tinggi di kuartal II-2022.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2022 adalah 5,72% (year on year/yoy). Rilis tersebut sedikit lebih tinggi dari proyeksi pemerintah 5,7%, dan Bank Indonesia (BI) 5,5%.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 14 institusi juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,6%.

"Tren pertumbuhan ekonomi tahunan persisten selama empat kuartal berturut sejak kuartal IV 2021. ini menandakan pemulihan ekonomi terus berlanjut dan semakin menguat," ungkap Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers, Senin (7/11/2022)

Realisasi ini dipengaruhi oleh beberapa indikator. Neraca perdagangan Indonesia surplus US$ 14,92 miliar selama Juli - September 2022. Hal ini ditopang oleh lonjakan ekspor batu bara, minyak kelapa sawit dan besi dan baja yang dipengaruhi oleh kenaikan harga internasional.

Mobilitas masyarakat juga semakin pulih dari pandemi covid-19, ditandai dengan perkembangan jumlah wisatawan mancanegara tumbuh 10.746,2%.

Sayangnya data tersebut belum mampu mendongkrak kinerja rupiah lebih lanjut.

Selain itu ada rilis data cadangan devisa Indonesia yang menunjukkan tekanan terhadap rupiah memang sangat besar.

BI melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2022 sebesar US$ 130,2 miliar, turun US$ 600 juta dibandingkan dengan posisi pada akhir September 2022.

"Penurunan posisi cadangan devisa pada Oktober 2022 antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri Pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global," tulis BI dalam keterangan resminya Senin (7/11/2022).

Dengan demikian, cadangan devisa sudah menurun dalam 7 bulan beruntun. Bahkan, jika dilihat sejak mencapai Rekor tertinggi sepanjang masa US$ 146,9 miliar pada September lalu, nilainya sudah turun US$ 16,7 miliar.

Rupiah memang sedang terpuruk melawan dolar Amerika Serikat (AS) belakangan ini. Hingga Oktober rupiah tercatat melemah 3 bulan beruntun, dengan total persentase lebih dari 5% dan berada di kisaran Rp 15.600/US$.

Jebloknya nilai tukar rupiah tentunya membuat BI melakukan triple intervention, yakni intervensi di pasar spot, domestic non-deliverable forward (DNDF), dan pasar SBN.

Cadangan devisa pun terkuras demi stabilitas rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


[-]

-

Duh! Rupiah Nyaris Tembus Rp 14.500/US$, Ada Apa?
(pap/pap)

Sentimen: netral (99.6%)