Sentimen
Informasi Tambahan
Event: vaksinasi
Kab/Kota: Shanghai
Kasus: covid-19, pengangguran
Tokoh Terkait
Awal Pekan Bursa Asia Bergairah, Hang Seng Melejit 2,7%
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik ditutup cerah bergairah pada perdagangan Senin (7/11/2022), di mana indeks Hang Seng Hong Kong memimpin penguatan hari ini.
Indeks Hang Seng ditutup melejit 2,69% ke posisi 16.595,91, di tengah prospek pembukaan kembali aktivitas ekonomi China setelah pembatasan akibat peningkatan Covid-19.
Sedangkan sisanya juga ditutup menghijau pada hari ini. Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup melonjak 1,21% ke posisi 27.527,64, Shanghai Composite China menguat 0,23% ke 3.077,82, Straits Times Singapura naik 0,13% ke 3.134,13, ASX 200 Australia bertambah 0,6% ke 6.933,7, KOSPI Korea Selatan melesat 0,99% ke 2.371,79, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terapresiasi 0,81% menjadi 7.102,396.
Dari China, sektor perdagangan terpantau melemah. Hal itu tergambar dari menyusutnya nilai ekspor Negeri Tirai Bambu tersebut pada Oktober 2022 sekaligus jadi penurunan pertama sejak pertengahan 2020.
Berdasarkan data yang dirilis dari otoritas bea cukai China hari ini, hal itu disebabkan perlambatan dari sisi domestik dan ancaman resesi global yang menghantam perdagangan internasional.
Ekspor turun 0,3% secara tahunan (year-on-year/yoy). Hasil tersebut jauh di bawah kinerja bulan sebelumnya yang mencetak pertumbuhan 5,7% (yoy).
Impor juga turun 0,7% (yoy) pada Oktober, negatif untuk pertama kalinya sejak Maret tahun ini dan turun dari pertumbuhan 0,3% di September lalu.
Adapun, perlambatan perdagangan terjadi karena permintaan global untuk produk China melemah dengan harga energi melonjak dan Amerika Serikat (AS) menghadapi ancaman resesi.
Penguncian Covid-19 yang sporadis juga telah merusak antusiasme konsumen dan kepercayaan bisnis di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Analis yang disurvei oleh Bloomberg memperkirakan pertumbuhan ekspor sebesar 4,3% pada Oktober, tetapi hanya memperkirakan pertumbuhan impor 0,1% di tengah melemahnya permintaan di dalam negeri.
"Penurunan volume ekspor baru-baru ini tampaknya mencerminkan pembalikan lonjakan permintaan global untuk barang-barang China di era pandemi," kata analis Capital Economics Zichun Huang dalam sebuah catatan, dikutip AFP.
Sementara itu, spekulasi pembukaan kembali ekonomi China menyebabkan reli di pasar saham regional berlanjut pada awal pekan ini. Tetapi, ekonom dari Goldman Sachs mengatakan bahwa itu masih beberapa bulan lagi.
"Pembukaan kembali sebenarnya masih beberapa bulan lagi karena tingkat vaksinasi lansia tetap rendah dan tingkat kematian masih tinggi di antara mereka yang tidak divaksinasi berdasarkan data resmi Hong Kong," kata ekonom yang dipimpin oleh Hui Shan dalam sebuah catatan, dikutip dari CNBC International.
Mereka menambahkan bahwa pemerintah mungkin sedang mengerjakan strategi keluar dan perusahaan di China mengharapkan negara itu membuka kembali pada kuartal kedua tahun 2023.
Bursa Asia-Pasifik yang cerah bergairah pada hari ini juga cenderung mengikuti pergerakan bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan akhir pekan lalu.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melesat 1,26%, S&P 500 melompat 1,36%, dan Nasdaq Composite melonjak 1,28%.
Wall Street menguat karena laporan pengangguran yang membuat ekspektasi para pelaku pasar bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan melonggarkan kenaikan suku bunga acuan.
Berdasarkan laporan Departemen Ketenagakerjaan AS, Jumat lalu, tingkat pengangguran di AS meningkat menjadi 3,7% pada Oktober 2022. Level tersebut menyamai angka Agustus (3,7%) dan menjadi yang tertinggi sejak Februari 2022 (3,8%).
Angka pengangguran Oktober juga di atas ekspektasi pasar yang hanya memperkirakan 3,6%. Sebagai catatan, tingkat pengangguran AS pada September melandai ke 3,5%.
Jumlah lapangan kerja baru juga menurun drastis. Pada Oktober 2022, penambahan jumlah tenaga kerja hanya mencapai 261.000. Jumlah ini jauh lebih rendah dibandingkan yang tercatat pada September yakni 315.000.
Penambahan tenaga kerja pada Oktober juga menjadi yang terendah sejak Desember 2020 atau dalam 22 bulan terakhir.
Data pasar tenaga kerja menjadi fokus utama para pelaku pasar karena The Fed mengatakan sedang mencari 'pendingin' untuk mempertimbangkan jeda dalam menaikkan suku bunga.
Akan tetapi, komentar hawkish Ketua The Fed, Jerome Powell memberi ekspektasi baru bahwa kenaikan suku bunga acuan masih akan terus berlangsung ke depan dan dapat memberikan tekanan lanjutan pada pasar saham.
"Ini bukan laporan yang menunjukkan kenaikan suku bunga mulai bertahan," kata Shawn Cruz, kepala strategi perdagangan di TD Ameritrade di Chicago.
"Anda mungkin bisa membenarkan beberapa langkah ini karena penjualan ini sedikit berlebihan setelah apa yang dikatakan Powell pada pertemuan itu, jadi mungkin Anda sudah membuat penjualnya keluar," tambah Cruz.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[-]
-
Bursa Asia Dibuka Bangkit, Kabar Baik Buat IHSG(chd/chd)
Sentimen: negatif (99.1%)