Sentimen
Netral (95%)
7 Nov 2022 : 17.23
Informasi Tambahan

Kasus: pengangguran

Rupiah Menguat Tajam ke Rp 15.650/US$

8 Nov 2022 : 00.23 Views 3

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Rupiah Menguat Tajam ke Rp 15.650/US$

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Senin (4/11/2022). Indeks dolar AS yang jeblok pada perdagangan Jumat lalu membuat rupiah mampu menguat tajam, selain itu pasar juga menanti rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia hari ini.

Begitu perdagangan dibuka, rupiah langsung melesat 0,54% ke Rp 16.650/US$ di pasar spot, melansir data Refintiv.

Indeks dolar AS jeblok hingga 1,8% ke 110,88 pada perdagangan Jumat (4/111/2022) pekan lalu setelah rilis data tenaga kerja AS yang mulai menunjukkan pelemahan.

-

-

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan tingkat pengangguran bulan Oktober naik menjadi 3,7% dari bulan sebelumnya 3,5%.

Kenaikan tersebut menguatkan lagi harapan bank sentral AS (The Fed) akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya.

Ekspektasi tersebut sebelumnya muncul setelah beberapa pejabat The Fed mengungkapkan keinginan agar laju kenaikan suku bunga dikendurkan.

Pada pengumuman kebijakan moneter pekan lalu, The Fed juga memberikan sedikit sinyal jika ke depannya kenaikan suku bunga kemungkinan tidak akan agresif lagi.

The Fed menyatakan dalam menentukan kenaikan suku bunga ke depannya akan memperhitungkan seberapa besar kenaikan suku bunga yang sudah dilakukan, efeknya terhadap kegiatan ekonomi dan inflasi, serta perkembangan kondisi perekonomian dan finansial.

Melihat data tenaga kerja yang mulai melemah, The Fed kemungkinan akan mulai serius mempertimbangkan pelambatan laju kenaikan suku bunga.

Apalagi, bank sentral lainnya sudah melakukan terlebih dahulu akan perekonomiannya tidak mengalami resesi yang dalam.

Bank sentral Kanada (Bank of Canada/BoC) sudah secara gamblang menyebutkan hal tersebut.

The Fed dan BoC menjadi dua bank sentral yang paling agresif menaikkan suku bunga, dilihat dari besarnya persentase kenaikan.

Hingga saat ini, BoC tercatat sudah ada 6 kali kenaikan, bahkan pada Juli lalu sebesar 100 basis poin dan September 75 basis poin.

Kenaikan terakhir dilakukan Rabu (26/11/2022) lalu sebesar 50 basis poin. Yang menarik, BoC menaikkan suku bunga di bawah ekspektasi pasar sebesar 75 basis poin.

BoC bahkan mengatakan, periode kenaikan suku bunga sebentar lagi akan berakhir, sebab perekonomiannya diperkirakan akan stagnan dalam 3 kuartal ke depan.

"Periode pengetatan moneter hampir selesai. Kita sudah dekat, tetapi belum sampai," kata Gubernur BoC, Tiff Macklem, dalam konferensi pers sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (26/10/2022).

Macklem mengatakan seberapa tinggi suku bunga akan tergantung dari dampak yang diberikan, seberapa besar kebijakan moneter mampu meredam demand, bagaimana masalah supply diselesaikan serta inflasi dan ekspektasi inflasi merespon kebijakan tersebut.

"Kami memperkirakan suku bunga akan kembali dinaikkan. Itu berarti bisa lebih besar dari kenaikan normal, atau bisa juga dengan kenaikan normal 25 basis poin," ujar Macklem.

Sementara itu dari dalam negeri, hari ini akan dirilis data produk domestik bruto (PDB). Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,7% pada kuartal III, sementara Bank Indonesia (BI) meyakini PDB akan mencetak pertumbuhan 5,5% pada kuartal tersebut. Hasil polling dari Reuters bahkan lebih tinggi lagi, sebesar 5,89%.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


[-]

-

Rupiah Keok Lagi! Amerika Tak Jadi Resesi Tengah Tahun Ini?
(pap/pap)

Sentimen: netral (95.5%)