Tips Berhemat di Tengah Kenaikan Harga Pangan dan Energi
CNNindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Harga pangan dan harga energi melonjak di tengah perang Rusia-Ukraina. Bahkan, jauh sebelum serangan militer negara beruang merah itu, harga minyak goreng sudah selangit.
Sementara, ramadan dan lebaran di depan mata. Umumnya, harga pangan melonjak saat bulan puasa, dikarenakan tingginya permintaan dan terbatasnya pasokan.
Nah, semakin penting bagi masyarakat untuk berhemat sedari dini kan agar dapat menyiasati seluruh kebutuhan rumah tangga?
Perencana Keuangan Zielts Consulting Ahmad Gozali memiliki rumus khusus yang dapat digunakan untuk berhemat di tengah kenaikan harga bahan pokok. Ia menyebutnya Ctrl-Alt-Delete.
Control adalah ketika Anda memastikan bahwa kebutuhan sehari-hari tidak melebihi anggaran yang sudah diatur.
"Yakin beli sesuai kebutuhan? Atau jangan-jangan suka menyisakan makanan, keburu basi, nyetok di kulkas, tapi lupa. Kontrol agar tidak keluar dari bujetnya," imbuhnya kepada CNNIndonesia.com, Kamis (10/3).
Alt alias langkah kedua adalah mencari alternatif untuk bahan pangan yang sedang melonjak harganya. Contohnya, ketika harga daging sapi sedang mahal, Anda bisa menukarnya dengan membeli daging ayam yang harganya sedang stabil.
"Cari alternatifnya. Khusus untuk harga yang sedang naik, bisa dicari alternatif penggantinya. Sementara, kurangi goreng-gorengan, masak dengan metode lain dulu," terang dia.
Delete alias langkah terakhir dengan mengurangi barang-barang yang biasa dibeli. Toh, budget sedang tidak mencukupi, terpaksa harus dihilangkan dari daftar belanjaan hingga harga lebih bersahabat.
"Ini alternatif terakhir dan paling berat. Kalau gagal, minimal jadi banyak berkurang. Bisa nggak sih nggak makan gorengan sama sekali? Coba dulu. Kalau dalam seminggu dicoba ternyata gagal, ya minimal sudah seminggu nggak mengkonsumsi gorengan," jelas Ahmad.
Hal serupa dikatakan Perencana Keuangan Tatadana Consulting Tejasari Assad. Ia menganjurkan masyarakat membuat anggaran terlebih dahulu, yang berisi segala jenis pengeluaran.
"Dengan perubahan-perubahan kenaikan harga dari budget yang kita buat, mana saja yang bisa kita kurangi? Karena kan budgetnya sudah ada, misalnya, konsumsi, transportasi, buat orangtua kali, buat anak di rumah, bayar-bayar rutin, seperti bayar listrik, telepon, supaya kita tahu telepon berapa karena kan kita mau berhemat," kata Teja.
Ambil contoh, saat seorang sering makan di luar atau memesan makanan lewat ojek online, ia bisa berhemat secara signifikan dengan masak di rumah. Strategi lain yang bisa diterapkan adalah melunasi utang atau cicilan agar ada sisa uang yang dapat ditambah ke anggaran belanja bahan pokok.
"Misal, ternyata komposisi utang kita banyak banget, jadi yuk kita beresin dulu utangnya. Kita lunasi dari tabungan. Sehingga, cicilan bulanan jadi habis, nah jadi ada spare buat makanan untuk menaikkan komposisi di budget pengeluaran. Jadi itu detail," ungkap Teja.
Dalam hal konsumsi makanan, Teja menyarankan agar anggaran konsumsi dibuat detail, sehingga Anda dapat menemukan apa saja bahan pokok yang bisa dicarikan alternatif. Bahkan, kalau perlu dikurangi porsinya.
"Kita lihat kita belanja apa aja sih, tiap hari, tiap minggu atau setiap bulan. Nah, dari situ lah yang kita ubah. Ternyata (kita sering) beli daging, beli udang, beli ikan, ya sudah sementara kita switch (ganti) dulu sampai kita ada kenaikan gaji, yang sekarang ya sudah. Mungkin, yang biasanya beli udang 1 kg, belinya jadi setengah kilo," jelasnya.
Selain itu, seharusnya, dengan berkurangnya aktivitas keluar rumah akibat pandemi, anggaran transportasi yang berlebih bisa digunakan untuk menopang keperluan belanja bahan makanan ataupun gas elpiji (LPG).
"Sekarang kelihatannya makanan naik, tapi kan transportasi juga jauh berkurang karena banyak di rumah. Berarti, budget transportasi bisa digunakan buat belanja. Terus, cek lagi apa budget lain ada yang bisa kita ganti supaya bisa pindah ke bagian konsumsi," pungkas Teja.
[-]
(tdh/bir)Sentimen: positif (98.4%)