6 Emiten Baru Melantai! Sebelum Beli Baca Dulu Kalau Mau Cuan
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal kedatangan enam perusahaan tercatat (emiten) baru Selasa (8/11/2022).
Berdasarkan informasi dari BEI, Senin (7/11/2022) para pendatang baru tersebut akan menjadi emiten ke-45, 46, 47, 48, 49 dan 50 di pasar modal Indonesia pada tahun 2022. Uniknya, mayoritas harga yang ditawarkan para calon emiten cenderung mentok kiri atau harga terendah dari rentang penawaran.
Sebelum pilah-pilih dan membeli sahamnya, yuk kita intip dulu profil dan prospek sahamnya berikut.
PT Famon Awal Bros Sedaya Tbk (PRAY)
Famon Awal Bros Sedaya memasang harga penawaran Rp 900 per saham, yang merupakan batas bawah dari harga penawaran yang dipasang oleh PRAY, yakni di rentang Rp 900 sampai dengan Rp 950 per saham.
PRAY akan melepas sebanyak-banyaknya 302,22 juta saham biasa atas nama yang seluruhnya adalah saham baru dan dikeluarkan dari portepel. Jumlah ini mewakili sebesar-besarnya 2,28% dari modal ditempatkan dan disetor setelah pelaksanaan IPO.
Sehingga, dari gelaran penawaran umum perdana saham alias initial public offering (IPO), pengelola Rumah Sakit Primaya ini meraup dana segar sebesar Rp 272 miliar.
PRAY juga akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 697 juta saham biasa atas nama dalam rangka pelaksanaan Mandatory Convertible Bond (MCB) kepada Archipelago Investment Pte. Ltd., yang diterbitkan berdasarkan Mandatorily Convertible Bond Subscription Agreement tanggal 18 April 2022 (MCB Archipelago).
MCB Archipelago diterbitkan dengan nilai pokok nominal sebesar Rp 627,30 miliar. Dengan dilaksanakannya MCB Archipelago dan terjualnya seluruh saham yang ditawarkan dalam IPO, persentase kepemilikan masyarakat akan menjadi sebanyak 2,17% setelah IPO dan konversi MCB
PRAY akan menggunakan dana hasil IPO untuk tiga keperluan. Pertama, sekitar 50% dana akan digunakan sebagai dana tambahan perolehan tanah yang nantinya tanah tersebut akan digunakan untuk pembangunan rumah sakit-rumah sakit baru di kota-kota besar di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa.
Kedua, sekitar 25% dana akan digunakan untuk dana tambahan biaya pengembangan gedung dan layanan rumah sakit-rumah sakit yang sudah ada. Tujuannya yakni untuk pengembangan prasarana, sarana, dan layanan pada rumah sakit-rumah sakit yang telah ada untuk meningkatkan kapasitas tempat tidur dan diversifikasi layanan di rumah sakit Grup Primaya.
Pengembangan ini dilakukan dengan cara penambahan lantai bangunan dan juga memperluas dan menambah layanan spesialis baru, termasuk diantaranya membeli alat-alat medis baru.
Ketiga, sekitar 25% dana akan digunakan untuk dana tambahan pembiayaan pembangunan gedung rumah sakit-rumah sakit baru.
PT Jayamas Medica Industri Tbk (OMED)
Jayamas Medica Industri atau OneMed menetapkan harga penawaran umum perdana sebesar Rp 204 per saham. Harga yang dipatok itu berada di batas minimal penawaran awal (bookbuilding) di mana paling rendah Rp 204 dan tertinggi Rp 310.
OneMed melepas sebanyak 4.058.850.000 saham baru dengan nilai nominal Rp 25 setiap saham, yang mewakili sebanyak 15% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Jumlah seluruh nilai penawaran umum perdana saham ini adalah sebesar Rp 828 miliar.
Pemegang saham OMED saat ini, yakni PT Intisumber Hasil Sempurna 98%, Yacobus Jemmy Hartanto 1%, dan Siane Soetanto 1%. Sedangkan, 50% saham Intisumber Hasil Sempurna dipegang juga oleh Yacobus Jemmy Hartanto dan 50% lainnya digenggam Siane Soetanto yang tak lain adalah istri dari Jemmy Hartanto.
PT Global Digital Niaga Tbk (BELI)
Global Digital Niaga alias Blibli menjadi unicorn berikutnya yang bakal melantai di bursa. Calon emiten dengan kode saham BELI ini mematok harga penawaran umum di harga Rp 450 setiap sahamnya. Dalam IPO ini, Blibli awalnya menawarkan saham dengan rentang harga Rp 410 - Rp 460 untuk setiap sahamnya.
Blibli berpotensi mengantongi dana segar sebesar Rp 7,99 triliun dari aksi korporasi ini. Rencananya Rp 5,5 triliun dari dana IPO akan digunakan pembayaran seluruh saldo utang fasilitas perbankan. Sisanya, bakal dipakai untuk modal kerja.
BELI menawarkan sebanyak-banyaknya 17,77 miliar saham atau setara 15% dari modal ditempatkan dan disetor perusahaan. Menarik untuk ditunggu apakah startup milik orang terkaya di Indonesia ini bakal sukses mengingat para pendahulunya banyak longsor sahamnya.
PT Wulandari Bangun Laksana Tbk (BSBK)
Wulandari Bangun Laksana menawarkan harga saham Rp 100 per lembar kepada publik. Perusahaan akan melepas sebanyak 2,75 miliar saham, dan menargetkan perolehan dana IPO sebesar Rp 275 miliar.
Dari perolehan dana tersebut, Rp 100 miliar akan digunakan untuk membeli tanah seluas 1,2 hektare di Balikpapan, sisanya akan digunakan untuk modal kerja dan operasional perusahaan.
Sebagai pengembang properti yang berbasis di Kalimantan Timur (Kaltim), perseroan mengaku tak mau ketinggalan dalam memanfaatkan peluang bisnis seiring berpindahnya Ibu Kota Negara (IKN) ke Kabupaten Penajam Paser Utara, Kaltim.
PT Citra Borneo Utama Tbk (CBUT)
Citra Borneo Utama mematok harga penawaran umum perdana Rp 690 per saham dengan melepas sebanyak 625 juta saham baru dengan nilai nominal Rp 100 per saham.
Jumlah saham yang dilepas ke publik itu setara dengan 20% seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Jumlah dana yang bakal diraih CBUT dari IPO ini senilai Rp 431,25 miliar.
Pemegang saham CBUT sebelum IPO adalah PT Citra Borneo Indah 68%, PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) 22%, PT Kalimantan Sawit Abadi 5%, dan PT Mitra Mendawai Sejati 5%.
Dalam prospektus CBUT dijelaskan bahwa selambat-lambatnya tanggal 31 Desember 2023, salah satu pemegang saham perseroan, yaitu PT Citra Borneo Indah (CBI) akan melakukan pembayaran utangnya kepada pemegang saham perseroan yang lain, yaitu PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) dengan saham yang dimiliki CBI di perseroan.
Sesuai kesepakatan antara CBI dan SSMS, rencana penukaran utang dengan saham dapat dilakukan dalam beberapa tahap.
PT Menthobi Karyatama Raya Tbk (MKTR)
Entitas Grup Maktour, PT Menthobi Karyatama Raya Tbk (MKTR) mematok harga penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) Rp 120 per saham.
Menthobi melepas sebanyak 2,5 miliar saham dengan nilai nominal Rp 10 setiap saham, yang mewakili sebanyak sebesar 20,83% dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO. Jumlah seluruh nilai penawaran umum perdana saham ini adalah sebanyak Rp 300 miliar.
Bersamaan IPO, MKTR menerbitkan waran seri I sebanyak 2,5 miliar atau sebanyak 26,32% dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh pada saat pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum saham perdana ini disampaikan.
Waran seri I yang menyertai penerbitan saham baru adalah efek yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk melakukan pembelian saham biasa atas nama yang bernilai nominal Rp 10 setiap sahamnya dengan harga pelaksanaan sebesar Rp 150 sehingga seluruhnya adalah sebesar Rp 375 miliar, mempunyai jangka waktu 3 tahun sejak diterbitkan, di mana waran seri I dapat dilaksanakan selama masa berlakunya pelaksanaan yaitu mulai tanggal 16 Mei 2023 sampai dengan 4 November 2025.
MKTR akan mengalokasikan sebesar 0,60% dari saham yang ditawarkan pada saat penawaran umum perdana saham untuk program alokasi saham kepada karyawan (ESA) yaitu sebanyak 15 juta saham, dengan harga pelaksanaan ESA yang sama dengan harga penawaran.
Perseroan juga menyetujui Program Opsi Kepemilikan Saham kepada Manajemen dan Karyawan (Management and Employee Stock Option Plan/MESOP) dengan jumlah sebanyak sebesar 10% atau sejumlah sebanyak 950 juta saham biasa atas nama dari modal disetor dan ditempatkan penuh perseroan sebelum penawaran umum, pelaksanaan konversi waran seri I, dan MESOP.
[-]
-
Haji Isam 'Cari' Duit, Giring Jhonlin Agro IPO Rp 366 M(ayh/ayh)
Sentimen: positif (99.6%)