JAKARTA - Bursa saham AS, Wall Street pekan depan dibayangi reli karena menghadapi peristiwa seperti pemilihan midterm AS dan data inflasi yang dapat mempengaruhi kebijakan moneter Federal Reserve.
Pada perdagangan Jumat (4/11/2022), Wall Street menghilangkan beberapa kekhawatiran. Sementara Ketua Jerome Powell mengatakan, para pembuat kebijakan kemungkinan akan mengambil suku bunga lebih tinggi dari yang dibayangkan dalam upaya mereka untuk menghancurkan inflasi.
Namun demikian, S&P 500 mengakhiri minggu ini dengan kerugian 4,6% dan kemungkinan gerak bullish telah melonjak di atas reli Oktober yang mengangkat indeks lebih dari 8% dari posisi terendahnya.
Baca Juga: Wall Street Hijau, Indeks S&P Pimpin Penguatan
Sementara itu, data dari BoFA Global Research menunjukkan sekitar USD62,1 miliar mengalir ke uang tunai pada minggu terakhir, arus masuk terbesar sejak jatuhnya COVID-19 pada awal 2020, menggarisbawahi pesimisme yang telah terjadi di antara banyak pelaku pasar.
"Kami pikir kami berada di jalur yang sulit untuk ekonomi, dan minggu depan kami akan mendapatkan dua petunjuk yang cukup besar seperti apa bentuknya," kata Kepala Solusi Multi-aset Federated Hermes, Steve Chiavraone, dilansir dari Reuters, Minggu (6/11/2022).
Baca Juga: Wall Street Lesu Usai The Fed Naikkan Suku Bunga
Data harga konsumen telah mendorong pergerakan pasar yang besar tahun ini, karena lonjakan inflasi memaksa investor untuk meningkatkan ekspektasi kenaikan suku bunga Fed. Pembacaan yang lebih kuat dari perkiraan pada 10 November kemungkinan akan mendukung kemungkinan berlanjutnya The Fed.
Investor sekarang memperkirakan di puncak sekitar 5,1% untuk suku bunga dana fed fund tahun depan, dibandingkan dengan ekspektasi hanya di bawah 5% sebelum pertemuan Fed terbaru. Bank sentral telah menaikkan suku bunga menjadi 3,75% tahun ini.