Sentimen
Positif (61%)
5 Nov 2022 : 16.19
Informasi Tambahan

Event: Perang Dunia II

Goldman Sachs Prediksi Dunia Hadapi Krisis Energi Terburuk

5 Nov 2022 : 23.19 Views 2

CNNindonesia.com CNNindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Goldman Sachs Prediksi Dunia Hadapi Krisis Energi Terburuk
Jakarta, CNN Indonesia --

Serangan militer Rusia ke Ukraina dan sanksi keras AS dan negara-negara barat terhadap negara beruang merah diproyeksi berdampak besar terhadap ekonomi dunia. Salah satunya, krisis energi.

Mengutip CNN.com pada Kamis (10/3), Ahli Strategi Goldman Sachs dalam laporannya menyebut ketidakpastian dalam konflik tersebut akan berdampak pada krisis pasokan minyak dunia.

Dalam perkembangannya, Amerika Serikat mengumumkan larangan impor minyak Rusia. Langkah itu disusul Inggris yang berjanji akan menghapus impor minyak Rusia pada akhir tahun ini.

"Mengingat peran kunci Rusia dalam pasokan energi global, ekonomi global dapat dihadapkan pada salah satu guncangan pasokan energi terbesar yang pernah ada," imbuh Goldman Sachs dalam laporannya.

-

-

Sementara itu, Rystad Energy memproyeksikan jika negara-negara barat lainnya mengikuti jejak Amerika secara massal dan melarang minyak Rusia, harga minyak mentah akan meroket hingga US$240 per barel musim panas ini.

Guncangan Pasokan Terbesar Sejak 1990?

Goldman Sachs menyatakan krisis Rusia-Ukraina dapat melumpuhkan setidaknya 3 juta barel per hari ekspor minyak dan produk minyak Rusia melalui laut.

Kondisi itu kemungkinan setara gangguan satu bulan, terbesar kelima sejak Perang Dunia II, usai insiden Embargo Minyak Arab 1973, Revolusi Iran pada 1978, perang Iran-Irak pada 1980, serta perang Irak-Kuwait pada tahun 1990.

Sejauh ini belum ada yang bisa mengimbangi pasokan minyak Rusia. Bahkan, setelah rilis cadangan minyak darurat pun, produksi minyak yang lebih tinggi dari OPEC dan potensi pencabutan sanksi terhadap Iran dan Venezuela, Goldman Sachs menilai pasar minyak dunia masih belum akan stabil.

Dengan kata lain, dunia akan dipaksa untuk menggunakan lebih sedikit minyak. Goldman Sachs juga memperkirakan harga Brent menjadi US$135, naik dari US$98 sebelumnya.

"Rentang kemungkinan hasil tetap ekstrem, mengingat ancaman lonjakan harga minyak yang mewakili ekonomi global," tulis ahli strategi Goldman Sachs.

Bagaimana dengan perusahaan minyak AS?

Produksi minyak AS diperkirakan meningkat secara signifikan sebagai respons terhadap harga yang lebih tinggi. Administrasi Informasi Energi AS (EIA) mengatakan produksi minyak AS diperkirakan naik ke rata-rata 12 juta barel per hari pada tahun ini.

Angka itu konsisten dengan perkiraan EIA sebelumnya pada Februari, sebelum harga minyak melonjak ke level tertinggi sejak 2008.

Namun, EIA secara signifikan menaikkan perkiraan untuk produksi minyak AS pada 2023 dan mengatakan rata-rata akan menghasilkan 13 juta barel, naik dari perkiraan sebelumnya 12,6 juta. Adapun, rekor tahunan untuk produksi minyak AS ditetapkan pada 2019, ketika 12,3 juta barel minyak diproduksi setiap hari.

[-]

(dzu/bir)

Sentimen: positif (61.5%)