Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: Bank Mandiri
Masih Menarik Kah Surat Utang RI Buat Investor?
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, SBN Indonesia - Pasar Surat Berharga Negara (SBN) mendapat tekanan berat sejak akhir Oktober lalu. Banyaknya investor yang menjual SBN membuat harganya turun sementara sebaliknya yield terus meningkat.
Yield seri benchmark FR0091 tenor 10 tahun bahkan menyentuh 7,65% pada 24 Oktober 2022. Level tersebut adalah yang tertinggi sepanjang tahun ini.
Merujuk pada Refinitiv, Yield pada mayoritas SBN pada hari ini juga masih meningkat. Kondisi ini makin mencerminkan jika harga SBN Indonesia terus melemah.
Hanya SBN tenor 15 tahun yang masih dibeli oleh investor, ditandai dengan melemahnya yield. Yield SBN tenor 15 tahun meladai menjadi 7,11% dari hari sebelumnya yang tercatat 7,29%.
Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) meningkat menjadi 7,48% dari hari sebelumnya yang tercatat 7,44%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnyayieldmenunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Reny Eka Putri, Senior Quantitative Analyst (Senior Analis) Bank Mandiri, menjelaskan yield SBN Indonesia masih berpotensi meningkat ke depan. Salah satunya karena faktor kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) yang masih hawkish.
"Dengan potensi kebijakan hawkish yang masih berlanjut, kami masih melihat potensi kenaikan yield SBN masih akan terjadi ke depan," tutur Reny kepada CNBC Indonesia.
Sebagai catatan, The Fed sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 375 bps sepanjang tahun ini menjadi 3,75-4,00%. The Fed juga masih akan melanjutkan kebijakan moneter ketat hingga inflasi AS berada dalam jangkaran mereka di sekitar 2%.
Kenaikan suku bunga AS membuat investor asing kabur dari pasar SBN dan memburu aset aman seperti dolar AS.
Reny menambahkan pembeli SBN Indonesia kini didominasi investor dalam negeri sementara asing semakin mengecil. Merujuk data Kementerian Keuangan, porsi kepemilikan asing pada SBN Indonesia kini di kisaran 13,9%. Jumlah tersebut jauh lebih kecil dibandingkan yang tercatat pada awal tahun ini yakni di kisaran 19%.
"Investor dalam negeri yang masih membeli SBN terlihat pada dana pensiun dan asuransi serta individual," ujarnya.
Sementara itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menjelaskan yield SBN Indonesia masih kompetitif. Prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih tinggi juga membuat appetite untuk masuk ke pasar keuangan Indonesia masih baik.
Ekonom BCA Barra Kukuh Mamia juga mengatakan The Fed memang masih akan menaikkan suku bunga hingga 2023. Namun, spread yield antara SBN dan US Treasury masih menarik.
"Indonesia masih mampu mempertahankan spread yield yang sehat dalam jangka panjang," ujar Barra dalam reportnya FOMC: Slower Climb on Steeper Incline.
Merujuk pada data Refinitiv, Yield surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun tercatat 4,12% pada penutupan perdagangan Kamis (3/11/2022) sementara SBN 10 tahun di posisi 7,48%. Artinya, masih ada spread yield antara SBN tenor 10 tahun dan US Treasury tenor 10 tahun sebesar 3,31%.
Selisih ini memang menyusut jauh dibandingkan sebelum The Fed menaikkan suku bunga acuan pertama kali tahun ini pada 16 Maret 2022. Pada periode tersebut spread yield masih berjarak 4,56%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[-]
-
Terbatas, Minat Asing di Lelang Surat Utang Negara RI(mae/mae)
Sentimen: negatif (99.4%)