Sentimen
Positif (76%)
19 Okt 2024 : 13.41

Intip Tradisi Leluhur Mappadendang yang Masih Dilestarikan Masyarakat Sidrap

19 Okt 2024 : 20.41 Views 3

Beritasatu.com Beritasatu.com Jenis Media: Hiburan

Sidrap, Beritasatu.com - Tradisi Mappadendang atau  menumbuk gabah dengan lesung terus dilestarikan masyarakat di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan.  Seperti yang ada di Desa Buae, Kecamatan Watang Pulu yang masih mempertahankan tradisi leluhur sebagai rangkaian prosesi adat dalam pesta panen.

Selain sebagai rasa ungkapan syukur pada Tuhan, acara ini juga sebagai ajang silaturahmi oleh warga.

Menumbuk gabah seperti ini bukan perkara mudah dilakukan, menggunakan pakaian adat tradisional bak menari para penumbuk gabah yang didominasi perempuan ini mengayu aluh di atas lesung menghasilkan irama yang khas.

Uniknya, tidak ada satu pun aluh yang mereka genggam saling bertabrakan. Proses adat Mappadendang ini juga dianggap sebagai ritual sakral yang hanya dilakukan orang tua. Tradisi Mappadendang ini dilaksanakan biasa dua sampai tiga hari.

Kepala Desa Buae Laupe mengatakan, tradisi adat Mappadendang ini rutin dilaksanakan setiap tahun. 
Selain itu kata dia, merupakan tongkat tradisi yang sudah dilaksanakan secara turun temurun.

"Acara Mappadendang di Desa Buae selalu diadakan setiap tahun. Ini merupakan tongkat tradisi yang turun temurun dilaksanakan setelah panen," katanya di Desa Buae, Sabtu (19/10/2024).

Acara Mappadendang ini selalu antusias diramaikan bukan hanya warga sekitar, melainkan masyarakat dari luar Kabupaten Sidrap yang ingin menyaksikan terlibat langsung dan menyaksikan tradisi adat ini.

"Mappadendang ini istilahnya acara pesta panen. Namun dalam hal ini, Desa Buae itu diadakan pesta panen bukan saja dari Desa Buae yang datang untuk meramaikan acara ini tetapi seluruh masyarakat yang ada di sekeliling Desa Buae sebagai penonton atau pengikut acara," jelasnya.

Pesta panen ini, lanjut Laupe, juga dirangkaikan dengan tradisi Matojang. Dalam tatanan linguistik Bugis, Mattojang berasal dari kata "tojang" yang berarti ayunan.

Secara kultural dalam masyarakat Bugis istilah Mattojang diartikan sebagai permainan berayun atau berayun-ayun.

"Main ayunan memang rangkaian dari pada  Mappadendang ini, satu paket dengan tradisi. Ada yang menyiapkan ketupat untuk dicicipi para penonton yang ada di sekitar Padendang," tandasnya.

Untuk menjamu para tamu terutama warga suku Bugis dari luar daerah yang sengaja datang menyaksikan ritual dan hiburan pesta panen petani disuguhkan makanan dan minuman.

Sentimen: positif (76.2%)