Sentimen
Negatif (99%)
18 Okt 2024 : 19.28
Informasi Tambahan

BUMN: Garuda Indonesia

Tokoh Terkait

Bos BI Sebut Rupiah Tertekan Gegara Timur Tengah Memanas

18 Okt 2024 : 19.28 Views 8

Detik.com Detik.com Jenis Media: Ekonomi

Jakarta -

Bank Indonesia (BI) memutuskan menahan suku bunga acuan tetap 6% pada Oktober. Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menjelaskan, keputusan tersebut tak lepas dari dinamika yang terjadi secara global.

Perry menyebut dinamika ini tak lepas dari meningkatnya tensi di Timur tengah yang turut menekan mata uang garuda. Oleh karena itu, kata dia, ke depannya fokus BI secara jangka pendek adalah menjaga stabilitas rupiah.

"Mencermati yang terjadi pada Oktober, akhir September, karena meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan kemudian dampaknya terhadap arus portofolio asing dan tekanan nilai tukar, maka pada rapat Dewan Gubernur bulan Oktober kami putuskan menahan suku bunga tetap 6%. Karena fokusnya pada jangka pendek ini adalah pada stabilitas nilai tukar rupiah," ujarnya dalam konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK IV Tahun 2024 di Gedung Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (18/10/2024).

Sebagai informasi, Bank Indonesia memutuskan menurunkan suku bunga BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 6%. Pertimbangannya adalah karena inflasi yang rendah dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Ini tentu saja juga mencermati juga arah penurunan Fed Funds Rate. Dan kami juga masih melihat bahwa kebijakan ruang untuk penurunan suku bunga kebijakan itu tetap terbuka dalam bulan-bulan ke depan akan sangat tergantung prospek ekonomi nilai tukar dan pertumbuhan ekonomi," ujarnya.

Perry menyebut kebijakan moneter tersebut konsisten agar menjaga inflasi tetap terkendali 2,5% plus minus 1%,. Hal ini sesuai dengan target pada tahun 2024-2025.

"Kami juga konsisten bahwa ke depan kami akan mencermati ruang penurunan suku bunga kebijakan dengan tetap memperhatikan prospek inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan nilai tukar. Namun fokus moneter jangka pendek saat ini adalah stabilitas nilai tukar karena meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global terkait ketegangan geopolitik Timur Tengah," tutupnya.

(ily/hns)

Sentimen: negatif (99.2%)