FAJAR.CO.ID,JAKARA — Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan warga Indonesia makin takut bicara politik selama 10 tahun pemerintahan Jokowi. Hal itu disebut terjadi tidak begitu saja.

Kader PDIP Ferdinand Hutahean menduga mereka yang takut bicara politik karena takut tidak dapat bantuan pemerintah. Seperti Bantuan Sosial (Bansos).

“Takut tidak dapat Bansos makanya takut bicara politik,” kata Ferdinand dikutip dari unggahannya di X, Jumat (18/10/2024).

Survei SMRC sendiri menunjukkan 51 persen warga takut bicara politik selama 10 tahun pemerintahan Jokowi. Meningkat dari sejumlah hanya 22 persen.

“Gila hasilnya lebih dari 50% orang Indonesai takut bicara politik,” ujar Ferdinand.

Selain Bansos, Ferdinand mengatakan warga takut bicara politik karena takut kehilangan bantuan pemerintah lainnya. Seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan bantuan pendidikan seperti Kartu Indonesia Pintar.

“Kuat dugaan saya mereka adalah pihak-pihak yang takut kehilangan Bansos, takut kehilangan BLT, takut kehilangan Kartu Pintar,” jelasnya.

“Kejam cara mereka menakuti rakyat,” tambahnya.

Diketahui, selain ketakutan bicara politik, survei SMRC juga menunjukkan ketakutan atas kesewenang-wenangan aparat penegak hukum naik dari 32 persen menjadi 51 persen.

Ketakutan ikut organisasi naik dari 14% ke 28%, ketakutan menjalankan agama naik dari 7% ke 21%, dan persepsi atas pelanggaran konstitusi dan undang-undang oleh pemerintah melonjak dari 40% ke 52%.

“Kinerja demokrasi dari demokrasi yang hampir terkonsolidasi sebelum Presiden Jokowi memimpin menjadi otokrat atau otoritarianisme telah terjadi, terutama pada lima tahun terakhir Indonesia di bawah kepemimpinannya,” kata Saiful dikutip dari laman resminya.
(Arya/Fajar)