Sentimen
Negatif (61%)
15 Okt 2024 : 07.15
Tokoh Terkait

Berapa Lama Lagi Matahari Bertahan hingga Akhirnya Mati?

Detik.com Detik.com Jenis Media: Tekno

15 Okt 2024 : 07.15
Jakarta -

Bumi menghadapi berbagai bahaya, mulai dari ancaman batuan angkasa dan pertemuan dekat dengan bintang-bintang di dekatnya. Meski demikian, setelah melewati tahun-tahun awal yang berbahaya, sejauh pengetahuan kita, satu-satunya hal yang mungkin mengakhirinya adalah hal yang sama yang memberinya kehidupan: Matahari.

Jadi, jika beberapa petaka dan nasib buruk itu dapat dihindari, berapa lama lagi waktu Matahari memberi kehidupan pada Bumi?

Ketika Matahari kehabisan material untuk melakukan fusi, ia akan menjadi bintang katai putih. Ia akan menghabiskan waktu lebih lama dalam fase bintang katai putih daripada saat ia menjadi bintang deret utama.

Jika kalian menganggap bintang katai putih sebagai fase kehidupan kedua, Matahari dapat dengan mudah bertahan selama 100 miliar tahun, jauh lebih lama daripada usia alam semesta saat ini. Karena mereka perlahan mendingin selama masa ini, melepaskan energi yang dihasilkan dalam kehidupan sebelumnya, bintang katai putih sering disebut bintang mati.

Itu berarti, agar sebuah bintang dianggap 'hidup', ia perlu melakukan fusi material untuk menghasilkan energi baru.

Harapan Hidup Matahari

Umur bintang sebagian besar ditentukan oleh massanya. Bintang yang lebih besar jauh lebih panas dan menghabiskan gas aslinya jauh lebih cepat daripada bintang yang lebih kecil.

Bintang yang lebih besar yang lahir bersama Matahari telah lama menghabiskan semua gasnya dan berubah menjadi katai putih. Bintang yang jauh lebih besar menjalani umurnya lebih cepat, menjadi supernova miliaran tahun yang lalu dan sekarang menjadi bintang neutron atau lubang hitam.

Perkiraan umur bintang bermassa satu Matahari bervariasi, biasanya sekitar 9 miliar hingga 10 miliar tahun, yang 4,5 miliar di antaranya telah berlalu.

Beberapa bintang bermassa Matahari akhirnya mati lebih awal akibat pertemuan dekat dengan bintang pendampingnya. Tetapi sebagai bintang tunggal, Matahari terhindar dari nasib itu.

Mengingat jarak yang sangat jauh antara bintang-bintang di bagian Bima Sakti, peluang Matahari untuk bertabrakan dengan bintang lain sangatlah kecil. Risiko pertemuan yang agak kurang dekat dengan bintang lain yang mengganggu orbit Bumi saat Matahari masih dalam fase deret utama lebih besar, meskipun masih cukup rendah.

Sayangnya, kita tidak punya waktu selama itu. Sebelum mati, Matahari akan kehabisan hidrogen di intinya, yang pada akhirnya akan memulai fusi helium ke karbon, menggabungkan hidrogen dalam cangkang di sekitarnya.

Dalam fase ini, ia menggembung dan menjadi raksasa merah, lebih dingin dari Matahari tetapi jauh lebih masif. Pada titik ini, ia mungkin menelan Bumi seluruhnya, menguapkan semua jejak planet ini.

Teori lain ada yang memperkirakan Bumi tidak akan ditelan, sebaliknya didorong ke orbit yang lebih jauh oleh tekanan yang diberikan Matahari saat mengembang. Dalam hal ini, Bumi mungkin bertahan hidup, tetapi tidak akan dikenali.

Mengorbit tepat di luar Matahari yang sangat besar dan membengkak, Bumi akan lebih panas daripada Merkurius saat ini, sama sekali tidak cocok untuk kehidupan. Namun, bahkan sebelum itu, Matahari akan mulai memancarkan lebih banyak panas dan cahaya. Bahkan, Matahari sudah semakin panas.

Selama lebih dari satu miliar tahun, pemanasan lambat terus bertambah. Bumi akan perlahan-lahan 'matang' karena radiasi yang semakin intensif ini. Pada awalnya, peradaban yang jauh lebih maju mungkin menemukan cara untuk mendinginkannya menggunakan beberapa ide 'liar' yang diusulkan untuk mengatasi pemanasan global yang disebabkan manusia, misalnya menempatkan semacam payung di luar angkasa.

Berapa lama waktu yang kita miliki hingga hal itu terjadi tergantung pada seberapa toleran manusia terhadap pemanasan global, serta perkiraan efektivitas pendekatan pendinginan yang dibahas di atas. Kita mungkin memiliki setidaknya 500 juta tahun Bumi yang layak huni, tetapi mungkin tidak lebih dari satu miliar tahun.


(rns/afr)

Sentimen: negatif (61.5%)