Sentimen
13 Okt 2024 : 16.59
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Gambir, Boyolali, Kemayoran, Sukoharjo, Purworejo
Saat Penat Menumpuk, Konser Jadi Penyelamat... Regional 13 Oktober 2024
13 Okt 2024 : 23.59
Views 3
Kompas.com Jenis Media: Regional
Saat Penat Menumpuk, Konser Jadi Penyelamat...
Penulis
KOMPAS.com -
Bagi pekerja seperti M. Nur Iskandar (28) dan Julia Nur Rochmah (35),
konser
adalah oasis untuk hari-hari yang melelahkan.
Iskandar menemukan kebahagiaan usai mendatangi festival musik bernama
Pestapora
pada 20-22 September 2024 di Gambir Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Ia menempuh perjalanan 500-an kilometer dari rumahnya di Desa Gagaksipat, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, demi bertemu grup musik idolanya, Monkey to Millionaire, untuk pertama kali.
"Bisa menyanyikan lagu-lagu yang sangat saya gemari. Monkey to Millionaire album
Lantai Merah
melekat di dalam memori saya. Sangat berkesan, tahun 2013 pas saya masa peralihan sebagai manusia, dengar lagu itu, sepuluh tahun kemudian menyaksikan langsung, sangat berkesan bagi saya," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Jumat (11/10/2024).
Di konser, Iskandar bisa melepas beban-beban yang mengungkungnya. "Seakan-akan mengakhiri puasa saya, sekaligus melepas beban saya sehari-hari," ucap pria yang bekerja sebagai admin pabrik di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, ini. Ia merasa bahagia ketika bisa bernyanyi dan melebur dengan penonton lain, baik di festival maupun acara musik yang skalanya lebih kecil. "Mereka bahagia, saya juga ikut bahagia," ungkapnya. Hal senada diutarakan Julia Nur Rochmah (35). Konser adalah arena untuk menambah semangat. Ia bahkan merasa bisa mencukupi kebutuhan spiritualnya. Julia menceritakan, ketika mendatangi Pestapora 2024, dirinya terharu, menangis, tetapi juga lega tatkala mendengar band Efek Rumah Kaca mendendangkan "Debu-debu Beterbangan", serta Sigmun memainkan "Prayer of the Tempest". Menurutnya, dua lagu tersebut terasa sentimental dan mengingatkannya akan Tuhan. "Sentimental banget, bikin senang, terharu, nangis, melegakan. Semua jadi satu. Dan juga mencukupi kebutuhan spiritualku, menambah semangat untuk hidup," tutur perempuan asal Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, yang beprofesi sebagai pekerja media di Jakarta ini, Jumat. Julia menyebut, konser menjadi tempat untuk mengecas ulang energinya. "Capek banget dihadapkan dengan tuntutan pekerjaan, macet Jakarta, masalah-masalah domestik pekerja. Tapi ketika nonton musik, terus nangis, ambyar; secara fisik capek, tapi secara jiwa happy ," jelasnya. Festival Director Pestapora Rizky Aulia mengatakan, bagi promotor maupun penyelenggara acara musik, merangkai jadwal tampil para penampil, menyusun tata letak tempat penyelenggaraan konser, adalah hal wajib demi penonton bisa melakukan selebrasi. Khusus di Pestapora, pria yang kerap disapa Ucup ini menuturkan, ia dan tim selalu memikirkan bagaimana cara mengonsep Pestapora sebaik mungkin, supaya penonton merasa gembira sepulang dari festival. "Yang kami lakukan bikin program sebaik mungkin, flow (alur) senyaman mungkin, seenak mungkin, artis sebanyak mungkin. Jadi ketika mereka pulang, mereka bisa melanjutkan hidup, termotivasi untuk membikin sesuatu. Harapannya selalu seperti itu," terangnya kepada Kompas.com, Jumat (11/10/2024). Ucup mengungkapkan, energi kebahagiaan yang dirasakan penonton Pestapora, yang kemudian dituangkan dalam respons-respons positif, membuat dirinya dan tim terharu. Hal tersebut, kata Ucup, melebihi ekspektasi mereka. Asupan kebahagiaan itu akan dipakai Ucup dan tim untuk membuat karya lebih baik lagi serta membikin festival yang lebih menyenangkan. "Eskalasi dimaksimalkan dan bisa dieksplor lagi," tandasnya. Piskolog klinis, Adityana Kasandra Putranto, menjelaskan, musik dapat memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku manusia. Dia mencontohkan, musik rock dapat meningkatkan perasaan bersemangat. Sedangkan, musik akustik lambat dengan lirik menyentuh hati, dapat membuat seseorang meneteskan air mata. "Penelitian menunjukkan bahwa musik dapat membuat individu lebih sehat, karena musik menjadi sumber kesenangan dan kepuasan, yang memberikan banyak manfaat psikologis seperti menenangkan pikiran, memberi energi pada tubuh, dan membantu mengelola rasa sakit," urainya kepada Kompas.com, Sabtu (12/10/2024). "Musik juga digunakan sebagai terapi berupa intervensi untuk meningkatkan kesehatan emosional, membantu pasien mengatasi stres, meningkatkan kesejahteraan psikologis, serta memberikan kebahagiaan," imbuhnya. Kasandra menerangkan, musik dapat memengaruhi otak dalam banyak cara. Salah satunya, musik bisa memicu terlepasnya dopamin. "Musik memicu pelepasan dopamin, neurotransmitter yang membuat diri merasa senang," paparnya. Di samping itu, musik juga dapat mengurangi kecemasan dan stres, sehingga ketika seseorang mendengar musik bisa membantunya tetap fokus. Lalu, jika seseorang yang merasa penat dengan kehidupan rutinnya, apakah bisa mendapat kebahagiaan saat menonton konser? "Dengan mekanisme fungsi musik (yang disebut) di atas, tentu saja menyaksikan konser secara langsung dapat memberikan kesenangan dan kebahagiaan," bebernya. Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Di konser, Iskandar bisa melepas beban-beban yang mengungkungnya. "Seakan-akan mengakhiri puasa saya, sekaligus melepas beban saya sehari-hari," ucap pria yang bekerja sebagai admin pabrik di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, ini. Ia merasa bahagia ketika bisa bernyanyi dan melebur dengan penonton lain, baik di festival maupun acara musik yang skalanya lebih kecil. "Mereka bahagia, saya juga ikut bahagia," ungkapnya. Hal senada diutarakan Julia Nur Rochmah (35). Konser adalah arena untuk menambah semangat. Ia bahkan merasa bisa mencukupi kebutuhan spiritualnya. Julia menceritakan, ketika mendatangi Pestapora 2024, dirinya terharu, menangis, tetapi juga lega tatkala mendengar band Efek Rumah Kaca mendendangkan "Debu-debu Beterbangan", serta Sigmun memainkan "Prayer of the Tempest". Menurutnya, dua lagu tersebut terasa sentimental dan mengingatkannya akan Tuhan. "Sentimental banget, bikin senang, terharu, nangis, melegakan. Semua jadi satu. Dan juga mencukupi kebutuhan spiritualku, menambah semangat untuk hidup," tutur perempuan asal Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, yang beprofesi sebagai pekerja media di Jakarta ini, Jumat. Julia menyebut, konser menjadi tempat untuk mengecas ulang energinya. "Capek banget dihadapkan dengan tuntutan pekerjaan, macet Jakarta, masalah-masalah domestik pekerja. Tapi ketika nonton musik, terus nangis, ambyar; secara fisik capek, tapi secara jiwa happy ," jelasnya. Festival Director Pestapora Rizky Aulia mengatakan, bagi promotor maupun penyelenggara acara musik, merangkai jadwal tampil para penampil, menyusun tata letak tempat penyelenggaraan konser, adalah hal wajib demi penonton bisa melakukan selebrasi. Khusus di Pestapora, pria yang kerap disapa Ucup ini menuturkan, ia dan tim selalu memikirkan bagaimana cara mengonsep Pestapora sebaik mungkin, supaya penonton merasa gembira sepulang dari festival. "Yang kami lakukan bikin program sebaik mungkin, flow (alur) senyaman mungkin, seenak mungkin, artis sebanyak mungkin. Jadi ketika mereka pulang, mereka bisa melanjutkan hidup, termotivasi untuk membikin sesuatu. Harapannya selalu seperti itu," terangnya kepada Kompas.com, Jumat (11/10/2024). Ucup mengungkapkan, energi kebahagiaan yang dirasakan penonton Pestapora, yang kemudian dituangkan dalam respons-respons positif, membuat dirinya dan tim terharu. Hal tersebut, kata Ucup, melebihi ekspektasi mereka. Asupan kebahagiaan itu akan dipakai Ucup dan tim untuk membuat karya lebih baik lagi serta membikin festival yang lebih menyenangkan. "Eskalasi dimaksimalkan dan bisa dieksplor lagi," tandasnya. Piskolog klinis, Adityana Kasandra Putranto, menjelaskan, musik dapat memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku manusia. Dia mencontohkan, musik rock dapat meningkatkan perasaan bersemangat. Sedangkan, musik akustik lambat dengan lirik menyentuh hati, dapat membuat seseorang meneteskan air mata. "Penelitian menunjukkan bahwa musik dapat membuat individu lebih sehat, karena musik menjadi sumber kesenangan dan kepuasan, yang memberikan banyak manfaat psikologis seperti menenangkan pikiran, memberi energi pada tubuh, dan membantu mengelola rasa sakit," urainya kepada Kompas.com, Sabtu (12/10/2024). "Musik juga digunakan sebagai terapi berupa intervensi untuk meningkatkan kesehatan emosional, membantu pasien mengatasi stres, meningkatkan kesejahteraan psikologis, serta memberikan kebahagiaan," imbuhnya. Kasandra menerangkan, musik dapat memengaruhi otak dalam banyak cara. Salah satunya, musik bisa memicu terlepasnya dopamin. "Musik memicu pelepasan dopamin, neurotransmitter yang membuat diri merasa senang," paparnya. Di samping itu, musik juga dapat mengurangi kecemasan dan stres, sehingga ketika seseorang mendengar musik bisa membantunya tetap fokus. Lalu, jika seseorang yang merasa penat dengan kehidupan rutinnya, apakah bisa mendapat kebahagiaan saat menonton konser? "Dengan mekanisme fungsi musik (yang disebut) di atas, tentu saja menyaksikan konser secara langsung dapat memberikan kesenangan dan kebahagiaan," bebernya. Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Sentimen: positif (100%)