Sentimen
Negatif (79%)
8 Okt 2024 : 07.38
Informasi Tambahan

BUMN: TransJakarta

Club Olahraga: Bordeaux

Event: Pilkada Serentak

Kab/Kota: Tangerang, Bekasi, Bogor, Ancol, Kapuk, Toronto

Kasus: Kemacetan

Begini Tingkat Kemacetan di Jakarta yang Jadi PR Besar Gubernur Baru

8 Okt 2024 : 14.38 Views 2

Detik.com Detik.com Jenis Media: Otomotif

Jakarta -

Kemacetan merupakan salah satu permasalahan yang dibahas saat debat perdana Pilkada Jakarta. Seperti apa tingkat kemacetan di Jakarta?

Debat perdana Pilkada Jakarta mengusung tema 'Penguatan Sumber Daya Manusia dan Transformasi Jakarta menjadi Kota Global'. Salah satu hal yang dibahas dalam debat perdana itu adalah soal mengatasi kemacetan di Jakarta. Moderator bertanya gagasan dari calon gubernur nomor urut dua Dharma Pongrekun soal gagasannya mengatasi macet Jakarta.

Dharma menyebut akan memperbaiki manajemen transportasi umum sebelum nantinya menambah armada. Tak cuma itu dia juga berupaya bisa meningkatkan kenyamanan di transportasi umum agar makin banyak warga Jakarta yang mau beralih dari kendaraan pribadi.

Lebih lanjut, dia tak mau mengeluarkan banyak anggaran jika permasalahan yang sebenarnya ada di manajemen. Dia juga mengupayakan transportasi terintegrasi seluruhnya.

"Jangan kita mengeluarkan anggaran tetapi kita sebenarnya tidak tahu faktor mana yang perlu kita perbaiki. Kemudian kita perlu mengurai kemacetan, dengan apa? Dengan membuat suatu compound-compound yang di mana di situ ada tempat tinggal ada pasar, ada sekolah, sehingga transportasi ini juga bisa terkonsolidasi dan dibuat minimal 500 meter dari permukiman sebagai vendor daripada MRT atau LRT atau TransJakarta, yaitu mikro transportasi yang terhubung satu dengan yang lain," kata Dharma.

Menanggapi hal itu, calon gubernur nomor urut 1 Ridwan Kamil mengungkap gagasannya. Ridwan Kamil sudah memiliki solusi yang dipercaya bisa menyelesaikan macet. Salah satunya adalah menggunakan perahu yang dimungkinkan melintasi sungai di Jakarta. Nantinya kehadiran jalur sungai itu juga akan didukung dengan perluasan flyover sekaligus jaringan MRT, LRT, TransJakarta, dan moda transportasi umum lainnya.

"Kita mungkin akan berinovasi membuat riverway atau perahu melintasi 13 sungai di Jakarta dan juga perluasan flyover juga masih dibutuhkan secara realiti," kata Ridwan Kamil dalam debat Pilkada Jakarta.

Di samping itu, dia juga akan menawarkan program work from home (WFH) secara bergilir untuk para pekerja di Jakarta. Kebijakan tersebut akan digabungkan dengan dengan melakukan sentralisasi kawasan bisnis di berbagai daerah sehingga pergerakan di Jakarta bisa berkurang.

Ridwan Kamil juga mengatakan pihaknya akan melakukan sentralisasi pusat bisnis di berbagai daerah. Pusat bisnis tidak hanya akan ada di Jakarta Pusat saja, sehingga warga tak perlu melakukan pergerakan yang jauh untuk bekerja. Kawasan bisnis itu di antaranya akan dipusatkan di Ancol, Pantai Indah Kapuk, Kelapa Gadung, hingga TB Simatupang.

Sementara itu, calon gubernur Jakarta nomor urut 3 Pramono Anung mengungkap strateginya mengatasi macet Jakarta dengan melibatkan aglomerasi. Menurutnya, TransJakarta saja belum cukup untuk mengatasi atau menyelesaikan persoalan macet di Jakarta.

"Aglomerasi telah ada, maka yang harus dilakukan adalah Transjabodetabek. Untuk itu maka harus diatur dari ujungnya. Saya termasuk yang akan membebaskan 15 golongan yang sekarang sudah naik busway gratis, maka mereka naik MRT dan LRT juga gratis baik itu dari Bekasi, dari Tangerang Selatan, dari Bogor dan dari mana pun apabila fasilitas itu ada," kata Pramono.

Tingkat Kemacetan di Jakarta dalam 5 Tahun Terakhir

Macet di Jakarta merupakan salah satu permasalahan pelik yang belum juga teratasi. Tidak heran kalau Jakarta tak pernah absen juga masuk dalam daftar kota termacet di dunia. Dalam catatan detikOto dalam lima tahun terakhir, tingkat kemacetan Jakarta tak berangsur membaik. Pada tahun 2018 misalnya, Jakarta menempati peringkat ketujuh atau turun tiga peringkat dibandingkan tahun 2017. Tingkat kemacetan di Jakarta juga turun 8% dibandingkan tahun 2017 menjadi 53%.

Masuk tahun 2019, posisi Jakarta di kota termacet sempat turun. Pada tahun tersebut, Jakarta menempati posisi ke-10 kota termacet di dunia. Namun tingkat kemacetannya tak berubah, masih di angka 53 persen.

Tahun 2020, peringkat Jakarta kembali membaik. Bahkan Jakarta keluar dari 10 besar kota termacet di dunia. Jakarta pada tahun 2020 menghuni posisi ke-31 kota paling macet. Tingkat kemacetan juga menurun menjadi 36%.

Tingkat kemacetan di Ibu Kota terus membaik. Tahun 2021, Jakarta bahkan menempati peringkat ke-46 kota termacet di dunia. Tingkat kemacetan juga turun menjadi 34%. Namun pada tahun 2022, kemacetan di Jakarta kembali meningkat. Alhasil, peringkat Jakarta di kota termacet dunia juga naik. Pada tahun 2022, Jakarta menempati posisi ke-29 tepat di bawah Bordeaux, Prancis dan di atas kota Toronto, Kanada.

Selanjutnya pada tahun 2023, dalam data yang dirilis TomTom Traffix Index dalam survei di 387 kota di dunia, Jakarta menduduki peringkat ke-30. Meski posisinya turun, menurut TomTom Traffic Index lalu lintas Jakarta sepanjang 2023 justru makin macet. TomTom Traffic Index mencatat, untuk perjalanan 10 km di Jakarta membutuhkan waktu rata-rata 23 menit dan 20 detik. Padahal, tahun 2022 terdata untuk perjalanan 10 km waktu rata-rata yang dibutuhkan adalah 22 menit 40 detik.


(dry/din)

Sentimen: negatif (79%)