Sentimen
Positif (66%)
18 Sep 2024 : 20.56
Informasi Tambahan

Kasus: pengangguran

Bos BI Ungkap Lima Alasan Turunkan Suku Bunga Acuan Sebesar 25 Basis Poin

18 Sep 2024 : 20.56 Views 2

Beritasatu.com Beritasatu.com Jenis Media: Ekonomi

Jakarta, Beritasatu.com - Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan (BI rate) sebesar 25 basis poin menjadi 6%, suku bunga deposit facility sebesar 25 basis poin menjadi 5,25%, dan suku bunga lending facility sebesar 25 basis poin menjadi 6,75% dalam rapat Dewan Gubernur pada 17-18 September 2024.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pihaknya melakukan pemangkasan suku bunga acuan berdasarkan lima pertimbangan.

Pertama, arah kebijakan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (The Fed). BI memperkirakan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) akan menurunkan suku bunga acuan sebanyak tiga kali pada tahun 2024 ini.

Lantaran inflasi diperkirakan akan semakin mendekati sasaran inflasi jangka menengah sebesar 2% di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya angka pengangguran.

Perkembangan ini mendorong prospek penurunan suku bunga acuan The Fed atau disebut fed funds rate (FFR) yang lebih cepat dan lebih besar dari perkiraan semula.  BI memperkirakan  bahwa FFR akan turun tiga kali pada 2024 ini dan empat kali pada 2025.

“Perkiraan kami dengan data terbaru, kemungkinan FFR turun masing-masing 25 basis poin pada September, November, dan Desember 2024. Untuk tahun depan ada empat kali lagi,” ucap Perry dalam konferensi pers hasil rapat Dewan Gubernur September 2024 di gedung Thamrin, BI pada Rabu (18/9/2024).

Kedua, yakni stabilitas nilai tukar rupiah. Dalam hal ini, kondisi nilai tukar rupiah cenderung stabil bahkan menguat.  Posisi nilai tukar rupiah hingga 17 September 2024 menguat menjadi Rp 15.330 per dolar AS atau menguat 0,78%  dibandingkan dengan posisi akhir Agustus 2024.

Penguatan rupiah ini tercatat lebih tinggi dibandingkan apresiasi mata uang regional, seperti won Korea dan rupee India yang menguat sebesar 0,32% dan 0,13%.

Dengan perkembangan tersebut, apabila dibandingkan dengan level akhir Desember 2023, nilai tukar rupiah juga terapresiasi sebesar 0,4%, lebih baik dibandingkan dengan dinamika mata uang regional, seperti rupee India dan won Korea yang masing-masing masih mengalami depresiasi sebesar 0,66% dan 3,41%.

“Alhamdulillah puji tuhan rupiah menguat menjadi sekarang sekitar Rp 15.300 sampai Rp 15.400-an. Kalau ini kita bandingkan dahulu kan nilai tukar rupiah pernah sempat Rp 15.600 bahkan pernah mencapai Rp 16.700. Ini juga satu ada kejelasan dari FFR, tetapi juga upaya BI yang terus melakukan stabilitas nilai tukar rupiah,” jelas Perry.

Ketiga, yakni inflasi tetap rendah dan terjaga dalam kisaran sasaran 2,5±1%. Inflasi indeks harga konsumen (IHK) tercatat rendah di seluruh komponen sehingga mencapai 2,12% (yoy) pada Agustus 2024.

Inflasi inti tercatat sebesar 2,02% (yoy), sementara inflasi volatile food (VF) terus menurun menjadi 3,04% (yoy), dari level bulan sebelumnya 3,63% (yoy).

“Inflasi kami perkirakan tetap terkendali 2,5±1% jadi inflasi terkendali, termasuk juga inflasi inti yang rendah dan juga koordinasi pemerintah dan BI di pusat dan daerah melalui GNPIP (Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan) itu yang kami terus lakukan sehingga memastikan inflasi itu terkendali,” tutur Perry.

Keempat, yakni BI sudah menjalankan kebijakan makroprudensial dan digitalisasi sistem pembayaran yang turut mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya dari sisi ritel dan UMKM. Kelima, yakni agar dapat mendorong lebih lanjut dari penyaluran kredit pembiayaan ke perbankan.

“Tidak hanya perbankan, tetapi hal itu juga mendukung fiskal khususnya untuk pembiayaan fiskal, karena yield SBN (Surat Berharga Negara) akan rendah akan turun, sehingga pembiayaan fiskal juga terdukung,” terang Perry.

Sentimen: positif (66.6%)